Zeno Chen Siahaan. Itulah nama dan marga yang disandang oleh seorang pria yang masih bergeming dalam dunia perkulian, sudah memasuki semester enam lebih tepatnya. Wajahnya perpaduan antar dua etnis jauh. Batak dan Cina. Ayahnya asal tanah Sumatera Utara, sehingga ia menyandang gelar kehormatan yang diturunkan ayahnya, sedangkan ibunya yang sudah almarhum adalah seorang berdarah Tiongkok.
Dari kecil Zeno sudah menyukai dunia komputer yang diperkenalkan oleh ayahnya. Hal paling dasar, sedang, pro, dan sampai bedah dalam sistem operasi komputer dan internet sudah ia ketahui dengan baik.
Satu hal yang bersamaan yang paling ia benci dan ia senangi ialah julukan sebagai hacker. Seperti dua sisi mata uang logam. Ia benci karena semua orang menganggap hacker adalah salah satu orang yang melakukan tindakan kriminalitas, ketika orang awam mendengar kata hacker, pasti yang pertama kali muncul dibenak mereka adalah pernyataan-pernyataan negatif, namun tak dipungkiri bahwa beberapa pihak memang melakukan hal itu. Black hacker. Sedangkan, hal yang ia senangi dari sandangan sebutan hacker ialah, kemampuan yang ia miliki. Zeno sangat bersyukur atas kemampuannya dalam dunia komputer yang membuatnya sering dipanggil oleh instansi-instansi pemerintahan ataupun suatu perusahaan untuk menguji sistem keamanan.
Kemampuan, bakat, dan minat menjadi keahlian. Patut dibanggakan, asal tidak tinggi dagu. Jangan bermain dengan kata pendirian, jika goyah bisa jatuh.
Zeno, ibarat dua sisi mata uang logam. Jahat jika mendesak, baik jika menguntungkan.
(***)
"Oh please!" Seru Zeno kesal.
Drrrtt drrt drrt. Ponselnya berbunyi. Matanya terpaksa teralihkan dengan sedikit minat kearah ponsel pintarnya.
From: Ayah
Jangan lupa packing. Kita ketemuan di bandara jam 6 sore yah. Jangan sampai telat. See ya.Setelah membaca pesan singkat dari ayahnya ia kembali beralih ke layar komputernya. Ia sekarang kembali mencoba masuk ke dalam situs web ilegal yang memperdagangkan manusia yang dikelola oleh sekelompok pedofil. Tugas tersebut merupakan intruksi temannya bernama Reno yang berkerja di Badan Intelejen Indonesia yang biasa disingkat BIN. Sebelumnya, Zeno berhasil mengakses dan menguasai situs tersebut dan menyiapkan back door.
[A/N]
*Pedofil adalah seorang yang memiliki kesukaan berlebihan (keposesifan) terhadap anak-anak dibawah umur.
*Back door merupakan pintu belakang untuk masuk ke sistem yang telah berhasil diexploitasi oleh attacker. Bertujuan untuk jalan masuk lagi ke sistem korban sewaktu-waktu.Kedua sudut bibirnya merekah, ia berhasil kembali masuk ke dalam situs web tersebut. Kerjanya dengan memblokade beberapa sistem dengan menggunakan worm ternyata tak sia-sia. Lalu, jemarinya menari-nari di atas keyboard dengan lihai. Mencari data yang ingin ia ambil, kemudian mengirimkannya ke clientnya. Dengan kemahirannya dan keahliannya ia mudah menyelesaikan pekerjaannya tersebut.
[A/N]
*Worm (cacing) merupakan kode jahat yg sistem kerjanya seperti cacing, menggandakan diri dan menyebar, tidak menopang pada file. Kebanyakan di Indonesia adalah kode jenis ini."Hallo bro. Cek email ya. Data yang lu butuhin udah ada tuh." Zeno berbicara dengan lawan bicaranya lewat ponsel.
"Sama-sama"
"Elah! Lama amat nunggu sejam buat uangnya cair. Gue mau buru-buru pergi nih."
"Sekarang aja uangnya kirimin ke rekening gue"
"Gue mau ke Cina."
"Peringatan kematian nyokap gue"
"Okay, bye"
Sejenak ia menatap figura yang menampilkan dirinya waktu kecil yang tertawa ceria bersama kedua orang tuanya.
"Officially missing you, mom. Very much" Zeno tersenyum tulus. Lalu ia segera mempersiapkan diri untuk berangkat ke bandara, karena Zeno akan pergi ke Cina.
(***)
Jarum pendek di arloji yang Zeno pakai sudah menunjukan pukul 6.26. Satu hal yang ia benci adalah, menunggu. Menunggu ayahnya yang tak kunjung datang. Sesibuk itulah ayahnya, hingga membuat mereka jarang bercengkrama. Karena itu Zeno sangat dekat dengan ibunya. Sudah lima tahun Zeno hidup tanpa seorang ibu. Ibunya meninggal akibat penyakit radang paru-paru kronis, pihak keluarga dari ibunya menginginkan ibunya dikebumikan di tanah kelahiran sang ibu. Ayahnya hanya bisa menghormati keputusan tersebut.
"Maaf Zeno" suara berat dengan dialeg daerah khas Sumatera terdengar dipendengarnya.
"Ayah lama banget sih"
"Maafin ayah, tau sendirikan kalo jalanan Jakarta macet"
"Lain kali on time dong, yah" Kata Zeno sambil memasangkan earphone ke telinganya.
Ayahnya hanya membalas tertawa sambil mengacak-acak rambut Zeno, dalam hati Zeno tidak suka dengan rambutnya yang diacak-acak seperti itu. Ia jadi tampak seperti anak kecil.
Sang ayah dengan langkah santai menarik kopernya, Zeno berjalan mengikuti ayahnya dari belakang sambil asik mendengarkan musik.
Sambil mengikuti irama lagu, Zeno sesekali menutup mata menikmati alunan musik akustik yang terhubung lewat ponselnya. Namun, ada saja yang membuatnya jengkel.
Bukkk!
"Aww!"
To be continued

KAMU SEDANG MEMBACA
Diary of a Hacker
Fiksi IlmiahKetika dunia berubah. Otak mencari akal untuk keluar. Akses masuk sangat mudah. menganggap remeh yang pintar dan segalanya disebut malapetaka. Apakah Zeno mampu mengalami semua itu? kinerja otak dan realita kehidupan, terkadang sejalan namun beda ra...