Oneshoot

4.9K 85 23
                                    

Cerita ini telah mengalami revisi sedemikian rupa. Tidak ada sebab apapun kecuali saya merasa bahwa cerita yang sebelumnya absurd pake banget. Jadi setelah menyempatkan waktu, saya akhirnya bisa merevisi cerpen ini. Semoga kalian suka, dan selamat membaca.

***************************** 

Malam yang menyesakkan yang pernah terjadi dalam hidup Rania. Gadis cantik yang baik hati ini, baru saja diputuskan oleh sang kekasih hatinya yang selama tiga tahun belakangan ini sangat ia sayangi. Ia adalah Aldo, cowok yang juga sangat menyayangi Rania dan berniat melamar Rania akhir semester nanti. Susah diterima memang, bagaimana bisa anak yang masih SMA sudah berniat melamar kekasihnya saat mereka sama-sama belum lulus sekolah.

Tapi pernyataan itu tak memusingkan Aldo. Ia hanya ingin Rania menjadi miliknya selamanya. Aldo tak ingin sama seperti teman-temannya yang lain. Yang hanya bermain-main dengan cinta. Bahkan ia rela harus mencari kerja part time supaya tidak merepotkan orang tuanya jika ia ingin mengajak jalan Rania. 

Tapi entah mengapa seminggu belakangan ini, Aldo banyak mendapat hasutan-hasutan dari teman dekatnya dan teman Rania yang membenci hubungan mereka. Mereka yang mulanya mendukung hubungan Rania dan Aldo, tiba-tiba membanting setir. Mereka sangat membenci hubungan kedua insan itu.

"Kamu ngapain sih masih mau sama cewek yang jelas-jelas mencintai kamu karena paksaan" kata salah seorang teman Aldo.

"Kamu tau nggak Do, kalo Rania itu sudah ada cowok lain selama tiga bulan ini? Dia satu sekolah sama Rania loh" kata temannya yang lain.

"Udahlah Do, putusin aja Rania, dia bukan cewek bener-bener. Lo aja yang nggak tau gimana bejatnya dia kalo lo gak ada. Apalagi lo kan nggak satu sekolah sama dia." yang lain ikut menimbrungi.

Hari demi hari cacian tentang Rania semakin banyak. Cacian yang awalnya tak digubrisnya sama sekali, lama-lama membuat Aldo berpikir ulang tentang Rania. Memikirkan setiap perkataan yang keluar dari mulut teman-temannya dan membandingkan dengan sifat Rania.

Saat itu juga Aldo berpikir bahwa selama ini ia telah ditipu dengan sifat manja Rania, sifat kekanak-kanakkannya yang selama tiga tahun ini selalu menjadi penyemangat hidupnya, dan yang selalu membuatnya tersenyum ketika ia dilanda kemurungan. 

Aldo mulai terhasut, ia berpikir bahwa hubungan ini harus segera diusaikan. Entah setan darimana yang membuat Aldo tiba-tiba berpiki seperti itu. Ia tiba-tiba merasa hubungannya tidak bisa dilanjutkan lagi, dan konsekuensi yang ia terima adalah, Ia harus merelakan persiapan melamar Rania beberapa bulan lagi yang ia telah siapkan dengan matang.

*****************************

Keesokan harinya, setelah pelajaran terakhir selesai. Aldo segera meluncur ke sekolah Rania seperti yang biasa ia lakukan selama tiga tahun terakhir ini. Ia juga menyiapkan segala mentalnya. Tak rela memang, jika harus melepas orang yang ia sayangi. Tapi apa boleh buat, Aldo tak punya pilihan lain. Ia sudah merasa matang dengan pilihannya, karena ia sudah terhasut dengan perkataan teman-temannya.

Dan bel pulang sekolah pun berdering, dengan sigap Aldo mengatur napasnya. Sesaat kemudian Rania menampakkan batang hidungnya. Aldo mengambil nafas panjang lagi dan menghembuskannya pelan-pelan untuk meyakinkan bahwa keputusan yang ia ambil ini sudah benar.

"Kita harus putus, Ran," katanya sambil tersenyum "kita udah gak cocok lagi, dan aku sudah bosan dengan kamu." lanjutnya tanpa menunggu sepatah katapun dari mulut Rania.

Setelah mengatakan itu Aldo langsung pergi begitu saja, bayangannya hilang ditengah kerumunan siswa-siswi yang sedang keluar gerbang. Kondisi disekitarnya yang ramai seolah berubah menjadi sangat sepi. Suasana hatinya sangat mendung, ia bagaikan disambar petir ratusan kali. Ia tidak tau harus berbuat apa, tubuhnya lemas sekali.

Karena Patah HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang