PROLOG

425 69 38
                                    

"Gue denger lo seksi, modis, dan dada lo besar, mau gak jadi pacar gue?" Tanya asal Farrel terhadap wanita yang sedang duduk di depannya sambil membaca buku.

Wanita itu langsung mendongak dan membenarkan letak kacamatanya kemudian mengganjal halaman buku yang baru ia baca. Ia memberi kode kepada Farrel untuk mendekat dan membusungkan dadanya yang membuktikan kata kata Farrel bahwa dadanya besar. Farrel pun mendekatkan wajahnya kepada wanita itu.

"FARREL ASGIANTARA!!! KAMU MAU MAMA GORENG PAKE PETE BAKAR HAH??!!!!" Jerit wanita itu.

Bughhh..

Plakkk..

Bughhh..

Bughhh..

"Aw-aww sakit mama Farrel itu lagi latihan nembak cewek aw-aww!" sungut Farrel sambil mengusap-ngusap kepalanya yang menjadi hantaman buku tebal sang mama.

Lelaki paruh baya yang duduk di seberangnya,Tara, papa Farrel pun tertawa melihat kelakuan anak keduanya itu, tak ada angin tak ada hujan bahkan tak ada badai berani beraninya ia berkata seperti itu terhadap mamanya.

"Masyaallah nak insyaff udh kelas 3 Sma tahun ini UN!" nasehat Refi terhadap anaknya sambil mengusap-usap dadanya akibat perkataan asal Farrel.

"Anak papa! Papa bangga sama kamu nakk" kata Tara sambil melipat korannya dan mengacungkan kedua jempolnya kepada Farrel yang sedang meminum kopi.
Lihat saja, di nasihati bukannya menunduk ketakutan malah menyeruput kopi.

Srupp..

Srupp..

Suara dari bibir Farrel yang sedang minum sangat terdengar membuktikan bahwa ia sangat menikmati kopinya itu. Farrel yang mendengar sang papa membanggakan dirinya menghentikan kegiatannya meminum kopi dan menaruh kopi itu kembali ke meja kecil itu.

"Abis dada besar menggoda sih pa!" kata Farrel sambil menyengir dan dihadiahi tatapan tajam sang mama.

"Mangkanya cepet gede, cari istri trus nikah!" kata Tara di sela sela tawanya

"Udah gede kok pa!" jawab Farrel lagi sambil mengangkat kaki kanannya sehingga bertumpu pada kaki kiri dan sofa.

"Apanya?" Tanya papa kepada anaknya itu sambil menyatukan alisnya. Sang mama pun sudah melanjutkan kegiatan membacanya dan sambil sesekali meminum kopi yang sudah dibuatkan bi Ijah sekitar 20 menit yang lalu.

"ANU-NYA!HAHAHAHA!!" kata Farrel sambil menunjuk junior-nya menggunakan kedua jari telunjuknya, seketika tawa Farrel dan Tara pun meledak mendengar kalimat asal itu bahkan Refi yang sedang meminum kopinya hampir tersedak mendengar kata itu.
Refi yang kesal acara membacanya di ganggu langsung menatap anak dan bapak tersebut dan melemparkan buku buku tebal yang menemaninya membaca.

"ANAK SAMA BAPAK SAMA AJA!! SAMA SAMA MESUMMM!!" teriak Refi yang langsung meninggalkan ruangan itu.
Farrel dan Tara pun saling bertatapan kemudian tawa mereka pun meledak sekencang kencangnya yang dihadiahi jeritan sang mama.

-------------------

"MAMA!!!!"

Teriak lelaki itu sehingga ia terbangun dari tidurnya dengan keringat di wajah khasnya, perpaduan antara wajah Indonesia dan Pakistan tidak membuatnya menjadi monster saat bangun tidur, bahkan ditambah dengan keringat yang mengalir di sepanjang sisi wajah dan lehernya justru menambah kesan jantan bagi para wanita yang melihatnya.
Masih dengan nafas terengah-engah lelaki itu mengedarkan pandangannya keliling kamar, saat ini pandangannya tertuju pada figura yang terletak di meja samping tempat tidurnya.

"Ma,pa, Farrel kangen." lirih lelaki itu sangat pelan bahkan sampai tidak terdengar, sambil mengusap-usap figura yang sudah berada ditangannya.
Di figura itu terdapat wajah pria dan wanita paruh baya yang sedang berpelukan menghadap ke kamera dengan senyum menghiasi wajah mereka. Di peluknya kembali figura itu seolah itu adalah barang yang sangat berharga bagi diri dan hidupnya.

Dekapan itu makin erat, sehingga mampu melecetkan tangannya akibat genggaman yang terlalu kuat itu, seperti anak yang tak ingin kehilangan orangtuanya. Sama seperti Farrel, baginya orangtua adalah segalanya disaat semua waktu remajanya menyenangkan tak ada yang lebih menyenangkan ketika ia menghabiskan waktu bersama keluarganya, bercanda tawa bersama orang tuanya, meminum teh hangat di sore hari sambil melihat tukang kebun yang memotong rumput dan hal menyenangkan lainnya.

Tapi kuasa Tuhan berbeda, Ia lah yang berhak menentukan kehidupan ini, Ia yang berhak menentukan skenario dan permainan-permainan yang Ia buat untuk umatnya, Sang Maha Kuasa-lah yang berhak menentukan, sekeras apapun, sejaga apapun, jika Tuhan berkata siapa yang mampu menentangnya.

Tes..

Tes..

Farrel menangis, menangis dalam diam yang mampu membuat dirinya makin sakit. Ia tidak mau dianggap lemah oleh orang lain tapi kenyataannya ia sudah menjadi sosok yang sangat lemah malam ini.
Tegar,dingin,cuek, sifat sifat yang menjadi tameng untuk seorang Farrel Asgiantara, pelindung, penjaga untuk dirinya saat ini. Menangis tanpa suara saat udara malam hari menusuk, saat angin angin di luar berhembusan, saat suara jangkrik yang berada di bawah tanah terdengar membuktikan bahwa dirinya benar benar sendiri saat ini.

Tak ada lagi Farrel yang baik hati, Farrel yang ramah terhadap orang lain, Farrel yang bercanda tawa dengan kerabatnya.
Ia kesepian, sendirian, seorang diri menghadapi hidup tanpa keluarganya. Keluarga yang menjadi jiwanya, keluarga yang menjadi hidupnya. Kini sebagian jiwa dan hidupnya di telan bumi, tidak ada lagi keluarga yang menjadi penyemangatnya, tak ada lagi keluarga yang mengobatinya saat sakit, mamanya yang berteriak membangunkannya, tak ada lagi tawa dan canda yang keluar dari bibir sang papa akibat ulahnya, tak ada lagi mamanya yang biasa memangkunya dan memainkan rambutnya dengan pola kecil, takada lagi lempar-lempar tepung bersama adik dan kakaknya. Semua hilang, semua pergi, pergi bersama udara yang berhembus kelangit menuju Sang Kuasa.

Tbc.

Aaaaaaa

Absurd banget ini

Sok ngide mau bikin cerita

Aduh apaan

Lah? Pokoknya minta saran dan votenya ya kawan

Peluk hangat

Author

Cause Changing SomeoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang