Detukan suara sepatu koboi ku mulai terdengar saat aku melangkah keluar dari kamar.
Perkenalkan. Namaku, Lily Collins. Ya, aku seorang perempuan yang baru saja menginjak umur 18 Tahun. Tidak banyak orang yang akan ku perkenalkan kecuali Chloe. Chloe adalah satu-satunya anggota yang aku punya sekarang ini. Chloe adalah adik ku yang baru menginjak umur 14 tahun, bulan depan ia akan menginjak umur 15 tahun. Adik ku—Chloe— sangat membenciku.
Mari kita putar ulang masa-masa yang sudah lama ku bakar dan ku kubur dalam-dalam didalam lubuk hati dan pikiranku. Dulu, saat aku masih menginjak umur 11 tahun, aku sempat merasakan apa itu keluarga yang terpecah belah. Ya, aku melihat ibuku ditendang hingga terpojok di lantai dapur. Ia menangis, sedangkan aku hanya memeluk boneka teddy ku. Ibuku sempat menatapku sebelum ia bangun dan pergi.
"Dasar kau bajingan!" Kata kasar itu yang pertama kali ku dengar dalam hidupku. Ibuku bangun dan berlari keluar rumah sambil membanting pintu rumah. Aku melihatnya melalui jendela dimana ia tidak memakai sendal dan ia menangis tersedu-sedu berlari. Saat itu aku hanya menangis dan mengucapkan kata "Mama....... Mama....." Sedangkan Chloe? Chloe sudah di titipkan dirumah bibiku. Ya, Bibi Ben, berserta suaminya, Paman Ben. Aku tidak mengerti mengapa aku harus menyaksikan penganiayaan yang didapati ibuku sendiri didepan ku saat aku berusia 11 tahun. Itu tidak lazim. Aku berlari dan menangis tersedu-sedu mengingat bercak darah dikepala ibuku kemarin.
Hingga 5 hari aku menunggu ibuku tak kunjung datang. Aku tidak mengerti. Mengapa juga ada beberapa wanita yang berkunjung ke rumahku setiap hari belakangan ini? Aku juga masih teringat saat 12 hari setelah ibuku pergi dari rumah. Aku mendapatkan telpon dari Bibi Ben. Bibi mengatakan bahwa Chloe harus kembali kerumahnya. Karena banyak urusan yang akan Paman dan Bibi urus.
Cerita ini masih mengiang di kepalaku jika aku mengingatnya. Rasanya dada ku nyeri dan semua bulu kuduk ku naik. Aku phobia, Ayahku sendiri.
Aku menutup telpon, sedangkan ayahku keluar dari kamarnya itu. Ia hanya memakai boxer sependek atas lutut dan kaos hitam. Ia duduk di meja makan dan memakai beberapa sisa helai roti yang akan habis persediaan nya. Dan kau tau? Ha—Ha, mungkin ini terdengar gila atau memalukan.
Ayahku memanggil ku untuk duduk dipangku olehnya. Aku bukan bocah 5 tahun lagi saat itu. Aku hanya mengabaikan nya dan pergi mengambil susu di kulkas. Ayahku mendekat, dan semakin dekat hingga ia hampir memperkosa ku. Gila bukan? Saat itu juga aku sangat merasa Trauma oleh Ayahku sendiri. Untung saja, baru setengah badan aku telanjang. Ada sebuah mobil terparkir di depan rumah kami. Ayahku menoleh dan berteriak seperti kecewa. Aku yang masih menangis dan setengah telanjang itu langsung keluar dan masuk ke kamar menutup pintu rapat-rapat. Aku menangis dan ingin sekali memeluk mama. Aku hanya berusia 11 tahun saat itu. Itu benar benar tidak lazim untuk anak seumur itu. Apalagi itu adalah Ayahnya sendiri. Itu benar-benar menjijikan.
Chloe pulang, sedangkan Chloe tidak tau apa-apa. Hari itu juga, malam itu juga, aku mengajak Chloe kabur. Chloe masih berumur 7 tahun saat itu. Ia hanya memakai baju tidurnya dan ku gandeng entah menuju mana. Aku rasa aku ingin sekali menemukan ibuku. Sayangnya kami tersesat.
Kami tertidur dibawah jembatan, ditepi hulu sungai dibawah jembatan tepatnya. Aku juga sempat meminta makanan dari beberapa orang-orang tua di jalanan.
Selama 5 hari kami seperti itu. Berjalan entah kemana, berhenti lagi, meminta makanan bekas lagi, berjalan lagi dan lagi. Ingat, kami masih kecil. Namun aku tidak mau kembali kerumah terkutuk itu. Aku tidak akan pernah menceritakan apa yang terjadi pada Chloe. Karena menurutku itu pasti memalukan.
Chloe menangis saat itu. Ia berjongkok layaknya anak kecil meminta ice cream pada ibunya. Ia meminta pulang. Iya, pulang. Tapi tidak akan pernah. Sampai akhirnya kami terduduk di sebuah halte. Aku tau Chloe sangat menginginkan makanan berat saat ini. Karena semenjak kami keluar dari rumah terkutuk itu, Chloe hanya memakai roti polos yang teroles saus tomat, itupun juga sisaan. Dan beberapa roti sisaan lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us // Thomas Brodie. Sangster
Romance"The power of love." "For the first time i saw her, i was totally madly in love with her." -Jhon Green's books. But i really sure, this is not only Fiction. Untill one day I realized, a figure that had been there before, is my true love. And i feel...