Chapter 3: Tim Pemburu

15 1 1
                                    

Di langit malam tiba-tiba saja muncul empat buah bola kemudian berpencar ke empat penjuru angin. Ke empat bola itu dengan sangat cepat melaju menembus gelapnya malam dan lebatnya hutan.

.
.
.

Di utara di mana yang terlihat hanyalah deretan pepohonan yang sangat jauh berbeda bentuknya dengan pohon yang ada di Earth, pohon di sini memancarkan cahaya biru dan sebuah makhluk yang menyerupai ubur-ubur namun yang ini ukuran tubuhnya sedikit lebih kecil dan yang paling penting ialah ubur-ubur ini melayang di udara memancarkan cahaya putih remang-remang dan tak menyengat. Di dalam hutan tersebut nampak sosok gadis berambut merah dengan tangannya memeluk erat sebilah katana yang entah bagai mana katana miliknya tiba-tiba saja bilahnya sudah tertutupi oleh sheet berwarna hitam.

"Sebenarnya ini dimana?" pikirnya sambil terus menerobos rerumputan mencari jalan keluar.

"AAARRGH..."

Sebuah teriakan kesakitan menggema hingga mencapai gendang teling gadis itu dan suara tersebut tepat berasal dari seberang semak-semak di depannya. Perasaan yang sangat penasaran, gadis itu mengintip keseberang semak-semak itu, dengan pencahayaan seadanya samar-samar pandangannya menangkap sebuah sosok makhluk setinggi 3 meter tak jauh di depannya. Makhluk itu nampak sedang menikmati santapannya, dan secara automatis pandangan gadis itu langsung menangkap sosok yang sedang di santap makhluk itu. Sosok itu tak lain adalah beberapa manusia yang sudah tidak bergerak lagi dan saat ini tubuh mereka sudah berlumuran dengan darahnya sendiri.

Makhluk itu lalu memakan salah satu sosok manusia dengan mulutnya dan sangat mudahnya tubuh manusia itu remuk tercabik-cabik. Tanpa makhluk itu sadari salah satu tangan dari manusia yang dimakannya terlempar dan mendarat tepat di depan gadis itu. Gadis itu sontak menatap takut, jijik, dan mual melihat potongan tangan yang tepat di bawahnya dan berlumuran darah.

Sesaat sebelum gadis itu berteriak sebuah tangan menutup mulutnya sehingga suara teriakannya terbungkam. Seketika gadis itu kaget melihat sebuah tangan menutup mulutnya dan memberanikan diri untuk melihat siapa pemilik tangan itu, pandangannya langsung menangkap sosok pemuda yang sedang menaruh jari telunjuknya pada bibirnya yang mengisyaratkan ke gadis itu untuk diam. Melihat itu gadis tersebut mengangguk pelan lalu secara pelan pemuda itu berjalan mundur menjauh dari tempat itu dan tentu saja gadis itu langsung mengikutinya.

Namun semua yang pemuda itu rencanakan karena secara tidak sengaja keduanya mengijnjak ranting kering dan menciptakan sebuah suara berisik. Pemuda yang menyadari kelalaiannya langsung menggenggam tangan gadis itu sambil berbalik.

"Run." ucapnya sejenak memberitahukan hal yang ingin dilakukannya.

Setelah mendengar yang diucapkan pemuda itu, mereka berdua langsung berlari meninggalkan tempat menakutkan itu, namun sesaat pemuda itu melirik ke belakang dan pandangannya langsung menemukan sosok makhluk tersebut sedang mengejarnya.

"Yang benar saja! Kampret!" Pekik pemuda tersebut sambil terus berlari sementara tangannya masih memegang erat tangan si gadis agar gadis itu terus berlari.

Sejenak gadis itu menampakkan mimik wajah bingung mendengar ucapan pemuda yang menariknya berlari saat ini. 'Kare wa chōdo ima iimashita ka? Watashi wa rikai dekimasendeshita. ( Apa yang dikatakannya barusan? Saya sama sekali tidak mengerti. )' Pikir gadis itu. Namun meski begitu Ia masih berlari karena sosok makhluk di belakangnya masih mengejarnya.

Makhluk tersebut memiliki sebutan sebagai Minare dan merupakan salah satu dari sekian banyak Akami di tempat ini terus mengejar mereka berdua, hingga kedua remaja itu harus berhenti karena tepat di depannya adalah sebuah jurang dengan dasar yang tak terlihat.

"Sial! Kalau begini harus kulakukan." ucap pemuda itu lalu mendorong gadis itu menjauh darinya.

Setelah itu pemuda tersebut mengambil beberapa buah batu dan melempari kepala Minare agar perhatiannya hanya tertuju padanya seorang. Pemuda itu terus melempari Minare sambil berjalan menjauh dari gadis itu, sementara Minare mengikuti ke mana arah pemuda itu berjalan.

Broken BladeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang