Aku duduk di meja makan menunggu suamiku untuk turun, pikiranku masih diusik oleh pikiran-pikiran negative tentang wanita bernama Sharon itu, hatiku tidak tenang walaupun Jalal mengatakan mereka sudah tidak berhubungan lagi, seandainya sesuatu terjadi dan Jalal lebih memilih dia dari diriku...apakah aku sanggup untuk bertahan? Dulu saat aku bukan siapa-siapa Jalal, aku hampir tidak bisa menjalani hidup ini, untung saja Jean membantuku dan memberiku kepercayaan diri untuk melewati hari demi hari, tapi sekarang aku tidak bisa asal pergi lagi karena status hubungan kami di tambah hutang-hutang ayah.
Walau Jalal mengatakan semuanya telah selesai tapi aku tidak ingin di anggap memanfaatkan keadaan , aku ingin Jalal melihat bahwa aku bukanlah gadis manja yang dia pikirkan, aku Jodha...Jodha yang dari kecil harus berusaha mandiri karena ayah tidak memperhatikanku, Jodha yang harus menahan sakit hati karena dulu Jalal juga tidak memperhatikanku, selama di Amerika di saat aku sudah menjadi pusat perhatianpun aku tetap merasa hampa, sekarang hidupku adalah Jalal dan bila dia meninggalkanku...aku tak sanggup lagi untuk melangkah.
Air mataku jatuh tanpa bisa kutahan lagi, rasa cintaku pada Jalal membuatku sangat posesif
"kenapa kau menangis sayang" Tanya Jalal tiba-tiba memelukku dari belakang, aku kaget sambil berusaha menghapus air mataku, karena sedang melamun aku tidak menyadari kehadirannya
"ehmmm aku hanya memikirkan tentang ayahku...aku sedih tidak bertemu dengannya disaat-saat terakhirnya" jawabku sambil mengecup pipi Jalal, Jalal membalas mengecup bibirku dan duduk di sampingku
"kuharap kau tidak sedih lagi dan kuharap kesedihanmu bukan karena hal lain" kata Jalal menggenggam tanganku sambil tersenyum, dari raut wajahnya seperti ada yang berubah, ada sesuatu yang sedang dirisaukannya
"tidak...tidak ada yang lain...dan sekarang ayo kita makan" kataku sambil mulai mengambilkan Jalal makanan, kami makan malam seperti biasanya, sesekali Jalal mengomentari setiap apa yang dia makan, aku hanya tersenyum melihat sikapnya itu. Setelah makan aku dan Jalal duduk-duduk di teras sambil berpelukan
"Jodha...bagaimana kalau kita berangkat ke London besok pagi saja, jadi kita punya banyak waktu untuk berjalan-jalan" Tanya Jalal sambil mengecup kepalaku
"dan pekerjaanmu? " tanyaku heran
"aku sudah menelepon Todar untuk mengawasi segalanya, walau ada beberapa direktur yang membuat masalah tapi aku yakin dapat mengatasinya"Jawab Jalal seperti sedang memikirkan sesuatu
"aku tidak ada masalah...hanya saja...Sharon?katamu kau akan membereskan urusan dengan dia"
"aku sudah meneleponnya tadi, dia masih tidak terima aku menikahimu...tapi kau tak perlu khawatir karena kita tidak ada urusan dengan keberatannya itu" jawab Jalal sambil membelai lenganku seperti ingin meyakinkan diriku sekaligus dirinya sendiri bahwa semua akan baik-baik saja
"kau menyukainya Jalal?" tanyaku keras kepala, walau sakit aku tidak bisa meredam rasa penasaranku ini, Jalal diam beberapa saat kemudian menarik napas panjang
"ya dulu...waktu pertama bertemu tentu aku menyukainya karena aku laki-laki, tapi diapun tidak bisa.... maksudku aku tidak mencintainya dan dia tahu itu karena aku jujur padanya, dia bersedia dan menerima apa yang bisa aku tawarkan, dan sekarang ..sama seperti yang lainya dia akan berusaha mendapatkan sesuatu yang tidak mungkin aku berikan"
"apakah ada sesuatu yang bisa membuatmu berubah pikiran seperti yang dia katakan padaku tadi sore?" tanyaku lagi dengan hati yang seperti diremas-remas membuat sesak didada
"tidak...tidak ada yang akan merubah hati dan pikiranku, bagiku hanya kau yang terpenting dan tidak ada yang dapat menggantikanmu, walaupun aku peduli tapi itu hanya karena aku bukanlah binatang seperti kedua orang tuaku" jawab Jalal dengan wajah yang sedikit tegang, jantungku berdetak kencang karena mendengar jawabannya, apa maksudnya? Ada hal yang tidak secara gamblang dapat dia katakan
KAMU SEDANG MEMBACA
You Love Me Even When You Dont Know Me (Anthony Book 1)
Fiksi Penggemarkisah cinta rumit antara Jodha dan Jalal, cinta pada pandangan pertama terhalang harga diri dan status sosial membuat tembok tinggi penghalang , kesalah pahaman tidak memadamkan rasa yang ada di hati keduanya, mampukah mereka melawan ego masing-masi...