Aku dan Ashton yang memimpin barisan saat start. Sedangkan Luke dan Jacob ada dibarisan belakang. Rita Ora. Ya, dia adalah bintang tamu malam ini. Ia berjalan ke tengah depan garis start dan membawa bendera kebangsaan balapan kami ini. Rita yang hanya memakai bra dan g-string merah itu membuat Ashton berteriak kesenangan didalam helm nya itu.
Sedangkan aku. Aku hanya fokus menancap gas sekuat-kuatnya.
"Ready?"
"One..."
"Two......." Aku mulai bersiap-siap melepas rem ku dan mulai melaju seperti harimau saat rita berteriak "GO!" ya, kami mulai melaju dengan kecepatan diatas rata-rata. Di lap pertama, akulah yang memimpin barisan. Namun tidak pada di lap terakhir saat akan menentukan siapa pemenang malam ini. Seketika, belom mencapai Finish. Motorku melaju sangat pelan.
"Oh fuck! Not now bitch!" Motorku mogok saat 10 meter didepan garis Finish. Motorku benar-benar berhenti hingga Luke melaju kencang melewatiku dan memenangkan pertandingan. Jacob menyusul. Dan akhirnya Ashton menyusul juga. Aku turun dari motor dan membuka helm ku. Aku mendecih kencang sambil melihat beberapa kerumuman menyemprotkan bir itu keudara dan meneriaki nama Luke disana. Benar-benar tidak adil!
Aku menendang ban motorku itu. "AW! FUCK YOU!" Ucapku kesakitan sendirian. Aku memutar-mutar tubuhku sambil mengangkat ujung kaki ku yang barusan ku tendang ke ban itu.
"Brengsek! Kenapa sih bisa mogok! Baru kali ini!" Bentak ku keras. Aku juga melirik lagi dan lagi kearah mereka semua yang akan pergi merayakan di kedai biasa tempat kami berpesta habis balapan. Ah, fuck you loser. Aku mendorong motorku hingga ke kedai yang biasa kami tempati. Aku mendengar dentuman-dentuman musik dari dalam kedai.
"Lily! Mengapa kau baru sampai! Ayo!" Ucap Selena yang baru melihatku dan langsung menarik ku. Ya, selena adalah gadis terbaik yang pernah ku kenal. Selena, sahabatku yang paling ku sayangi.
Aku masuk kedalam kedai dan melihat semua orang sudah berpesta sendiri-sendiri. Aku bergabung bersama Ashton, Luke, Liam, Mike dan Jacob. "Yoi! Lily!" Ucap Mike saat melihatku menyulurkan tangannya itu agar ber-tos-an denganku. Aku menanggapinya walaupun hatiku masih kesal akibat aku kalah karena motor sialan.
Mereka semua minum. Apalagi Luke. Ia yang paling senang untuk terjatuh pingsan dan mabuk.
Oh ayolah sudah 2 jam aku didalam sini. Rasanya ingin sekali muntah. Aku melirik sebentar kearah Selena yang tengah berciuman hebat dengan Jacob. Menjijikan.
Aku bangun dan keluar mencari udara segar dan mencoba untuk menjernihkan pikiranku. Karena ku rasa, seperti ingin mati didalam sana.
Aku keluar dan menatap kearah atas langit sambil merapatkan jaket kulitku itu. Aku tidak tau mengapa Dewi Fortuna sangat baik padaku malam ini. Seseorang datang. Ya, cowok yang menggulung lengan kemejanya itu.
"Hai?" Ucapnya ragu mendekatiku. Aku langsung mengalihkan penglihatan ku dari langit yang tebal diatas sana. Bibirku berkedut. Rasanya ingin tersenyum. Tidak, tidak. Aku wanita yang jarang tersenyum pada laki-laki. Ingatlah kelakuan Ayahmu. Laki laki semuanya brengsek. Dia hanya ingin meniduri setiap wanita yang ia temui. Brengsek.
"Apa perlu apa?" Ucapku dan sinis padanya. Ia terkekeh sebentar dan diam. Mungkin sedang menyusun kata kata untuk mengajak ku ke kamar. Bajingan.
"Ah? Tidak.. Haha. Aku hanya—ya, kau taulah didalam sana seperti neraka rasanya hahaha." Ucapnya terkekeh sambil menyelipkan lengannya itu disaku celana nya itu.
"Sudah bicaranya?" Ucapku sinis. Tetapi bibir ini berkedut memaksaku untuk melepaskan apa mau bibir ini, sialan.
"Wow, kau galak sekali hahaha. Kau mirip adik ku." Ucapnya seketika yang entah apa maksudnya ia berkata seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us // Thomas Brodie. Sangster
Romance"The power of love." "For the first time i saw her, i was totally madly in love with her." -Jhon Green's books. But i really sure, this is not only Fiction. Untill one day I realized, a figure that had been there before, is my true love. And i feel...