Chapter 11 : Jealous

5.9K 392 35
                                    

"Putus!" Sasuke mengucapkan dengan lantang. Tak terasa kalimat itu meloncat keluar dari mulutnya. Sebenarnya ia tak ingin membuat luka hati pada seseorang, termasuk naruto.
Iris kelam sasuke menatap datar wajah naruto yang sulit ditebak. Sepertinya tak terlihat raut kesedihan di wajahnya. Naruto menyunggingkan senyuman yang memaksa. "Tak apa-apa." Kata naruto singkat.

Sasuke bisa menebak kalau itu bukanlah senyuman tulus yang biasa naruto berikan kepadanya. Sasuke meneliti lagi wajah naruto dengan ekspresi datar nya.

"Jangan berbohong! Aku tau kau pasti sedang sedih." Tukas sasuke. Naruto kembali bergeming, menelaah baik-baik perkataan sasuke.

"Aku tak suka melihat kau bersedih." Tambah sasuke dengan suara yang melembut.

"Kalau kau tak suka melihat ku bersedih, kenapa kau lakukan ini?" Tanya naruto hati-hati. Naruto hanya bisa menggigit bibir bawahnya.

"Kau tak perlu ikut campur!" Ucap sasuke dingin tapi menusuk. Sasuke langsung mengambil langkah seribu meninggalkan naruto yang masih terdiam membatu.

Suara langkah kakinya semakin mengecil. Akhirnya naruto sendirian dengan kekosongan hatinya. Ia terlalu banyak menaruh harapan kepada orang yang belum tentu menyukai nya.

Ia memang tidak pantas untuk memiliki pria yang mapan seperti sasuke, pikirnya. Naruto mendongak sedikit kepalanya, menatap burung yang terbang bebas di langit biru.

"Aku ingin semua masalah yang kualami pergi." Gumamnya lirih sambil sedikit memejamkan matanya, menahan air matanya agar tidak turun membasahi pipinya.

"N-Na-Naruto!" Panggil hinata tiba-tiba setengah bersembunyi di balik pintu. Naruto yang mendengar suara sahabatnya itu segera menghapus kasar air matanya yang hendak meluncur turun ke pipinya.

"Ah hinata, ada apa?" Tanya naruto dengan senyum yang dipaksakan. Meskipun naruto memberikan senyuman itu, hinata masih bisa menebak kalau ia sedang bersedih.

"A-Apa yang terjadi?" Hinata balik bertanya sambil memainkan jari-jari nya. Senyuman naruto seketika luntur. Hinata merundukan kepalanya, tak berani menatap naruto langsung. Ia takut kata-katanya tadi membuat hati naruto bertambah sakit.

"Maksudmu?" Kata naruto innocent sambil menggaruk pipinya yang tidak gatal. Hinata memberi jeda sesaat, "Sa-Sasuke,".

"Apa yang terjadi pa-padanya?" Hinata sedikit melirik kacamata bulat naruto. Seandainya naruto membuka kacamata itu, mungkin ia bisa tau dengan jelas isi hatinya saat ini.

"Bukan apa-apa" dusta naruto sedikit acuh.

"K-Kau Y-Yak-Yakin?" Tanya hinata ragu. Ia masih tidak percaya kalau naruto baik-baik saja. Pasalnya dari awal ia menguping semua pembicaraan mereka berdua. Naruto memang kurang pandai menutupi perasaannya. Naruto menghela napas sesaat, "Baiklah,".

Dahi hinata sedikit berkerut, mulutnya terkatup rapat, hinata kurang mengerti yang diucapkan naruto barusan. Hinata memang sedikit agak lambat jika harus mencerna perkataan orang bulat-bulat, tapi ia tak selambat naruto.

"Aku putus dengannya" nada bicara naruto terdengar frustasi. Hinata tak terlalu terkejut, ia sudah mendengar semuanya.

"M-Maaf, naru-chan!" Cicit hinata merasa bersalah karena mengumbar masalah naruto.

"Ah, itu bukan salahmu, hehehe." Hibur naruto dengan tawa garing.

"Sudahlah, lebih baik kita ke kelas" ajak naruto sambil menggandeng tangan putih hinata. Hinata pun tersenyum kecil dan ikut membuntuti naruto.

"Oh ya, bagaimana hubungan kau dengan kiba." Goda naruto dengan seringai bodohnya. Pipi hinata langsung terasa panas mendengarnya barusan.

Mereka berjalan bersama dengan sedikit canda, hingga mereka tak menyadari sepasang mata mengintai.

Beautiful Geeky GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang