“emm.. gar, ini aku mau kasih kamu sesuatu.” Suara lirih itu terdengar dari bibir seorang wanita yang membawa amplop kecil berwarna biru langit. Tegar, lelaki dihadapan wanita itu menatapnya heran.
“Apaan ini Tas ?” katanya seraya mengambil amplop itu.
“eeii, jangan dibuka dulu. Aku pergi, baru kamu baca.” Wajahnya yang putih sedikit merona merah.
Perlahan, Tegar membuka surat itu.
Dear Tegar,
Aku bukanlah matahari yang selalu menerangi harimu
Aku bukanlah bintang yang selalu menghias malammu
Aku bukanlah udara yang selalu kau hirup
Aku juga bukan rumah yang menjtegar peraduanmu
Aku hanyalah gadis biasa yang baru sadar bahwa
Aku Suka Kamu
Mata Lelaki itu membulat, menyiratkan keterkejutan. Ya, Tasha, wanita yang diidamkan oleh para lelaki di sekolah ini memberinya surat cinta. Wajahnya terlihat berpikir. Apakah ini sebuah lelucon ? Siapa aku dibandingkan dengan Tasha ? Mungkin saat ini, itulah yang ada di benak Tegar.
************
“Jadi, kamu gak bisa ? kenapa gar ?” katanya sambil menahan air mata yang terbendung di pelupuk mata.
“maaf Tas, semoga kamu bisa dapet yang lebih baik daripada aku.”
Tanpa memandangnya lagi, Tasha meninggalkan Tegar. Wanita itu berlari kencang. Seperti ingin menghilang dari dunia ini. Meninggalkan Tegar yang masih terdiam tanpa sepatah kata keluar dari mulutnya. Mungkin dia sedang menyesali apa yang telah dia putuskan.
“Bro, bodoh banget kau nolak si Tasha.” Temannya menghampiri membawa dua plastik es teh di tangan. Memberikan yang satu kepada Tegar.
“Gak kuat gue. Gak yakin dia beneran suka sama gue. Lagian pengen aja nolak gadis cantik kayak dia. Pasti belum pernah ditolak dia. Biar ngrasain gimana rasanya.”
“Kejem banget lu bro, cewek cantik lu sia-siain.”
Tegar hanya tersenyum kecut, “Gak taulah bro, bingung aja tiba-tiba cewek cantik kayak dia nembak gue. Gak taulah kenapa gue nolak dia. Dia siapa, gue siapa. Gak pantes aja rasanya. Gak sreg.”
Wajahnya seperti mengananggung beban. Mungkin dia menyesali keputusannya melewatkan Tasha. Entahlah, raut wajahnya sulit diartikan. Tegar terduduk. Kepalanya tertunduk. Alisnya tertaut. Kontur wajahnya yang biasanya terkesan tegas dan ceria kini menghilang. Hanya wajah lesu yang terlihat sekarang.
*********
Dia terlihat sedang mengemasi barang-barangnya. Banyak kardus-kardus bertumpuk. Satu-persatu dia memasukkan barang-barangnya ke kardus. Almarinya yang terbuka memperihatkan kekosongan. Tak ada baju-baju yang biasanya memenuhinya. Dinding kamarnya bersih, hanya terlihat paku-paku kosong yang biasanya tergantung pigura foto, kalender, dan jam dinding. Barang-barang itu sudah terkemas rapi dalam salah satu kardus bertumpuk itu.
Dia mendekati meja belajarnya. Hanya tinggal tersisa beberapa buku saja yang belum dikemasi. Diambilnya buku-buku yang tersebar di meja itu. Dan terjatuhlah surat itu. Surat yang dibungkus amplop biru langit itu.
YOU ARE READING
RAHASIA WAKTU
Romancewaktu menyembuhkan luka, waktu menyimpan rahasia, kejutan bagi yang setia untuk menunggu :D