Haiii, maaf ya baru nongol
Jangan lupa baca ceritaku yang lain, judulnya: Satu Cinta, Pernikahan Palsu dan Cinta untuk Bonita
♥♡♥♡♥♡♥♡♥♡♥
Bulan juli adalah bulan-bulan dimana semua harga sudah mahal karena sudah menjelang lebaran. Termasuk harga tiket kereta api dan bus yang dia liat di loket pembelian barusan bersama Joan.
Setelah seminggu Seruni menimbang-nimbang tentang permintaan Ibunya di kampung, akhirnya dia sudah memutuskan untuk akan pergi kembali ke kampung tempat mereka dibesarkan bersama Joan.
"Gimana dong, teh?" tanya Seruni sedih.
Harga tiket diatas 800 ribu semua. Duit mereka sebenarnya cukup untuk membeli tiket pergi namun untuk tiket pulangnya tak ada. Kalau mau tiket pulang pergi, hanya bisa untuk satu orang.
Joan tadinya ingin mengalah, namun mengingat kondisi Seruni sekarang, dia ngga jadi menawarkan dirinya untuk mengalah.
"Aku juga bingung" jawab Joan.
Seruni membuang nafasnya. ia merasa keputusannya memang salah, bahkan selama satu minggu memikirkan tentang kepulangannya, dia belum menemukan jawaban kalau ditanya mengapa anak yang baru kemarin di lepas ke jakarta, langsung hamil tanpa suami.
"Yaudahlah, teh, kita pulang aja, nanti biar aku telpon Ibu dan Bapak di kampung" jawab Seruni lagi.
Joan mengangguk lalu mereka meninggalkan stasiun bus yang tadi mereka lihat harga tiket-tiketnya.
◆◆◆
Seruni meminjam ponsel Joan untuk menelpon kedua orangtuanua di kampung. Orangtua mereka tidak memiliki ponsel, yang jadul sekalipun tak ada, jadi kalau mau berkomunikasi harus menelpon tetangga sebelah rumahnya.
Seruni harus pergi ke depan gang rumah kontrakannya untuk mendapatkan sinyal. Maklum, kartu yang Joan gunakan adalah kartu yang murah, yang sinyalnya bisa jarang-jarang dapat. Kini Seruni sudah bisa mendengar jelas apa yang ibunya katakan di telpon.
"Harga tiket mahal semua, bu, Seruni ngga punya banyak duit" ucap Seruni.
Terdengar nada mendesah kecewa dari seberang sana.
"Jadi piye, nduk? Apa kamu mau bapakmu pergi dulu baru kamu mau menjenguk kami?" tanya Ibu Tuti, ibunya Seruni, di seberang sana.
Seruni tak menginginkan hal iti terjadi, dia menggeleng dengan sedikit terisak. gadis itu lupa kalau sekarang dia ada di pinggir jalan, sontak suara isakannya itu sedikit menarik perhatian orang-orang yang lewat.
Termasuk laki-laki yang berdiri tak jauh dari Seruni. Laki-laki itu menatap Seruni dengan lekat, matanya sedikit memicing untuk memperjelas apa yang ia lihat. Seruni tidak menyadari itu.
"Bukan begitu, bu, Seruni mau banget pulang tapi ngga bisa" ucap Seruni semakin semakin terisak.
Ibunya disana sudah marah dan kecewa mendengar jawaban anak yang ia sayangi itu. Ia kecewa anak yang sudah ia besarkan itu tak ingin menjenguk mereka di kampung. Bahkan, bapaknya lagi sakitpun ia tak bisa menjenguk.
Lelaki itu terus memerhatikan Seruni dari jauh.
"Terserah kamu lah, Nduk" ucap Ibu Tuti dari seberang sana. "Ibu udah pusing sama bapakmu disini" lanjutnya. Nadanya begitu senewen. Dan telpon dimatikan secara sepihak.
Seruni hanya mampu menangis di tempatnya. Ia ingin sekali menjenguk bapknya, tapi apa mau dikata? Harga tiket memang mahal, dia tak mau merepotkan Joan terlalu banyak.
Dia sempat berniat untuk meminjam duit ke majikannya namun ia tak mau memanfaatkan kebaikan majikannya itu, jadi dia mengurungkan niatnya.
◆◆◆
Rangga sedang berada di taman kota. Menghirup udara malam yang terasa dingin namun sejuk. Bunga-bunga di taman itu sedang tumbuh dengan cantik, jelas terlihat karena lampu putih taman itu mnyinari ke arah-arah yang tepat.
Rangga tidak sendiri, dia ditemani Kayla. Mereka sudah berbaikan sejak insiden membentak di apartement pagi itu, seminggu yang lalu.
Gadis itu pantang menyerah. Bukannya menjauh saat dibentak, malahan setiap pagi sudah muncul di depan pintu apartement. Menyapa Rangga dengan senyuman manis ala gadis remaja.
"Jadi, masih belom mau cerita masalahnya?" tanya Kayla sambil melihat ke arah Rangga, siluetnya begitu tampan karena terhalang cahaya lampu taman.
Rangga menoleh, melihat ke arah gadis di sebelahnya. Lalu tersenyum begitu manis, membuat pipi Kayla memanas.
"Hanya masalah kecil, tidak terlalu serius" jawab Rangga sekenannya.
Rangga berbohong, dan Kayla tau itu. mana mungkin 'masalah kecil' bisa membuat seseorang seperti mayat hidup dan berubah menjadi galak. Namun, Kayla menguasai dirinya.
Mungkin sekarang belum waktu yang tepat untuk mengintrogasi laki-laki yang sedang duduk di sampingnya mengingat mereka baru saja baikan.
Gadis itu hanya mengangguk tanpa bertanya lagi.
"Bagaimana dengan sekolahmu?" kali ini Rangga yang membuka topik baru.
"Aku kuliah," desis Kayla tak suka.
Rangga hanya terkekeh ditempatnya, ia tau gadis itu sudah kuliah tapi postur badan gadis itu adalah postur tubuh asia. Tidak cocok menjadi anak kuliahan di negeri Paman Sam ini, ia lebih cocok menjadi anak SMP disana.
Rangga menoleh ke arah gadis yang tak menjawab pertanyaannya itu.
'Cantik' ucap Rangga dalam hati.
"Jadi bagaimana?" tanya Rangga mengulang pertanyaannya.
"Baik-baik saja," jawab Kayla dengan tersenyum senang.
'Apa aku bisa membuka hati untuk gadis ini? Aku harus bisa, daripada aku terus terpuruk dengan memikirkan Seruni yang sudah menikah. Ya, aku harus bisa' ucap Rangga masih dalam hatinya. Matanya tetap memperhatikan gadis disebelahnya sambil tersenyum manis.
"Kok melamun?" tanya Kayla yang merasa Rangga hanya diam memerhatikan wajahnya selama beberapa detik.
Pipi Kayla sudah memerah karena perlakuan Rangga tadi.
"Tidak ada," jawab Rangga.
Kali ini senyumnya begitu menawan, dan senyum itu untuk Kayla.
♥♡♥♡♥♡♥♡♥♡♥
gimana part ini?
Tolong vote dan komennya ya, aku menunggu dengan senang hati
KAMU SEDANG MEMBACA
TRS [1] : Night Accident ✅
RomantizmIni tidak seperti dongeng Cinderella yang menghadiri pesta dansa, sepatunya tertinggal dan Pangeran mencarinya. Ini bukan tentang Belle yang dikurung dalam istana Pangeran Buruk Rupa lalu mereka berdansa dan saling mencintai. Ini tak serumit itu. In...