Deva mengusap lengannya, air menetes dari rambutnya. Ia mencuci muka untuk menyegarkan badannya, ia masih menunggu proses kelahiran putranya dengan Veranda. Pikiran pikiran tentang ucapan Ve tadi memenuhi otaknya, ia menggosokkan kedua tangannya dan meniupnya guna menghilangkan sedikit rasa dingin yang menyerangnya.Ia menyandarkan kepalanya rasa kantuk mulai datang. Kalian tau? Sekarang adalah tengah malam dan Veranda merasakan kontraksinya beberapa menit setelah Deva baru saja sampai rumah dan mengistirahatkan badannya.
Lelah? Pasti, tapi tak apa demi anak anaknya ia rela melakukan apapun, bahkan memarahi pengendara lainnya? Senyumnya tersungging begitu saja, rasa cemas dan khawatir soal keempat nyawanya bukannya hilang. Ia hanya sedikit mencoba menenangkan dirinya, apakah semua orang yang akan menjadi ayah merasakan hal yang seperti ini? Pikirnya.
Tak lama seorang dokter keluar dengn suster yang masing masing membawa box bayi. Deva dengan sigap bangun dari duduknya dan sedikit merapikan rambutnya.
"Ehm, Bagaimana dok?." Tanyanya pada Livy, wanita itu hanya tersenyun dan menepuk lengan Deva
"Selamat pak Dev! Semua bayi anda selamat, hanya saja memang ada bayi yang sangat kecil. Ini yang saya bicarakan beberapa waktu lalu." Jelas Livy menjabat tangan Deva, senyum haru menghiasi wajah pria itu.
"Bagaimana dengan istri saya?." Tanyanya.
"Bu Ve, masih dalam pengaruh bius tapi anda boleh melihat kondisinya. Sekarang silahkan lihat putra putra anda di sana. Saya permisi dulu, kalau ada apa apa, silahkan temui saya." Kata Livy
"Baik! Terimakasih dok! Terimakasih." Ujar Deva.
"Sama sama."
Deva memasuki ruangan tempat Ve berada setelah dari ruang operasi, wanita yang di cintainya itu sedang tertidur, perlahan ia mendekatkan dirinya pada Veranda. Ia meraih tangan Ve dan di genggamnya erat, matanya berkaca kaca, sewaktu-waktu air mata itu bisa dengan bebasnya membasahi pipinya. Ia mencium lembut kening Veranda lama, di belainya rambut Veranda yang terurai. Ia merasakan genggamannya di balas oleh sang empunya. Ia menatap lembut ke arah Veranda yang perlahan membuka matanya, senyum dari wanitanya selalu memikat hatinya.
"Hey babygirl." Desisnya pelan. "Bagaimana? Apa ada yang sakit?." Ve menggeleng dan tersenyum
"Permisi, ini putra putra anda." Ujar seorang suster yang membawa box bayi kedalam ruangan tersebut. "Hm baik, terimaksih sus." Jawab Deva
"Mau lihat anak anak kita?." Tanya Deva yang di balas anggukan oleh Veranda. Perlahan ia menggendong salah satu dari ketiga bayinya, jangan takut ia sudah belajar cara menggendong bayi dengan baik dan benar. Bayi dalam gendongannya itu menggeliat, ia menimang putranya itu.
"Ssst.., sayangg. Daddy di sini. Lihat ini mommy. Say hi sama mommy, hai mom." Deva memainkan telapak tangan mungil itu dan melambaikannya pada Veranda. "Kamu mau melihatnya secara jelas?." Tanyanya. Ve mengangguk
Deva memindahkan bayi dalam gendongannya pada Veranda, mereka benar benar merasa menjadi keluarga yang lengkap sekarang.
"Hi baby boy, ini mommy." Ujarnya lirih, Deva tersenyum melihat pemandangan di depannya. Ia mendorong box bayi kedua putranya yang lainnya mendekat ke ranjang Veranda, ia duduk di sebelah Veranda dengan menggendong dua bayi mereka.
"Terimaksih Ve, kamu hebat." Ujar Deva tulus pada Veranda. "Kamu mau membawa ketiga anak ini selalu kemanapun kamu pergi." Imbuhnya lagi
KAMU SEDANG MEMBACA
I Hate Love but I Love You
FanfictionAku percaya jika tuhan pasti akan memberi kita teman hidup. Hanya tinggal menunggu kapan waktu itu akan datang dan berpihak pada kita. -Deva- Deva Keenan Putra Dirgantara, di usianya yang bisa dibilang masih muda ia sudah sangat sukses, semua keingi...