satu

10 0 0
                                    

"Apa yang salah dengan cinta ini Tuhan?" itu kata-kata yang selalu terngiang di pikiranku. Kisah ini selalu jadi penghangat memoriku. Dava, begitu aku memanggilnya. Dia cowok yang sudah hampir 4 tahun ini mondar-mandir mengisi hatiku. Dia sosok yang nyaris sempurna seperti yang kuinginkan. Tapi, yang sangat kurang darinya adalah... yup sikap acuh tak acuhnya dia sekarang. Dulu, dia pribadi yang penyayang, sampai akhirnya dia berubah 360 derajat kepadaku.

"Pagi..."
"Hmm pagi juga" jawab dava sinis.
"Kamu gini banget sih?"
"Apa to? Pagi-pagi udah ngajak debat sih? Udahlah, aku mau siap-siap dulu.." Tuutttt. Begitu di setiap pagi. Aku berusaha jadi penyemangat di paginya, justru mendapat tamparan petir sebagai balasannya.

"Kamu kenapa sih, akhir-akhir ini sinis banget sama aku? Aku ada salah ya? Ngomong dong, kan jadinya aku tahu, kalau kamu diem gini kan aku tambah bingung."
"Udah ceramahnya?"
"Maksud kamu apa sih?"
"Kamu nyadar gak sih, yang bikin aku bosen, ya kamu. Sikap kamu kayak gini yang gak aku suka." aku terdiam. Kata-katanya sangat melukai hatiku. Betapa tidak, dia yang selama ini aku sayangi, aku cintai, berbalik arah menjadi orang yang nyaris aku benci.

"Sikap aku yang bagaimana lagi sih Rick? Aku harus ngertiin kamu kayak gimana lagi coba?"
"Aku gak butuh pengertian macem-macem dari kamu, aku cuma butuh napas lega tanpa harus diberondong dengan sms dan miscall dari kamu yang hampir tiap detik itu. Tolong ngertiin posisi aku, aku gak ada di dekat kamu lagi, aku punya hidup baru, bukan hidup yang dulu" air mataku mulai menetes.
"Baik, aku yang salah, aku yang gak pernah bisa ngertiin kamu, aku yang ngebuat hubungan ini makin runyam."
"Nah, itu kamu tahu. Ayo sih, rubah sikap ke kanak-kanakan kamu itu, kalau kamu masih mau kita tetep sama-sama terus. Udahlah, aku cape. Tolong jangan hubungi aku, sampai kamu bisa janji untuk gak kayak gini lagi." Tuutt..

"Kenapa sih dava ? Kenapa kamu gak kasih aku kesempatan untuk bilang ke kamu. Aku cuma pengen bilang, aku mulai benci dengan sikap kamu" begitu gerutuku dalam hati. Bodohnya aku, air mata ini terus saja mengalir tanpa henti.
"Bodoh banget sih aku? Kenapa cowok kayak gini aja aku tangisin. Dia aja nyaris gak nganggep aku lagi, kenapa aku mesti mikirin dia?" itu yang aku pikirkan seketika itu juga.

Semenjak percakapan via telepon malam itu, aku tak pernah sms atau telepon dia lagi. Hampir satu minggu ini aku tak menghubunginya. Dalam hati ini, ingin sekali aku memberontak, aku ingin pergi dari kisah kusut ini. Aku ingin sekali berhenti mencintainya. Tapi, aku selalu saja kembali untuk memaafkan semua sikap buruknya, aku kembali merengkuh kasih bersamanya. Dia adalah cinta pertamaku, dia yang mengajariku arti cinta yang sesungguhnya. Tentang rasa saling percaya, saling mengerti, saling memahami. Dia yang membawa aku dalam buaian kasih di tengah penat hidupku.

"dhea , hey dhe ..." teriakan Yudha sontak mengagetkanku, membangunkanku dari lamunan tentang orang tak penting itu.
"Apa sih Dha, gak usah pake teriak kan bisa?"
"Bisa apanya? Kamu dipanggil-panggil dari tadi gak nyahut. Ayo, mau pulang apa terus bengong di sini?"
"Hmm.. iya iya, ayo pulang. Lagian siapa yang bengong, orang aku lagi mikir kok."
"Mikir apa? Mikirin dava lagi? Mau sampai kapan sih kamu dibodohin perasaan kamu kayak gini?"
"Elo jahat banget sih ngomongnya Dha? Gak sampai segitunya juga dong! Kamu gak ngerasain yang aku rasain Dha, kamu gak ngerti"
"Ya gimana aku mau ngerti, kamu cerita aja gak. Ayolah La, cowok di dunia ini gak cuma dava . Banyak yang diam-diam perhatian sama kamu, nunggu tanggepan cinta kamu. Tapi kamu apa? Masih aja rela jadi korban cintanya dava !"

"Salahku apa sih Dha? Kenapa aku harus cinta, harus sayang, sama orang yang jelas-jelas sekarang gak ada pedulinya sama sekali sama aku."
"Lah itu kamu tahu. Udahlah, lepasin dava , mungkin dia bukan yang terbaik buat kamu."
"Tapi dia nyaris sempurna buat aku Dha.. dia itu cinta pertama aku."
"Baru juga nyaris, bukan seutuhnya. Udahlah, mau cinta pertama kek, cinta kedua, atau cinta kesekian, yang namanya cinta ya cinta, gak ada hitungannya, gak ada batasannya." "Hmm.. okelah Dha. thanks" Aku berlalu pergi mendahului langkah Yudha yang tergeleng-geleng dengan sikapku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 05, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TERINDAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang