Chapter 6

1.3K 106 2
                                    

Aku pulang ke Apartement ku. Aku berjalan memeriksa kamar Chloe. Ah bajingan. Chloe pergi. Pasti ia masih bergaul dengan Marco! Brengsek, seandainya ku tau tempat tongkrongan nya itu. Akan ku tarik rambut Chloe hingga ke Apartement ini.

Pun aku terloncat hebat saat mendengar gedoran kencang dari pintu Apartement ku. Aku berlari kencang menuju ambang pintu dan membuka nya.

Aku melihat para bajingan persuruh Charlotte itu didepan pintu Apartement ku. "Mana janjimu?"

"Aku bilangkan 2 bulan lagi! Apa kalian tidak mengerti?" Bentak ku keras.

"Ini sudah dua bulan! Charlotte meminta semua hutangmu! Atau kau akan di gusur lenyap dari Apartement ini!" Bentak salah satu dari mereka. Apa mereka gila? Baru dua minggu dari kemarin aku membayar setengah hutangku.

"Bodoh! Ini baru 2 minggu dari tempo lalu kau datang kesini! Tolol!" Bentak ku kasar.

Seketika muncul wajah Charlotte dari balik tubuh besar semua pengawal nya itu. Dengan rambut yang Klimis. Memakai sepatu yang begitu kinclong. Dan memakai jas pas dengan badan nya itu sambil memegang tongkat yang di ketukan di lantai itu. Ia sambil menghisap rokok besarnya itu. Ia hembuskan asap rokok itu ke muka ku. Ia melewatiku. Aku memutar bola mataku dan berjalan dibelakangnya.

"Aku mempunyai ide gemilang untuk hutangmu, Collins."

"Berhenti memanggil nama belakang ku." Aku berdiri didepan meja dapurku. Sedangkan Charlotte berdiam dan duduk didepan TV sambil menaruh kakinya itu diatas meja.

"Persetan dengan semua janjimu, Collins." Ucapnya lagi sambil menghembuskan asap rokoknya itu yang seperti bau tembakau. Ya, ku rasa itu ganja.

"Aku bilang 2 bulan lagi, Charlotte! Ini baru 2 minggu! Apa kau bodoh?"

"Berhentilah mengejek ku bodoh." Ujar Charlotte. Charlotte memang laki-laki bajingan yang pernah ku tau. Aku menyesal meminjam uang pada Charlotte. Dari awal memang aku tidak pernah kepikiran untuk berhubungan dengan Charlotte. Vanessa, teman ku satu balapan pernah berhubungan dengan Charlotte. Entah apa yang mereka lakukan dibelakang kami. Sepertinya hutang juga. Namun Vanessa menghilang seperti lenyap ditelan bumi tanpa kabar entah kemana. Kami sudah mencarinya kemanapun hingga pihak polisi juga turun tangan.

Namun Vanessa ditemukan telah tiada. Dengan satu tembakan diatas keningnya itu dan tergeletak dirumah kosong didekat hutan. Aku rasa itu ada hubungannya dengan Charlotte. Tapi tidak. Aku bisa melunasi hutangku perlahan.

"Jika kau tidak melunasi hutangmu, adikmu untuk ku, Collins." Katanya seakan menamparku kedunia nyata.

Apa dia bilang barusan? Brengsek! Apa yang ia maksud?!

"Apa?! Apa kau gila?! Kau pikir Chloe setara dengan uang 5.000 dollar itu?! Tidak! Dia lebih mahal dari itu hingga tidak bisa kau beli dengan uang, bajingan! Lebih baik aku keluar dari Apartement ini dan hidup gelandangan daripada aku harus memberikan adik ku sendiri ke orang bajingan seperti mu!" Bentak ku keras.

Ia terkekeh hebat. Tidak—ralat. Ia terbahak-bahak. Entah apa yang lucu menurutnya. Padahal tidak sama sekali yang lucu diantara perbincangan ini.

"Tenanglah, dulu Collins." Ucapnya dan berputar duduk menghadapku sambil melipat kakinya itu. Ia menghisap kembali ganja itu.

"Apa kau tau Alexander Collins?" Mulutku terbuka selebar-lebarnya. Brengsek! Bajingan! Darimana ia tau nama ayahku!

"Dia bajingan."

"Memang." Ia menghembuskan kembali asap ganja itu. "Oh aku mencintai benda ini. Apa kau mau?" Ucapnya bosa basi.

"Hentikan omong kosong itu, Charlotte. Aku ingin kau cepat-cepat lenyap dari sini." Aku memutar bola mataku sambil mendengus kesal.

Between Us // Thomas Brodie. SangsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang