***
"Kapan kau akan membawaku mencari om Joe?" Tagih Megan saat dilihatnya Alex duduk didepannya dan membalikkan piring makan.
Alex baru saja pulang 15 menit yang lalu dan kini pria itu menatap Megan, menghentikan aksinya yang hendak mengambil nasi.
Bukannya menjawab, Alex justru mengeluarkan sebuah kartu dan sebuah kunci.
"Untuk apa kau memberiku kartu? Bukankah tadi pagi kau sudah memberiku kartu kredit untuk berbelanja?" Tanya Megan heran.
"Bukankah tadi katamu kau ingin meminjam kartu ATM agar adikmu bisa mengirimkan uang? Tadi siang aku membuat rekening baru untukmu atas namaku, tapi kau bisa membawa kartu ini kemana saja." Jelas Alex sambil mengambil makanan yang sudah tersedia dimeja makan.
"Dan ini kunci rumah. Aku sudah membuatkan duplikat untukmu." Lanjut Alex seperti tahu apa yang akan ditanyakan Megan. "Ah ya, hampir aku lupa. Pinnya 13147."
Dahi Megan berkerut mendengarnya. "Apa tadi? 1317? Ah, susah sekali diingat. Kenapa kau membuat pin yang susah diingat seperti itu?"
"13147. Dan angka itu ada artinya ,bodoh." Jawab Alex sekenanya sambil tersenyum sok misterius.
"Memangnya ada artinya untuk angka aneh acak-acakan seperti itu? Dinegara tempat aku dibesarkan, ada angka empat sudah jelas-jelas buruk." Megan mengambil sepotong fish cake dan menaruhnya dipiringnya.
"Tentu saja ada, dan artinya bagus." Ucap Alex.
"Oh ya, memangnya apa artinya?" Tanya Megan.
"Kau tak perlu tahu." Jawab Alex datar.
Megan mengerucutkan bibirnya. "Dasar pelit."
Alex mengangkat kepala menatap Megan. "Jika aku pelit, aku tidak akan meminjamkanmu pakaian, uang , makanan dan tempat tinggal."
Mulai lagi deh... Batin Megan.
Megan memutar matanya, malas berdebat dengan Alex karena pada kenyataannya dia pasti akan kalah debat dengan pria itu.
"Baiklah kau tidak pelit , kau baik sekali. Kau puas?"
Sudut kiri bibir Alex menaik. "Sangat!"
Melihat senyum kemenangan Alex itu justru membuat Megan makin kesal karenanya. "Ah ya, kau belum menjawab. Kapan kau mau membantuku mencari om Joe?"
Alex langsung menghentikan gerakannya yang hendak memasukkan makanan kedalam mulutnya. Selama beberapa detik, pria itu hening sebelum akhirnya melanjutkan memakan makanannya kembali dengan ekspresi datar.
"Besok, jika aku tidak sibuk." Jawab Alex singkat.
Mata Megan melebar sumringah mendengarnya. "Benar ya?"
"Kan sudah kubilang 'kalau aku tidak sibuk'!" Alex menekankan kalimatnya. Dari nada bicaranya, Alex mulai terdengar kesal namun Megan masih belum menyadari ada unsur ketidaksukaan dinada bicara pria itu.
"Kau tidak pernah bercerita tentang pekerjaanmu. Memangnya apa pekerjaanmu?"
"Photographer." Jawab Alex singkat.
"Wah. Itulah mengapa dikamarmu banyak sekali foto-foto outdoor?" Megan berdecak kagum. Alex tidak menjawab, hanya mengangkat kedua alisnya membenarkan pertanyaan Megan.
Sejujurnya ada yang mengusik perasaan Alex sekarang. Tadi saat dia berada direstoran omnya, Saat Wallace sahabat Joe meninggalkan om dan keponakan itu berdua saja, Dia sempat bertanya pada omnya mengenai sesuatu hal.
"Boleh aku bertanya sesuatu, om?"
Joe menoleh dan tersenyum. "Tentu. Kau bisa bertanya apa saja,boy"
KAMU SEDANG MEMBACA
DTS 5 - Journey Of My Love
RomanceMegan Patricia Dinata, mempercayai bahwa cinta sejati dalam dongeng benar-benar ada dalam kehidupan nyata. Sejak kecil terobsesi pada tunangan almarhum tantenya -Jonathan Gonawi, sehingga di usianya yang ke delapan belas, ia nekad merantau ke pulau...