Story 2

7.4K 207 9
                                    


Sore readers..... yeahhh aku mau lanjutin ceritanya nona gila harta dan tuan brandalnya yaaa... yukz... mari kita intip yaaa ceritanya....

kalo suka vote aja cukup kok... yaaa kalo mau coment itu sih lebih keren....

kita langsung aja yaaaa...

......................................................................................


Kim Rosetta Point of view

Jam menunjukkan pukul sebelas malam dan waktunya aku untuk pulang. Lagi pula aku sudah menemani tamu-tamu disini sangat lama. Aku pun meraih tasku dan melangkah pergi. Ku rasa luka di tumitku masih terasa sakit. Aku pun berjalan dengan perlahan. Tiba-tiba saat aku melangkah keluar dari pintu, sosok pria menarik lenganku. Lagi-lagi aku di bawanya kabur.

"Hay, apa yang akan kau lakukan padaku?" ujarku. Pria itu pun berhenti dan menatapku.

"Kau? Han Tae Jun?" aku membelalak.

"Kenapa kau menarikku kesini?" tanyaku dengan kesal.

"Aku ingin meminta maaf atas perbuatanku kemarin." Ujarnya yang membuatku menganga tidak percaya.

Bagaimana bisa seorang yang awalnya sombong sekarang berubah seratus delapan puluh derajat. Aku memicingkan mataku dan berkacak pinggang di depannya.

"Kau sedang mabuk?" tanyaku sambil mengendus bau badannya. Mungkin saja dia benar-benar sedang mabuk.

"Apa yang kau lakukan? Aku tidak sedang mabuk." Sikapnya pun kembali menyebalkan.

"Lalu kenapa kau meminta maaf padaku? Kemarin kau cuek dan menyebalkan." Ujarku dengan jelas.

"Apa salahnya meminta maaf. Ehmm siapa namamu?" tanyanya tiba-tiba.

"Kim Rosetta imnida(namaku Kim Rosetta)." Ujarku cuek padanya.

"Ahh iya nona Kim." ujarnya dengan ramah.

Astaga, kenapa dia ramah sekali? Padahal dia kemarin begitu merendahkan harga diriku dan menciumku tanpa izin. Aku tidak habis pikir dia tiba-tiba berubah ramah begitu.

"Ehmm, sebenarnya aku butuh bantuanmu." Ujarnya dengan mengusap tengkuknya.

"Ouwhh arasseo. Jadi kau bersikap baik padaku karena kau butuh bantuanku?" aku manggut-manggut dengan menaikkan sebelah alisku.

"Iya, kau mau mmbantuku?" tanyanya berharap.

"Anio(Tidak). Aku tidak mau membatu pria yang tidak tulus bersikap baik padaku." Kataku.

"Ahh bukankah kemarin aku sudah membantumu? Kalau aku tidak datang tepat waktu semalam, kau pasti sudah menjadi seorang pelacur sungguhan." Kata-katanya sungguh membuatku kesal. Aku langsung menendangnya.

"Aduhh, kau gila? Ini sangat sakit." Katanya meringis kesakitan.

"Salahmu sendiri kau membuatku kesal." Aku pun bergegas pergi.

"Yakk, aku akan membayarmu jika kau mau membantuku." Ia berteriak dan membuat langkahku terhenti. Aku berbalik dan melangkah kembali mendekatinya. Dia tersenyum sengit padaku.

"Berapa uang yang akan kau berikan padaku?" tanyaku antusias.

"Semaumu. Bagaimana? Kau puas?"

"Ahh baiklah, lalu apa yang harus aku kerjakan untuk membantumu?" tanyaku.

"Begini, aku di paksa menikah dengan kedua orang tuaku. Jika aku tidak menikah maka semua warisan ayahku akan di berikan kepada sepupuku. Masalahnya sepupuku sangat serakah. Jadi aku menginginkanmu untuk menjadi istri bohonganku." Ucapannya yang terakhir membuatku menganga dan tercekat.

Damn, My Husband (sudah terbit self publish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang