《3》Luke

4.2K 209 0
                                    

"Kamar lo di sana tuh." Rian menunjuk sebuah pintu di pojok ruangan dekat ruang tamu. Saat masuk ke kamar yang ditunjuk Rian, aku sangat kagum. Ruangannya gak terlalu besar, tapi semuanya sesuai seleraku. Warna biru muda mendominasi, lukisan bintang di langit-langit. Wow. Semuanya seperti disiapkan untukku.

Aku langsung meletakkan tas di atas ranjang dan tiduran di kasur dengan memainkan ponselku. Kamar Rian dimana ya? Aku langsung keluar dari kamar dan berkeliling apartemen Rian. Apartemennya gak terlalu besar. Hanya ada dapur, meja makan, dan ruang tamu yang tidak bersekat. Terlihat 4 pintu dari tempatku berdiri, satu di dapur yang aku yakini adalah pintu kamar mandi. Satu lagi pintu masuk apartemen. Satu pintu kamarku dan satu pintu yang lain sepertinya kamar Rian. Di ruang tamu terdapat televisi lengkap dengan konsol game. Wah untuk ukuran apartemen cowok, ini sangat rapi. Eh, emang Rian orangnya rajin sih. Kebalikan banget sama aku.

"Rian, lo dimana?" Rian tak menyahutiku. Sepertinya dia sedang keluar, mana mungkin dia tidak mendengar teriakanku di apartemen ini.

Aku membuka pintu di dekat ruang makan, yang aku yakini sebagai kamar Rian. Suasana kamarnya 'Rian' banget. Aku melihat gitar milik Rian berada di pojok kamar. Pantesan gitar ini gak pernah ada di rumah waktu aku cariin, ternyata udah dipindahin ke sini.

"Udah lama gak main gitar. Rian, gue pinjem gitar lo ya." Bodo meskipun Riannya gak ada. Lagian kan aku cuma minjem doang. Gak akan dirusakin kok. Aku langsung memetik gitar milik Rian dan memilih lagu Price Tag-nya Jessie J. biar gak galau.

Seems like everybody's got a price,
I wonder how they sleep at night.
When the tale comes first,
And the truth comes second,
Just stop, for a minute and
Smile

Why is everybody so serious!
Acting so damn mysterious
You got your shades on your eyes
And your heels so high
That you can't even have a good time.

Everybody look to their left (yeah)
Everybody look to their right (ha)
Can you feel that (yeah)
Well pay them with love tonight...

It's not about the money, money, money
We don't need your money, money, money
We just wanna make the world dance,
Forget about the Price Tag

Mumpung lagi gak ada Rian, aku langsung joget-joget dengan gitar yang masih di tanganku. Kalau ada Rian kan gengsi, meskipun kembaran sendiri. Kapan ya terakhir kali aku main gitar? Saat SMP. Itu pun bisa di hitung jari berapa kali aku pernah main gitarnya. Aku bahkan udah lupa bisa sesenang ini kalo main gitar.

Ain't about the (ha) Cha-Ching Cha-Ching.
Aint about the (yeah) Ba-Bling Ba-Bling
Wanna make the world dance,
Forget about the Price Tag.

Aku memutar badan yang tadinya menghadap ke jendela luar. Melihat Rian bersandar di pintu, aku langsung berhenti dan meletakkan gitar Rian di atas ranjang. Wajahnya dihiasi senyum geli.

"Udah jogetnya?" aku bahkan gak tau sejak kapan dia ada di situ.

"Eh-" aku hanya menggaruk tengkuk. "Lo dari mana? Kok gue panggil gak nyaut?" oke. Aku memang mengalihkan pembicaraan.

"Mengalihkan pembicaraan eh?" Rian mendekat dan langsung mengacak-acak rambutku.

"Rian berantakan."

Dia hanya terkekeh, menyebalkan.

"Gue gak tau kalo lo masih inget caranya main gitar." Rian langsung menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang.

"Lo kira gue pikun, cara main gitar aja lupa."

"Ya sejak lulus SMP kan lo gak pernah pegang gitar lagi."

Rian(a) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang