hurt again

8.1K 428 1
                                    

Alan kaget saat mengetahui pernikahanku di undur, tak henti hentinya di mengejarku dan menanyakan alasanya.

"Nasya belum siap menikah...." hanya jawaban itu yang aku berikan saat kita bertemu di suatu tempat.

"Nggak mungkin pasti ada sesuatu..." aku benci dengan sifatnya yang suka menerka nerka seperti sekarang.

"Ngak ada sesuatu Alan..." tandasku meyakinkan dia.

"Kalau kamu ngak siap menikah kenapa nggak di batalkan sekalian, menikah itu bukan soal main main, pastikan kamu memilih satu orang yang tepat untuk menemani hidupmu sampai nanti dan nanti... bukannya ngak siap kamu undur ngak siap lagi kamu undur lagi...." tuturnya padaku dengan perasaan mengebu ngebu.

"Makasih Lan atas nasehatnya aku akan senantiasa mengingat ucapan kamu...." aku menunduk tidak berani memandang Alan seandainya Alan tau yang sesungguhnya bukan akulah yang tidak siap menikah.

"Alan sendiri kapan menikah...??" Tanyaku mengalihkan pembicaraan.

"Tanya sama adikmu kapan dia siap di nikahi..? Jawaban Alan berhasil membuatku tersenyum.

Cekrekkk

"Nah seperti ini dong, kalau Nasya tersenyumkan lebih cantik..." ucap Alan sambil menunjukkan screen kameranya teryata waktu aku tersenyum dia mengambil gambarku, aku langsung merampas kameranya minta fotoku segera di hapus, Alan langsung menjauhkan kameranya dariku dengan jawaban mengejek dia tidak mau menghapus kemudian berlari begitu saja.

Pertemuanku dengan Alan cukup membuat moodku membaik aku patut bersyukur pada tuhan karena telah memberiku teman seperti Alan, namun ada kalahnya aku benci pada situasi seperti ini seseorang yang ingin aku lupakan justru menghiburku di saat aku sedang sedih, entah jika seperti ini tidak ada jaminan aku bisa melupakannya.
*******************************

Memang rasanya berbeda bila kita mengerjakan sesuatu pekerjaan untuk orang yang kita cintai, dasi yang sudah selesai ku jahit kini sudah masuk kotak kecil dan tinggal membungkus, aku harap Reyhan menyukai kado ulang tahunnya, yah besok hari ulang tahunnya sejak aku menyandang status sebagai tunangannya aku selalu tidak pernah melupakan moment itu setiap ulang tahunnya aku selalu meluangkan waktu untuk memberinya kejutan walaupun kejutannya tidak seberapa namun aku harap Reyhan suka karena aku mengerjakannya penuh dengan cinta dan ke ikhlasan.

Aku memandu motor maticku ke arah Rumah sakit gading pluit, aku sengaja tidak memberitahunya bahwa aku datang ke rumah sakit karena ku harap ini akan jadi kejutan, tak lupa aku membawa kado yang semalam sudah ku persiapkan dan juga kue ulang tahun sederhana buatanku sendiri, walaupun Reyhan tidak pernah memintanya dari ku aku tetap ingin memberikan yang istimewa di hari istimewanya, hal ini ku lakukan karena aku ingin mengingatkan Reyhan bahwa di hidupnya senantiasa ada aku yang akan membuatnya terasa seperti lelaki istimewa.

Sampai di rumah sakit aku langsung menghubungi Reyhan, namun berkali kali panggilan telefonku tidak di angkat olehnya akhirnya aku putuskan menunggu di lobi sampai waktu istirahatnya tiba.

Tiga puluh menit berselang namun wujud Reyhan belum aku jumpai juga, hpnya dari tadi aku hubungi tidak di angkat.

"Nasya...." aku menoleh saat namaku di panggil dengan kuat.

"Mas Reyhan" lelaki itu sedikit berlari ke arahku, beberapa orang rekannya sesama dokter tersenyum ke arahku.

"Selamat ulang tahun...." aku memberikan senyum termanis untuk Reyhan.

"Thanks! Nasya datang ke sini cuma untuk merayakan ulang tahun Mas kah..??" Aku menganguk sambil tersenyum, langsung ku keluarkan kotak kecil yang ada di dalam tas ku.

"Aku harap Mas Reyhan mau terima ini, ngak mahal memang tapi aku buatnya dengan penuh cinta...." agak lama Reyhan memperhatikan kotak kecil itu, namun akhirnya dia terima.

"Lain kali ngak usah repot repot buat hadiah untuk Mas, hadiah yang tahun lalupun Mas belum sepat buka"

Aku tersentak kaget mendengar kata kata yang keluar dari mulut Reyhan, taukah dia apa yang sedang dia bicarakan? Kali ini aku benar benar sakit hati, dalam masa satu tahun tidak mungkin Reyhan tidak ada waktu untuk membuka kado dariku, kalau memang dia tidak membuka kado dariku tidak sepatutnya dia berterus terang padaku tidak kah dia menjaga hati dan perasaanku.

"Nasya... Mas buru buru ada hal yang mau di kerjakan, kalau ada apa-apa nanti call mas yah.. dan terimakasih kadonya"

Tanpa perasaan bersalah Reyhan langsung pergi meninggalkan aku, aku masih berdiri mematung di tempat semula, ku pandangi Reyhan sampai ia benar benar menjau dariku, ada rasa sakit di dadaku saat menatap kepergiannya, dia sekarang sudah berubah benar benar berubah dia bukan Reyhan ku yang dulu.

Ku pandangi kue ulang tahun yang sedari tadi berada di depanku, kue yang sengaja ku buat untuk Reyhan dengan penuh perasaan namun sekejap saja perasaan itu hilang mengingat apa yang di ucapkan dia di rumah sakit tadi sungguh membuat hatiku sakit.

"Hey kenapa memanggilku, bukankah kita baru saja bertemu...??" Alan kini sudah berdiri di depanku, aku sengaja menelfonnya.

"Nih...." aku mengulurkan kue ulang tahun ke arahnya dengan senyum manis yang sengaja ku buat.

Alan menjauhkan kue pemberianku dari jangkauannya "No.. No.. aku nggak lagi ulang tahun..."

"Tadi... Ada ada seseorang yang memberi kue ini untukku, ku fikir aku tidak bisa memakannya jadi aku berikan padamu...." jelasku mencoba berbohong, kue yang tadi di jauhkan Alan ku sodorkan lagi ke arahnya lagi, lama Alan memandang kue itu sejenak dia memandang aku sekilas dan langsung mengambil alih kue dari tanganku.

"Thanks... tapi aku nggak mungkin bisa makan sendiri..."

"Bawah pulang saja siapa tau teman satu rumah mu mau...." usulku

Setelah memberi kue pada Alan kami berpisah, lagi katanya dia ada pemotretan yang harus di selesaikan dan tidak bisa berlama lama denganku, its ok tidak apa apa lagi pula sekarang aku hanya ingin sendiri.

Air yang turun dari langit membasahi bumi jakarta, aku suka mencium harum ini saat tanah yang gersang tersiram air sekarang aku tidak sendiri aku di temani hujan dalam perjalanan pulangku.

"Hujan hujan lagi..." celoteh ayah saat beliau mengetahui aku pulang dalam dalam keadaan basah kuyub.

Kini aku sudah duduk di meja makan bersama keluargaku tentunya aku jugu sudah berganti pakaian kering.

"Kenapa ngak minta antar reyhan pulang..." ucap ayah saat aku mulai mengambil nasi.

"Mas reyhan sibuk ayah..." jawabku singkat.

"Jadi kapan kalian cari tanggal pernikahan yang pas....??" Aku terdiam mendengar pertanyaan ayah

"Nasya belum tau lagi ayah Mas Reyhan belum kasih keputusan, Nasya harap ayah bisa bersabar....." ku lihat ayahku membuang muka saat mendengar jawapnku yang tidak jelas, ayahku adalah orang pertama yang terkejut sekaligus marah saat mendengar acara pernikahanku di undur tidak tau kenapa beliau sangat menginginkan reyhan menjadi menantunya, bukankah di luar sana masih ada lelaki yang baik Alan contohnya.

Rain Tears (End Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang