CHAPTER 19

67 6 0
                                    

RANI POV

Sebutlah aku pengecut karena aku lari dari kenyataan. Tapi aku tidak peduli. Rasanya aku sangat lelah beberapa hari ini. Sudah dua minggu sejak kejadian david nembak putri. Dan sampai sekarang aku masih terbayang. Ditambah lagi harus melihat perilaku david pada putri setiap hari. Itu bukan hal yang bagus untuk hati, pikiran, dan mataku. Dan sudah dua hari ini aku tidak bersama putri. Menghindar? Ya sebut saja begitu. Tapi mungkin lebih tepat dibilang pencegahan dari pada menghindar. Pencegahan rasa sakit di hati. Oke aku mulai berlebihan

Aku memejamkan mata dengan kepala menengadah ke langit. Atap sudah menjadi tempat persembunyianku sekarang. Kalau aku lari dari putri maka aku akan lari ke sini

"Hai"

Bersama rafka. Aku memang sering ke sini bersama rafka. Aku merasa lega dan senang ada rafka di samping aku saat ini. Dia bisa buat aku tertawa dengan leluconnya. Dia bisa buat aku nggak nangis dan lupa dengan masalah aku. Walaupun itu sesaat tapi setidaknya itu bisa mengurangi beban. Well aku menjadikan perasaan bodoh ini beban. Sebenarnya aku tidak mau menjadikannya beban tapi entah kenapa aku malah merasa di repotkan dengan perasaan yang aku miliki sekarang

"Bolos lagi?" Tanya rafka dan duduk di sampingku

"Hmm"

"Gue nggak nyangka lo jadi cewek bandel gini"

Aku membuka mata dan menoleh pada rafka cepat. Cewek bandel katanya? Hah! Yang benar saja. Salahkan david yang sudah buat aku begini "apanya cewek bandel! Enak aja cewek bandel. Gua tuh cewek terbaik sedunia ya. Anak alim gue"

Rafka mencibir "Kalo lo anak alim lo nggak bakal bolos jam pelajaran"

"Ya udah lah. Sekali kali" aku kembali memejamkan mataku. Bukan sekali sebenarnya. Ini entah sudah keberapa kali

"Sekali? Lo udah 10 kali bolos jam pelajaran selama seminggu ini" ucap rafka tak percaya dan aku hanya mendengus. Ya seperti kata rafka. 10 kali membolos jam pelajaran dalam seminggu. Itu rekor untukku. Apa aku terlihat seperti cewek bandel karena hal itu? Tapi banyak cewek di OS begitu

"Ya udah lah raf. Gua emang lagi nggak bisa buat belajar" ucapku memandang Rafka malas

"Terus kalo lo nggak bisa buat belajar kenapa dateng ke sekolah?" Tanya rafka memandangku seakan aku orang aneh

Aku mengangkat bahu "bosen juga dirumah sendiri" memang itu kenyataannya. Mau kemana lagi kalau tidak ke sekolah. Jalan ke mall? Nggak punya yang. Mau ke panti dan samperin bunda? Lebih parah lagi. Bisa bisa aku kena omel dan ceramah dari bunda karena aku bolos. Jadi satu satunya pilihan yang baik ya ke sekolah. Walaupun malas dan tidak rela datang

"Lo sampe sekarang belom cerita ke gue apa masalah lo" ucap rafka dan menghela napas. Entah kenapa rafka juga ikut sering menghela napas sepertiku. Apa menghela napas menular? "Setidaknya gue bisa tau kenapa lo berubah"

Berubah? Yang benar saja. Aku bahkan berharap aku bisa pindah sekolah dan tidak bertemu david dengan putri

"Ran?"

Aku menoleh pada rafka yang sedang menatapku penasaran. Aku tertawa "berubah gimana sih? Perasaan gue sama aja. Tetep jadi diri gue"

"Sikap lo yang beda. Lo jadi sering bolos pelajaran, padahal dulu kalo kena hukum lo aja udah nggak mau karena takut ketinggalan materi. Dan sekarang?"

Aku masih menatap rafka dengan senyum tipis "Gue cuma lagi bosen sama yang namanya belajar Raf. Gue nggak bisa santai dari dulu karena beasiswa yang gue punya. Gue takut kalo beasiswa gue dicabut karena nilai gue yang tiba tiba turun kalo gue ketinggalan materi" aku mengalihkan pandangan ke langit "Tapi sekarang gue lagi cape aja. Percuma juga gue masuk kalo gue nggak fokus"

FIGHTING FOR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang