⏩ 24. Video itu

6.7K 269 65
                                    


Dua minggu sudah aku di kota kelahiranku ini, Manado. Akhirnya hari yang aku tunggu tunggu datang, hari kepulanganku, aku sudah meridukan suami dan anak anakku. Setiap Deva sedanh ada waktu luang ia selalu menelponku atau mengajakku video call. Katanya sih anak anak kaangen, aku tersenyum pada wanita yang sudah berumur di hadapanku ini.

"Omaa, Ve pamit dulu ya. Jaga diri oma baik baik. Sekarang kan paman Arsen udah ada jadi Ve pamit dulu ya." Aku mengusap lembut punggung tangannya yang keriput itu.

"Hati hati ya, lain kali ajak suami dan anak anakmu main kesini, aku ingin lihat cicitku. Seeperti apa mereka." Ujar beliau tersenyum, aku mengangguk. "Mereka sangat lucu dan tampan seperti ayahnya oma, oh iya biar Ve lihatkan sebuah foto." Aku mengeluarkan ponselku lalu memperlihatkan foto pernikahanku dengan Deva dan semua foto kami berdua, dan tentunya foto si J bersaudara.

"Ini suami Ve, ganteng kan? Namanya Deva." Tuturku padanya. "Kalau ini anak anak Ve, Jason Jeston dan Jayden." Jelasku menunjuk merka satu persatu

"Kembar?."

Aku mengangguk.

"Kembar tiga?."

Lagi aku mengangguk.

"Astaga! Hebat sekali suamimu Ve!." Pekik paman Arsen, aku hanya tersenyum lalu mengangguk

"Boleh kali ajak dia kesini, paman mau minta tips biar tokcer kaya si.. Siapa suami kamu?."

"Deva."

"Arsen, sudahlah jangan buat Ve malu." Ucap oma

"Yaudah Ve pamit ya, taxinya udah nungguin di depan kasian kelamaan. Oma jaga pola makan dan jangan lupa minum obat! Awas aja kalau Ve kesini oma masih sakit, ketiga jagoanku pasti akan memarahi oma buyutnya, hahaha." Godaku padanya, ia terkikik padaku, membelai rambut panjangku. "Oma akan menantikan hal itu, kamu datang kesini dan membawa jagoan jagoanmu, kalau bisa bawakan oma seoranh cicit yang cantik bak bidadari juga. Bisa?." Tanyanya, aku sedikit menyembunyikan pipiku yang memerah

"Kalo itu mah urusannya Deva ya Ve?." Jawab paman Arsen. "Heheh, iya. Yaudah doain aja ya oma." Ujarku tersenyum.

Aku menempuh perjalanan ke bandara dengan terus memandangi wajah ketiga putraku, rasanya ingin segera menggendongnya.

Setelah menempuh perjalanan dan lelah menunggu karena pesawatnya sempat delay tadi. Akhirnya aku menginjakan kakiku di Jakarta, kota yang tak pernah tidur ini masih sama. Sama macetnya bahkna tambah parah? Hehehe. Aku sengaja tak memberitau Deva atau yang lainnya kalau aku pulang.

Aku membuka pintu rumah kami, wangi aroma masakan menyeruak memenuhi paru paruku. Siap yang memasak? Pikirku, aku meletakan koperku di dekat kamarku dengan Deva, sedikit berlari ke arah dapur karena penasaran. Deva, pria itu sedang sibuk menghadap ke arah kompor entah apa yang ia masak, dan ketiga anakku yang masih duduk terkantuk kantuk pada highchair mereka masing masing. Jayden memegng sendok pada tangan kanannya yang ia ketukkan di ataas meja, mulutnya tak henti hentinya menyanyi dan meminta makan, berbeda dengan Jason dan Jeston mereka memilih diam dan meletakkan kepalanya di atas meja

"Dady! Makan! Makan!." Ucap Jayden semangat. "Sebentar sayang, dagingnya belum matang." Ujarnya.

Tak lama setelah itu ia memberikan merka masing masing sepiring hamburger. Aku masih mengintip mereka dari sini. Ingin melihat bagaiaman Deva dan anak anak

"Enak?." Tanyanya pada Jeston. "Iya." Jawabnya singkay lalu memasukkan roti iti daging itu kedalam mulutnya.

"Dady Jason mencium bau mommy." Ujar pria kecilku, benarkah? Apakah ia mengenali bauku. "Tunggu, sepertinya mommy pulang. Ayo kalian habiskan makan kalian ya." Ujarnya, mereka mengangguk danmemakan hamburger mereka. Aku meninggalkan merka dan pergi ke kamar

I Hate Love but I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang