"Oh. Terima kasih." Ucapku dan mulai menghidupkan kembali motorku itu dan memakai helm ku kembali. Ia tersenyum padaku. Lagi. Aku bosan melihat senyumannya itu.
Aku memutar bola mata dan menginjak pedal kopling ku. Aku pergi melaju dengan kencang menuju Apartement ku. Lagi-lagi aku dikagetkan karena keberadaan laki-laki itu didalam Apartement ku.
"Fuck! Hentikan!" Ucapku yang menghentikan mereka yang tengah asik berciuman didapur.
Aku berjalan menarik Chloe dan menyiram hebat laki-laki itu dengan air yang ada di gelas hadapanku sekarang juga.
"Marco!" Ucap Chloe dan mencoba mendekat pada laki-laki itu. Namun dengan cepat tanganku menangkap tangan Chloe dan menangkapnya agar tidak mendekati laki-laku itu. Aku menatap laki-laki itu tajam seakan-akan ingin membunuhnya.
"Kau sadar umurmu berapa?! Dan apakah kau sadar adik ku hanya berumur 14 tahun!" Aku membuat suasana menjadi tegang dan sunyi. Pipi laki-laki itu menegang seakan-akan ingin menonjok ku dengan tangannya yang tegas itu.
Hingga Chloe mendaratkan tangannya yang lembut itu ke pipi sebelah kanan ku.
"Hentikan itu, jalang!" Ucap Chloe. Aku terdiam mematung dan aku melepas tangan nya perlahan karena kaget barusan ia menamparku. Dan menyebutku, Jalang. Lagi.
"Haha, makan itu." Ucap laki-laki itu dan berjalan melewatiku. Sedangkan Chloe, Chloe masuk. Dan sebelum Chloe membanting pintunya, sudah terlebih dahulu aku mendorong pintunya dan masuk kedalam kamarnya.
"Apa kau sadar kau sudah melakukan apa!" Bentak ku keras pada Chloe.
"Apa kau sadar kau sudah perlahan menyeretku menjadi miskin dan menyedihkan seperti dirimu itu!" Bentakan yang tak kalah kerasnya dariku.
"Kau tidak tau apa-apa Chloe! Sudah cukup berdiam diri dirumah dan membenci ku itu sudah membantu! Jangan kau berhubungan dengan mereka semua yang menghasutmu seperti bukan gadis berumur 14!" Bentak ku lagi. Ia bertolak pinggang sambil menatapku dengan begitu bencinya.
"Kau sadar diri bahwa aku membencimu."
"Ya, ku akui kau memang wajar membenciku. Tapi tolonglah, jangan seret dirimu ke tempat-tempat seperti itu dan bergaul dengan mereka yang tidak pantas!"
"Hah—bullshit." Jawabnya singkat sambil memutar bola matanya. Kami terdiam sebentar. Ia berjalan mondar-mandir seperti sedang menyusun kata. Ia melipat kedua tangannya itu didepan dada dengan wajah seperti ingin meledak-ledak.
Kami terdiam hebat. Mematung seperti patung 9 dewa.
"Dan kau tau, Lily? Aku sedang berusaha untuk mencari Ayah ku. Dan kembali padanya."
Mataku terbuka selebar-lebarnya. Apa? Apa anak ini gila! Aku saja hampir diperkosa!
"Apa?! Tidak! Apa kau gila!" Bentak ku lagi hingga mendengung satu ruangan. Ia tertawa menyeringai dan berkata "Aku membutuhkan ayah dan ibuku. Tidak kau." Ucapan yang begitu menohok membuatku ingin menamparnya. Tapi tidak. Aku memutuskan untuk pergi sebelum tangan ini benar-benar mendarat di pipinya. Ia belum mengetahui bahwa anaknya adalah salah satu incaran jualannya itu. Tidak-tidak. Chloe tidak boleh menemukan ayah!
Aku pergi dengan motorku lagi. Entah kemana aku akan pergi. Yang jelas aku tidak tau. Aku hanya ingin mengambil udara segar dan ingin menjernihkan pikiranku. Aku juga teringat bahwa hari ini aku mempunyai 100$ dari Bob. Aku memutuskan pergi ke supermarket. Memang bukan ide yang bagus.
Aku keluar dan berdiri didepan supermarket sambil menghisap putung rokok ku. Aku menghembuskan nya ke udara.
"Hey! Gadis pemenang! Whoa—" Seseorang menepuk bahu ku. Ia melirik kearah putung rokok ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us // Thomas Brodie. Sangster
Romance"The power of love." "For the first time i saw her, i was totally madly in love with her." -Jhon Green's books. But i really sure, this is not only Fiction. Untill one day I realized, a figure that had been there before, is my true love. And i feel...