Megapanggung bersorot cahaya
Merobek bayang legam penyanyi kayu
Semburat nada warna tersirat mengepak melayang
Memonopoli sepasang-sepasang mata, menginvasi sejuta-sejuta rasa
Dengan otoritas penuh, mencipta hati
Merekah menguncup
Mengeras melunak
Indah menyayat penikmat si hitam berdawaiTahukah engkau?
Sejujurnya, indah nian desiran denting itu
Riuh rendah petikan melodi itu
Desah keras alunan suara ituTak sendiri, ia masih berpegang
Tak kokoh, ia masih berpancang
Tak berani, ia masih bersembunyi
Tak hebat, ia terus mencari fondasiLantas, siapa gerangan?
Akankah tangan yang buatnya berdiri?
Akankah tiang yang buatnya meninggi?
Akankah tembok yang buatnya percaya diri?
Akankah tali simpul kekuasaan yang buatnya disegani?Salah.
Bukan itu amunisinya.Hanya itu yang buatnya bernyanyi merdu
Hanya itu
Seonggok yang sering diinjak, terinjak
Yang selalu terpojok di antara ingar-bingar kawannya
Yang selalu terperosok jauh di naungan kawannya
Si kecil sang pencipta vibra
Yang keberadaannya pun tak kasat mata
Karena berada di panggung-panggung berwajah congkak
Sustain ia diberi namaTeladanilah! Amatlah;
Penting, tapi dilupa pun sabarnya ia
Kecil, tapi besar pengaruh pada selera massa
Tak bernilai, tapi berhasil buat lainnya berharga
Diinjak-injak, tapi kuat kalbu dikoyaknya
Berjasa, tapi rendah hati enggan dikenal iaBanyak analogi pengorbanan dari sepedal sustain
Nan memaharyakan himpunan suara
Mendambarindukan seulas cinta
Yang sepatutnya kita bisa
Karena kita manusia
Dan bukanlah, clavinova tua
Subang, 13 November 2013
KAMU SEDANG MEMBACA
London
Поэзия"Puisi tidak bisa dipesan. Ia ditulis dengan tulus. Jika kamu ditulis atau dihadiahi puisi, pasti kamu cukup istimewa bagi si penulis." - Rintik Kecil