Tik-tok-tik-tok
Dentingan jam yang tertempel di dinding sebuah kafe terdengar jelas meski ditengah hiruk-pikuk suasana kafe yang cukup ramai di sabtu malam itu.
Seorang gadis berperawakan tinggi terlihat duduk termenung di meja kafe yang terletak di pojok ruangan, tak terusik dengan keramaian disekitarnya, ia terlihat beberapa kali menengok jam tangan yang melilit pergelangan tangannya.
"Hhhh~" helaan nafas panjang keluar dari bibirnya. Ini sudah jam 10 lebih, tapi orang yang ia tunggu sejak 2 jam yang lalu masih tak terlihat batang hidungnya. Matanya sekali lagi melihat ke arah pintu masuk, berharap seorang pria tinggi kurus dan berkacamata itu tiba-tiba muncul dan tersenyum kearahnya. Tapi tetap saja hasilnya nol besar. Ia tak menemukan sosok itu dalam pandangannya.
"Kamu dimana? Sesibuk itukah kamu sampai-sampai gabisa luangin waktumu buatku, Bob?" Lirih gadis itu pelan. Tangannya meraih handphone berlogo apel itu dari atas meja, membuka lock-screennya, dan mengecheck aplikasi Line, berharap ada satu notifikasi dari sang pujaan hati yang sedari tadi ditunggunya.
"Hhh, jangankan ngasih kabar. Ucapan happy 3rd anniversarry dariku tadi pagi aja belum di read," gadis itu tersenyum kecut.
Mata indah yang terlapis kacamata kecokelatan itu mendadak digelayuti mendung.
Setelah meyakinkan hati bahwa orang yang ditunggunya memang tak akan datang, gadis itu beranjak dari duduknya, menyimpan beberapa lembar uang berwarna biru di samping cake cokelat berhiaskan white cream, cherry, serta lilin warna-warni yang menancap diatasnya. Kemudian berlalu meninggalkan kafe itu.
***
Si bulan sabit yang berwarna orange
Bagaikan berpura-pura di pojok langit itu
Apakah telepon saja tidak bisa?
Padahal aku merindukanmu, dan terus menunggu kamu
Tentang hari ini kau sibuk dengan kerjaan
Bahwa sebenarnya aku mengerti, tetapi
Berjalan sendiri di jalanan aspal
Suara kakiku terasa sepi, rasanya ku ingin menendang kaleng kosong~
Shania, gadis tadi, berjalan menyusuri trotoar jalan yang masih dibilang sangat ramai--mengingat malam ini memang malam minggu, malam yang katanya sangat panjang--itu sendirian. Langit yang cerah bahkan tak berefek apa-apa terhadap suasana hatinya. Mata yang serupa bulan sabit ketika tersenyum milikknya itu juga terlihat begitu sendu.
Langkahnya terasa hampa. Rasanya ia ingin sekali menendang apapun yang tergeletak di jalanan, melampiaskan segala amarah dan kekecewaan hatinya. Menyusuri jalanan aspal hingga tanpa sadar ia mulai memasuki kawasan taman kota. Shania berhenti sejenak, ia melihat sekelilingnya. Dulu, di taman ini ia pertama kali bertemu dengan Boby, dan di tempat ini
pula Boby menyatakan semua perasaannya. Ya, 3 tahun lalu. Di tanggal yang sama dengan hari ini.Ku ingin bertemu denganmu sampai hampir menangis
Rasanya ku ingin terbang ke langit sekarang juga
Mengapa aku bisa jadi suka s'perti ini
Di awalnya aku tidak ingin serius,
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan OneShot JKT48
FanfictionKumpulan Fanfict One Shot atau Cerita Pendek JKT48 dengan berbagai tema. Selamat menikmati!