Story 4

4.9K 182 1
                                    


Story 4

Langkahku lemas menuju gerbang rumah sambil menjinjing sepasang sepatuku. Rasanya mau pingsan seharian berjalan. Entah kenapa tadi aku tidak naik taxi saja, mungkin aku terlalu focus pada ucapan Shin Ji Yeong sehingga membuatku tidak bisa berpikir jernih. Bisa-bisanya aku berjalan dari pagi sampai menjelang malam begini hanya karena sedih. Aku pun membuka gerbang rumah Han Tae Jun dan segera masuk.

Aku membuka pintu rumah "Grek" dan "Klak" suara lampu yang di nyalakan. Aku terkejut mendapati Han Tae Jun yang sudah berdiri dengan kedua tangan yang terlipat di dada dan berdiri tepat di depanku. Aku sejenak memejamkan kedua mataku.

"Darimana saja kau? Jangan bilang kau baru saja dari klub malam?" aku pun mendongak menatapnya dengan tajam. Serendah itukah pikiranmu Han Tae Jun? batinku berkali-kali menanyakan hal itu. aku pun mencoba membuka mulut.

"Aku..."

"Ahh Rosetta, kau kan yang mengatakannya sendiri padaku kalau kau sudah berhenti bekerja dari klub malam itu? kau mau membuat reputasiku hancur?" aku tidak sempat berkata-kata karena ia sudah menyelaku lebih dulu.

"Han Tae Jun, dengarkan aku." Ujarku dengan sedikit berteriak.

"Aku tahu aku hanya gadis miskin yang hanya mampu bekerja di klub malam. Tapi tolong hargai aku! Aku bekerja disana untuk menghidupiku yang sendiri. Kau tidak pernah tahu rasanya menjadi yatim piatu sepertiku Han Tae Jun." aku mulai naik darah. Aku sangat tidak rela jika pekerjaanku selalu di reehkan.

"Aku tahu kau bisa membeli apapun dari uang orang tuamu. Tapi aku? Aku akan bersusah payah untuk bisa mendapat apa yang aku inginkan, itu pun tidak semua yang aku inginkan bisa ku beli." Aku menangis sesungukan di depannya.

"Haaah, aku bisa merasakan makanan nikmat hanya jika tamu priaku mengajakku makan. Aku akan bisa membeli pakaian jika tamu priaku memberiku uang, bahkan saat ini aku bisa tinggal di tempat semewah ini karenamu. Karena kau membayarku. Yeah, lalu apa bedanya aku bekerja di klub malam dengan bekerja disini? Lalu kenapa kau menanyaiku seolah aku sudah menjadi budakmu?" aku sudah tidak tahan lagi.

Aku pun melangkah menaiki tangga dan masuk ke dalam kamarku "Brakk" aku membanting pintu kamarku dengan cukup keras. Maafkan aku Han Tae Jun, hanya dengan berbicara seperti itu yang bisa ku lakukan agar kau tidak terlalu peduli terhadapku. Aku melempar tubuhku ke atas kasur dan menjatuhkan sepatuku ke lantai begitu saja.

***

Aku melangkah keluar dari kamar dengan langkah kaki yang tidak semestinya. Bagian belakang kakiku sangat sakit untuk berjalan. Mungkin gara-gara kemarin terlalu memaksakan diri berjalan sejauh itu. aku perlahan menuruni tangga dengan meringis menahan sakit.

"Kau kenapa?" aku terkejut melihat Han tae Jun sudah berdiri di belakangku. Aku mendongak dan kembali berjalan.

"Kenapa lagi tumitmu?" aku menggeleng dan berjalan kembali.

Tiba-tiba saja tanganku di raihnya dan di bawanya duduk di sofa. Lalu ia berjalan entah kemana, aku hanya diam saja dan menunggunya. Tak lama setelah itu ia kembali dengan membawa kotak P3K.

"Heh...apa yang akan kau lakukan ha?" tanyaku bingung saat melihatnya berjongkok di depanku.

"Tentu saja mengobati lukamu, memangnya mau apa?" jawabnya santai. Setelah selesei mengobati dan membalutnya dengan perban, ia pun kembali berdiri.

"Hari ini kau di rumah saja. Aku sudah melamarkanmu di sebuah Salon untukmu bekerja. Besok jika luka di kakimu sudah sembuh, kau bisa bekerja." "Han Tae Jun, aku sudah bilang sebelumnya kan kalau aku tidak memiliki bakat dalam hal menata rias." Ujarku yang tak di hiraukannya. Ia malam pergi begitu saja tanpa mendengarkanku.

Damn, My Husband (sudah terbit self publish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang