CHAPTER 16

63 7 0
                                    

RANI POV

"Pagi Rania" sapa putri yang baru saja datang

"Pagi" ucapku sambil tersenyum

"Udah kerjain pr belom?" Putri duduk disebelahku dan langsung membuka tasnya, mengambil buku ipa

Aku mengangguk "kalo lo mau liat ambil sendiri di tas gue"

Putri tersenyum lebar "tau aja lo ran"

Aku mendengus "Udah biasa lo mah"

Putri cemberut dan mulai mencatat pr "Gue kan pulang malem banget ran kemarin. Jadi ya gue nggak sempet kerjain pr"

Iya sih. Putri emang sibuk. Dia nggak kerjain pr bukan nggak ada sebabnya. Dia itu pemotretan jadi sering pulang malem. Tapi putri jarang jarang kok nyontek pr. Kalau dia masih sempet dan bisa kerjain pr nya putri pasti kerjain

"Hai" sapa david yang baru saja

"Eh? Tumben lo nggak bareng" tanya putri masih sambil mencatat

"Iya soalnya gue ada keperluan" ucap david sambil memandangku menyesal "sorry ya ran nggak bisa jemput"

Aku hanya mengangguk "Ya nggak papa"

Aku membuka ponselku dan memainkannya saat david juga ikut mencatat pr. Kalo david aku nggak tau dah kenapa dia nggak kerjain pr. Tapi emang dia sering kok nggak kerjain pr. Emang males itu si david

Aku membuka kontak pesanku. Banyak pesan pesan yang belum aku hapus. Bahkan pesan dari rafka juga belum aku hapus dari sebulan yang lalu. Aku memang orang yang malas untuk menghapus hapus sesuatu. Bahkan jika aku memiliki memori buruk aku hanya membiarkannya saja. Bukannya aku suka dengan memori buruk itu, dan juga tidak ada orang yang suka dengan memori buruk. Tapi aku berpikir untuk apa melupakan sesuatu yang pernah terjadi dalam hidup kita. Sekalipun itu buruk. Karena menurutku kenangan itu bisa dijadikan pembelajaran, terutama kenangan buruk.

Aku membuka isi pesanku dengan Rafka. Aku tersenyum. Sudah lama rasanya aku tidak saling berkirim pesan dengan Rafka. Bertelponan, vidio call. Rafka memang sudah tidak terlalu menghindar seperti saat pertama kali aku dekat dengan david. Tapi Rafka jadi jauh. Dia jarang berkumpul bersama kami. Bahkan kalau iya berkumpul hanya sebentar. Rafka selalu datang kalau tidak ada david. Entah kenapa. Aku sempat berpikir kalau rafka dan david memiliki masalah. Tapi saat aku tanya mereka menjawab tidak. Bahkan sebelumnya mereka belum saling kenal.

Seperti kemarin. Rafka datang saat aku hanya sendiri. Bersikap seperti biasa seakan rafka tetaplah rafka yang dulu, untukku. Mungkin jika untuk rafka ya dia tetap menjadi dirinya yang dulu, seperti biasanya. Tapi tidak untukku

Apa aku merindukan rafka? Ya. Aku merindukan rafka. Aku merindukan temanku. Aku merindukan rafka yang dulu

"Yes! Akhirnya selesai juga" ucap putri senang dan aku mendengus "kantin yuk ran. Gue pengen beli puding nih"

Aku memandang putri heran. Tumben sekali dia mau makan pagi pagi. Biasanya dia hanya minum susu dari rumah dan tidak pernah jajan lagi di sekolah. Sekalipun itu makanan ringan seperti puding. Bilangnya sih untuk dietnya putri "tumben jajan"

Putri tersenyum lebar "Gue bisa makan apa aja selama sebulan"

Aku semakin mengernyit "kok bisa? Emang lo nggak diet lagi"

"Udah kurus kering gitu aja masih diet" ucap david tiba tiba masih sambil mencatat

Putri menjitak kepala david "apaan sih! Diem aja deh. Lo tuh nggak tau urusan wanita" dan dibalas dengan cibiran david

Aku tertawa "Iya. Emang lo nggak diet lagi?"

Putri memandangku tersenyum "Gue dikasih libur. Jadi gue selama sebulan, Gue nggak ada pemotretan dan nggak perlu diet"

FIGHTING FOR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang