Paginya, Ardan pergi ke kantor dengan perasaan seratus kali lebih kacau dari biasanya. Ia tidak tahu harus apa dan bagaimana? Apakah ia harus memulai harinya dengan mencari wanita yang kira-kira cocok menjadi calon istrinya? Tapi dimana? Di kantornya? Sepertinya wanita-wanita di kantornya sangat crewet dan matrealistis. Ah.. itu jelas tidak masuk dalam catatan pencarian calon istri. Ia sama sekali tidak menginginkan istri yang crewet, pasti sangat berisik dan membosankan. Atau..mungkin selama satu minggu ia harus cuti untuk mencari calon istri? Hahaha.. kedengarannya ide yang gila, tapi perlu di coba. Hmm..
Ardan membolak-balik berkas yang harus ia pelajari untuk meeting nanti, tapi perkataan ibunya sungguh mengganjal pikirannya. Ia tau, ibunya sudah tidak main-main lagi. Itu artinya ia harus benar-benar mencari calon istri sekarang. Argh.. kenapa bisa??? Akibatnya Ardan sama sekali tidak bisa focus bekerja, yang ada pikirannya melayang memikirkan apa yang harus ia persiapkan terlebih dahulu. Ardan membanting map yang ada di tangannya, pikirannya benar-benar kacau.
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Ardan yang sedang merenungi hidupnya sekarang. Orang yang ada di balik pintu masuk setelah Ardan menyuruhnya masuk, ternyata Rena-sekretaris Ardan. Rena masuk dengan membawa satu map lagi.
Rena berdiri di depan Ardan lalu menyodorkan map tersebut kepadanya, "ini berkas untuk meeting yang ke dua pak.." ucap Rena.
Ardan memandangi map tersebut dan Rena secara bergantian, lalu mendengus. Meeting dua kali? Di saat pikirannya sedang kacau? Yang benar saja! Bahkan rasanya ia sudah tidak berselera lagi untuk bekerja. Ardan memutar kursinya memunggungi Rena yang sedang memandangi atasannya dengan raut bingung. Di bukanya lagi map yang ada di tangannya untuk ia teliti, kenapa bosnya mengabaikan map ini? Ada yang salah kah?
"reschedule untuk jadwal hari ini dan satu minggu ke depan." Kata Ardan membuat Rena mendongak dan mengangakan mulutnya antara kaget dan tidak percaya dengan ucapan atasannya barusan. Atau ia hanya salah dengar? Tidak biasanya atasannya menunda kerjaannya, bahkan sepertinya baru kali ini ia membatalkan pertemuannya.
"memang kenapa pak?" tanya Rena ingin mengetahui alasan mengapa seorang Ardan yang workaholic menunda-nunda pekerjaannya. Ada yang lebih penting lagi kah? Batin Rena mengira-ngira alasan apa yang membuat atasannya seperti ini.
"ada urusan yang tidak bisa di tunda" kata Ardan masih memunggungi Rena.
"urusan apa pak?" tanya Rena yang merasa belum puas dengan jawaban atasannya. "bukan urusanmu." Jawab Ardan langsung. Sudah di bilang kan? Wanita-wanita di kantornya kebanyakan crewet.
"bapak mau nikah yaaa...?" goda Rena dengan menunjuk Ardan dengan jari telunjuknya. Ardan menahan amarahnya yang sedari tadi di tahannya, baru sadar jika sekretarisnya itu memang sangat-sangat cerewet dan menyebalkan!. Untung saja otaknya lumayan, kalo ngga.. hari ini sudah Ardan depak dari kantornya.
"bukan urusanmu!!" jawab Ardan sedikit membentak. Ia benar-benar tak habis pikir, adakah sekretaris yang mengejek atasannya seperti ini? Kalo memang ada, jelas itu bukan laki-laki tipe Ardan tak bisa dekat dengan siapapun.
Rena masih berusaha mengorek informasi tentang keputusan Ardan, "beneran pak? Bapak mau nikah? Akhirnya...!" seru Rena girang menyimpulkan sendiri jawaban Ardan yang ambigu. Tidak tahunya laki-laki yang di depannya sudah merah padam mendengar ocehan Rena yang tidak ada habisnya. Tidak bisakah sekretarisnya mengatakan 'Baik Pak!' lalu mengerjakan tugasnya? Cerewet atau lancang sekali dia.
Ardan membalik kursinya menghadap Rena, tidak tahukah atasannya sedang tidak ingin bercanda? Ardan menatap tajam Rena dengan muka dinginnya, Rena yang melihat atasannya menatap ia galak langsung nyengir lebar dan kabur dari hadapan atasannya tidak mau kena semprot ataupun kehilangan pekerjaannya. Setelah Rena keluar dari ruangannya, ia menghembuskan napas lelah. Sekarang apa yang harus ia lakukan?
***
Sekarang disinilah Ardan melarikan pikirannya yang sedang kacau. Setelah 7 jam menempuh perjalanan semarang-bandung, akhirnya ia sampai pukul 15.30 sore. Ia memutuskan untuk pergi ke cabang perusahaannya yang ada di kota Bandung siapa tahu karyawannya yang di sini tidak secerewet di perusahaan yang ia pimpin. Ia memarkirkan mobilnya di depan gedung, lalu ia melangkah memasuki gedung yang biasanya hanya satu minggu sekali iya memasukinya.
"pagi pak Ardan.." sapa satpam di depan kantor, lalu membukakan pintu untuk bos besarnya. Ardan sendiri hanya menganggukkan kepala dan kemudian melangkah masuk.
Ardan memutuskan untuk duduk di ruang tunggu yang ada di bagian depan kantor, ia tidak tahu harus bagaimana setelahnya? Ke ruangannya kah? Atau ke ruangan adiknya? Kalau ke ruangan adiknya mungkin nanti ia akan di ejek atau di suguhi berbagai pertanyaan yang tidak ingin ia dengarkan. Jadi ia memutuskan untuk duduk-duduk terlebih dahulu di ruang tunggu sambil memikirkan hal yang harus ia lakukan setelahnya. Ia memperhatikan orang-orang yang sedang sibuk dengan dunianya masing-masing. Dan keliatannya semua orang terlalu sibuk, sampai-sampai tidak ada yang menyadari kehadiran Ardan kecuali seorang Resepsionis di depan sana yang sedari tadi memperhatikan Ardan tapi tidak berani menyapanya. Hanya curi-curi pandang ke arah Ardan yang sedang duduk.
Ardan menatap wanita yang berada di meja Recepsionis itu yang sedari tadi melihat ke arahnya, wanita itu cantik tapi kelihatan pemalu. Dia menunduk ketika Ardan balik menatapnya. Sepertinya Ardan baru melihat wanita ini, atau karna dia tidak pernah ada waktu untuk melihat sekitar? Kemudian sebuah ide melintas di pikirannya.
"bos nya ada mbak?" tanya Ardan setelah di depan meja recepcionis. Wanita yang ada di meja recepcionis itu terkejut lalu mendongak, melihat siapa yang bertanya pipinya bersemu merah.
"a..a..adaa..tt..ttapi sedang meeting." Ucap wanita itu tergagap dan mengalihakan mukanya, pipinya semakin merah ketika Ardan menatapnya. Ardan tersenyum dalam hati, manis sekali wanita ini. Pemalu dan tidak banyak bertingkah, kelihatannyaa..
"kapan meetingnya selesai?" tanya Ardan lagi
"mungkin sebentar lagi.." jawab wanita itu yang sepertinya sudah tidak gugup lagi. bahkan sekarang sudah berani melihat kea rah Ardan. Pipinyapun sudah tidak bersemu merah.
"hmm.. setelah meeting, apa bosnya ada waktu?" tanya Ardan bertingkah seperti sedang berpikir.
Wanita itu seperti membuka buu lalu membaca isinya, "kurang tahu mas, coba saya tanyakan dulu sama sekretarisnya. Ada perlu ap.."
"kalo kamu?" tembak Ardan memotong perkataan wanita itu. Wanita itu mendongak dengan mengerutkan keningnya, lalu membuka mulutnya ingin menanyakan sesuatu tapi sudah di potong duluan oleh Ardan.
"kapan kamu ada waktu?" tanya Ardan langsung. Jantungnya berdegup tidak karuan. Rasanya baru pertama kali ia berbicara sedekat ini dengan wanita. Bahkan Ardan sulit mempercayai dirinya sendiri bisa berbicara dengan wanita. Setelah sekian lama mengurung diri, dan baru saja ia menanyakan waktu pada seorang wanita. WAKTU!. Apakah ia sudah membuka hatinya kembali?
>>>
maaf udah lama, pendek, feelnya ngga dapet lagi.. lagi banyak urusan. semoga bisa nulis yang lebih baik lagi yaa... aamiin..
terima kasih yang sudah mau mampir ^_^
Ciizukkaa
KAMU SEDANG MEMBACA
UNRAVEL
RandomAlasan mengapa aku tidak ingin terikat adalah, rasa yang ku punya selalu berujung kecewa. Ardan Ferdinand