Tadaima

Tadaima, Shunrei

Sudah berapa hari, aku tidak bertemu dengannya. Keadaanku sebagai saint tidak memungkinkan untuk menemuinya. Ya, sebagai saint aku harus bertugas melindungi Nona Saori Kido, rekarnasi dari Athena, sang dewi keadilan. Saat ini aku sedang bertarung dengan 12 Gold saint. Prioritasku sebagai saint harus kulakukan. Aku tidak mungkin mengabaikannya, meskipun sebenarnya aku ingin bertemu dengannya. Tujuanku saat ini bertarung dengan 12 Gold Saint bersama Seiya, Hyoga, Shun dan Ikki demi menyelamatkan Athena. Athena saat ini sedang bertarung melawan kematiannya. Kami sebagai bronze saint harus kelawan 12 Gold saint dan Pendeta tertinggi di Santuary untuk menghilangkan panah yang tertancap di dada Nona Saori.

Awalnya aku tidak tahu apakah aku masih bisa bertemu dengannya setelah ini. Bertemu dengan orang yang selalu mengkhawatirkanku setiap kali aku bertempur. Bertemu dengan orang yang selalu menungguku untuk pulang ke "rumah". Tugasku sebagai saint ini amat berat, kemungkinan mati pun pasti ada. Aku masih ingat saat pertama kali aku bertemu dengannya. Bertemu dengan anak angkat guruku, Shunrei. Anaknya seumuran denganku. Ia tidak seperti aku, belajar beladiri kepada Guruku, Roshi, salah satu Gold Saint, Libra Gold Saint. Ia sama seperti perempuan kebanyakan. Mungkin awalnya aku hanya menganggap dia sebagai teman saja. Seiringnya dengan waktu, entah kenapa aku mulai menyukainya.

Apakah ini yang namanya cinta? Entahlah aku tidak tahu, saat ini aku hanya memikirkan tugasku saja. Tapi kalau dipikir-pikir, selama ini Shunrei selalu baik kepadaku. Dia selalu mengkhawatirkanku. Aku teringat lagi saat pertarungan Bronze Saint untuk memperebutkan baju tempur Sagitarius Gold Saint. Saat aku kalah bertarung dengan Seiya. Serangannya mengenai bagian jantung. Nyaris saja aku hampir ke surga. Selama aku tidak sadar, aku mendengar suara Shunrei. Ia mengkhawatirkanku, dia memohon agar aku dihidupkan lagi dengan cara memukul jantungku sekali lagi. Hasilnya tato di punggungku tidak hilang. Aku berhasil hidup lagi. Sejak saat aku menjadi Bronze Saint aku selalu mengkhawatirkan Shunrei. Entahlah apa setelah pertarungan ini aku dapat bisa tertemu lagi dengannya.

***

Beberapa hari setelah pertarungan Gold Saint selesai, aku dirawat di RS dengan teman-teman. Memang butuh waktu lama untuk sembuh. Tapi aku tidak mau diam saja, aku mau pulang ke China dan bertemu dengannya.

"Shiryu, kau tidak ikut pesta kemenangan di rumah Nona Saori?" tanya Shun yang melihatku membawa tas travel.

"Tidak. Aku harus mengejar pesawat," jawabku.

"Kau mau pulang ke China?" tanya Hyoga

"Iya. Ada seseorang yang harus aku temui."

"Wah, kenapa harus pulang?" tanya Seiya kesel melihatku akan pergi meninggalkannya. Seperti biasa kalau acara seperti ini, Seiya selalu semangat mengajakku. Sayang untuk kali ini aku harus menolaknya.

"Seiya, kalau dia mau pulang, biarkan saja. Toh Shiryu pasti punya alasan khusus." Ikki menjawab pertanyaan Seiya yang menurutnya tidak peka.

"Ya sudah. Tapi kau jangan lupa datang lagi kesini," kata Seiya.

"Tenang saja."

Aku pun pulang ke China, aku langsung menuju ke rumah Roshi, guruku. Saat aku sampai, aku melihat guruku sedang bermeditasi di tempat kesayangannya. Aku langsung ke rumah. Begitu aku membuka pintu, aku bertabrakan dengan Shunrei.

"Aduh, maaf," katanya sambil memungut sayuran yang jatuh.

"Shunrei."

"Shiryu?"

"Hi."

"Hi juga. Kau baru pulang?"

"Ya. Aku baru tiba tadi siang."

"Selamat datang kembali."

Itu kata-kata yang pertama aku dengar darinya setelah aku meninggalkanya. Dia masih setia menungguku. Aku hanya bisa tersenyum dan bersyukur telah di pertemukan dengan Shunrei. Saat ini yang aku inginkan hanyalah tinggal bersama dengannya (tentu saja kalau bisa tanpa Guruku, Roshi).

"Kau kenapa?" tanya Shunrei melihatku tersenyum.

"Tidak. Oya, Aku pulang."

Sejak itu, aku bertekad akan melindunginya, selain melindungi Athena. Aku berjanji pada diriku, aku harus tetap hidup demi dia. Aku tidak mau melihatnya sedih gara-gara aku.

Fin