Part 3

555 38 4
                                    

THIS IS REALLY MINE!!!

-

Hari demi hari aku lalui secara normal dan wajar, layaknya masa-masa persahabatan kita seperti biasanya. Yang beda hanyalah suasana hidup kita saat ini. Tidak seperti saat bersahabat dulu, kini aku dan Sooyoung bisa selalu bertatap muka setiap hari. Bahkan tidak jarang aku mengantarnya ke kantor.

Sooyoung bekerja di kantor penerbit buku terbesar di pusat Seoul. Dia menjadi seorang novelis sekaligus editor tetap disana. Dia juga pandai membuat sket grafis untuk cover novel. Sungguh, betapa beruntungnya perusahaan penerbit itu telah merekrut seorang seniman seperti Sooyoung.

Aku suka baca novel, tapi Sooyoung jauh lebih menyukainya dari pada aku. Jadi, kegiatan kita saat liburan adalah berkutat di hobi masing-masing. Sooyoung di novelnya, aku di PSP kesayanganku.

Aku lebih suka novel sejarah dari pada romance. Itu sebabnya aku jarang ikut gabung bersama Sooyoung untuk menikmati waktu dengan novel koleksiannya. Kecuali saat ada novel baru yang pengarangnya adalah Choi Sooyoung, aku wajib membacanya.

Sudah sekitar sebelas novel karangannya yang terbit secara berkala. Aku sudah membaca semuanya dan tentu saja semuanya bergenre romance. Satu alasan yang membuatku menikmati tulisannya, apa lagi alasannya yang lebih tepat selain karena Choi Sooyoung?

Aku berdiri mematung di pintu masuk dapur. Jadi ini alasan kenapa sedari tadi aku panggil dan berkata 'aku pulang' tak ada satu pun sahutan darinya?

Hey, sejak kapan novelis satu ini jadi gemar memasak? Selama dua bulan lebih tiga minggu kami menikah, baru kali ini aku melihat Sooyoung memasak.

Aish... lucu sekali. Celana pendek diatas lutut, T-shirt biru yang terlihat pas di tubuhnya, dan sandal rumah berkepala teddy, sungguh membuatnya imut dan menggemaskan. Tubuh tinggi nan kurusnya itu sudah terbalut apron di depannya. Aku hanya bisa melihat tali apron di punggungnya. Punggung itu... ingin rasanya aku melangkah dan memeluknya dari belakang. Aku juga ingin mengecup tengkuk cantiknya itu sambil berbisik, 'I'm Home yeobo'. Ahh... sudahlah Kyuhyun-ah... lupakan!

"Ekhm...!" aku berdeham untuk menyadarkannya atas kehadiranku.

Dia berbalik dan melihatku. Dia tersenyum manis dengan sendok kuah yang masih ada di dekat mulutnya, mungkin dia bermaksud mencicipi hasil masakannya.

"Eoh, oppa, kau sudah datang?" ujarnya yang kemudian meletakkan sendok yang dia bawa dan mematika kompornya. Dia berjalan mendekatiku, "Kenapa kau tidak mengucapkan salam?" tanyanya yang sedang meletakkan tas kerja dan jas yang tadinya tersampir di lenganku, setelah dia ambil dariku.

Dua minggu setelah kita menikah, orang tua Sooyoung memaksanya untuk memanggilku 'oppa' bukan 'Kyuhyun-ssi' aku sempat menggodanya saat orang tuanya tak ada. Namun, akhirnya dia jadi terbiasa dan sampai sekarang menyapaku dengan sebutan itu.

Aku tersenyum dan mendengus canda saat dia sudah berdiri lagi di depanku. Seperti biasa, dia melepaskan dasiku. "Kau saja yang terlalu berkonsentrasi dengan masakanmu sampai-sampai tidak mendengar salamku, cih!" aku berpura-pura kesal. Dia tertawa kecil. Kenapa dia jadi semakin cantik?

"Maaf oppa, aku sedang mencoba sup ikan yang pernah di buat oleh eomma-ku."

Aku tak merespon ucapannya. Aku terlalu terpaku memandangi kecantikannya. Semakin hari dia semakin cantik. Entah sampai kapan aku bisa menahan hasratku untuk memilikinya secara utuh. Sampai sekarang pun kami hanya berlakon layaknya sahabat. Sekadar berpelukan dan bergandengan tangan. Cium pipi mungkin menjadi suatu hal istimewa untukku. Selebihnya, aku masih harus menahan. Aku ingin, di saat dia siap, aku akan mendapatkan hati dan jiwanya yang akan membelenggu di dalam raganya untuk aku terima dan aku simpan di jiwaku.

"Oppa... kenapa melamun?"

Aku tersadar dari lamunanku dan segera mengembalikan suasana, aku tersenyum melihatnya yang masih ada di depanku. Padahal dasiku sudah dia lepaskan. "Biasanya, saat seorang istri sedang berada sedekat ini dengan suaminya, maka sang suami tersebut akan menarik pingganggnya dan mengecupi istrinya itu. Hehehe" candaku.

Bug bug!

Sooyoung langsung memukul-mukul dada dan lenganku bergantian di tengah tawanya. "Au... argh... yak! Ini sakit!" rintihku.

Dia masih tertawa, "Hahaha... maaf, maaf... hahaha...." apakah sesenang itu? "Oppa, hayalanmu sudah terpengaruh oleh novel romance, hahaha..." gelaknya lagi.

Kubiarkan dia tertawa seperti itu. Memang aku sering melihatnya tertawa, tapi sampai kapan pun aku tidak akan pernah bosan. "Kau ini, selalu saja menyindirku. Sudahlah, kapan mulai makan malamnya?"

Tawanya tiba-tiba hilang. Dia terdiam dan melihatku. "Oppa..." wajahnya semakin mendekat kearahku. Bisa kurasakan jantungku berdetak sepuluh kali lebih kencang. Tidak pernah dia seberani ini. apa dia akan menciumku? Nafasnya bisa kurasakan menerpa pipiku, dan lanjut ketelingaku. "Kau mau segera makan malam? Oh Tuhan, bahkan keadaanmu masih bau." Bisiknya yang sontak membuat mataku membulat.

"Yak!"

-

Setelah makan malam, aku dan Sooyoung duduk di depan TV. Kami mengobrol seperti biasanya. Sampai tanpa sengaja kami terhanyut menyaksikan drama keluarga yang bertokoh pasangan muda sekitar umur 27-an sampai 32-an. Ah, itu sih bayanganmu saja Cho Kyuhyun! Kau hanya berharap bahwa cerita kehidupan rumah tanggamu semanis di drama itu, iya kan?

Ck! Benar. Aku ingin semanis itu. Walau awalnya mereka tak sama-sama cinta, pada akhirnya sang suami sadar apa yang harus dia perbuat untuk istrinya. Begitu juga sebaliknya. Sang istri menyadari sesuatu hal terpenting yang harus dia laksanakan sesuai hasrat yang dimiliki suaminya.

"Oppa..."

"Hmmm...?"

Dia menatap sendu kedua mataku. Apa dia terpikirkan sesuatu yang membuatnya sedih? Kenapa wajahnya semakin buram?

"Apa aku harus melakukan apa yang-"

Aku tahu kemana arah pembicaraannya. Segera kupotong kalimatnya dengan senyuman dan gelengan kepala. Kuhusap lembut puncak kepalanya, "Tidak. Kau tidak harus melakukannya. Aku ingin, tapi aku juga akan menunggu sampai kau siap. Bukankah aku sudah bilang, aku akan menjagamu dan akan berusaha membuatmu nyaman disampingku, eoh?"

Air matanya semakin membelenggu, menutupi manik matanya. Sooyoung menangis?

Dia berhambur memelukku. "Gomawoyo oppa... jongmal gomawo..." lirihnya. Aku hanya bisa tersenyum dan mengelus punggungnya.

-

To Be Continue.

Will be soon if you give vote and comment after you read it. *_*


THAT MANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang