Chapter 6

4.8K 223 31
                                    

Sebagian populasi penduduk kelas yang di tempati Khrisna menguap lebar saat mendengar materi pelajaran yang di berikan guru. Entah kenapa mata mereka semua sangat berat saat sudah mendengar ceramahan guru, seakan suara guru tersebut adalah lagu nina bobo yang mengundang kantuk mereka.

"Kita masih punya waktu beberapa menit sebelum bel, jadi bapak mau sedikit menceritakan sejarah hidup bapak dengan kalian," ujar guru di depan kelas.
Sorak gembira menggema ke seluruh sudut ruangan saat akhirannya anggota kelas mendapatkan kisah yang lebih menarik daripada mendengar asal usul di bentuknya BPUPKI.

"Jadi gini, dulu bapak waktu seumur kalian itu ganteng banget. Udah jadi the most wanted di sekolah," ujar guru tersebut dengan percaya diri.

Sorak sorai para anggota kelas semakin menggelegar.

"Wuuu, sadar umur dong pak,"

"Mantap pak. Udah punya berapa mantan waktu SMA pak?"

"Bohong tu pak! Kok sekarang gak ada cakep-cakep nya?"

"Jijay bet ni guru,"

"Ih, gantengan Shawn mendes lah pasti,"

"Bapak mah, gak ada apa-apanya di banding my Sehun,"

"Cukup-cukup! Bapak mau lanjutkan," hening seketika dan yang tersisa hanya beberapa orang yang masih mencibir tentang kepedean sang guru.

"Bapak dulu juga pernah nakal macam Khrisna, tapi si Khirsnanya lebih parah dari Bapak," mendengar nama Khrisna di sangkut pautkan membuat si pemilik nama langsung mendongak dan menatap tak terima guru tersebut. "Lah, kok saya pak? Saya punya dosa apa sama bapak?"

Semuanya tertawa mendengar keluhan tak terima Khrisna termasuk bapak guru. "Iya, kamu lebih nakal dari bapak. Bapak dulu nakalnya palingan cuma coret-coret tembok, gak sampai pernah bikin guru nangis karena kamu kasi paku di kursinya,"

Semuanya kembali tertawa mengingat tingkah jail Khrisna beberapa minggu lalu. Khrisna yang dijadikan bahan bully-an di kelas langsung menatap sebal penjuru kelas. "Ketawa aja terus, sampe lo pada kencing-kencing di celana," gerutu Khrisna.

"Tapi ceweknya kan gak pakek celana, hahaha," celetuk salah siswi yang duduk di seberang meja Khrisna.

"Halah, bacot lo mulut doer,"

Mood Khrisna yang buruk jadi tambah buruk.

Rasanya ingin sekali Khrisna membakar kelas ini.

Suara dering bel istirahat seakan bunyi lonceng surga penyelamat Khrisna. Buru-buru cowok itu membereskan buku di mejanya. "Karena sudah bel, kita lanjutkan cerita bapak minggu depan. Dan inget PR yang tadi di kerjakan," setelah itu guru itu menghilang di balik pintu.

"Hahaha, sakit perut gue," ujar Ali yang duduk di depan Khrisna sambil memegang perutnya. "Ketawa aja terus sampe Limbat bisa teriak," cibir Khrisna.

Khrisna lalu berjalan keluar kelas dengan tampang datar. Ia mengacuhkan semua sapaan para fans-nya. Ketika melewati koridor yang bersebelahan dengan lapangan basket, tiba-tiba sebuah bola orange berhenti tepat di depan kakinya dan setelah iti ia dapat mendengarkan sorakan dari tengah lapangan. "Woi Khris! Lempar kesini bolanya!" Teriak orang itu.

Bad Boy And Ice GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang