⏩ 25. Without you

6.6K 294 72
                                    


Veranda terbangun dari tidurnya seperti biasa ia menyiapkan sarapan untuk keempat pangerannya, namun kegiatannya terhenti saat mengingat bahwa sekarang ia sendirian di rumah sebesar ini.

Ia duduk pada kursi makan lalu memandang tiga kursi yang biasa di gunakan duduk oleh Jason Jeston dan Jayden, seakan melihat merka yang sedang bercanda dan memakan makanan mereka dengan lahap. Ve tersenyum kecut, ingin rasanya mencari keberadaan mereka namun niatnya ia urungkan, bukannya tak mau tapi ia yakin jika ia menemui mereka sekarang makan Deva akan seemakin mempersulitnya untuk bertemu buah cintanya.

Ia bangun dari duduknya tanpa menyentuh makanannya, langkahnya terhenti pada bingkai foto yang di dalamnya ada foto keluarga mereka yang diambil beberapa bulan yang lalu. Tangannya mengusap wajah merka satu persatu.

"Mommy minta maaf ya, karna mommy belum bisa jadi ibu yang baik untuk kalian, maaf mommy memang membuat kesalahan yang fatal dan sangat besar. Semoga kalian baik baik ya sama daddy jangan nakal." Ujarnya memandang wajah Jason dan yang lainnya,

"Va, maaf. Aku belum jadi istri yang baik. Maaf aku sudah menghianati janji suci pernikahan kita, maaf aku membuatmu merasakan sakit. Maaf." Air matanya kembali menetes.

Dering telepon membuatnya menyeka air matanya, ia melihat siapa yang meneleponnya. Shania, ia yakin Shania akan memberinya banyak pertanyaan. Ia menarik napasnya oanjang

"Ya shan?."

...

"Dengerin gue dulu.."

...

"Baik, sampau ketemu di cafe biasanya."

Ve mwlirik ke arah jam, sudah pukul delapan ia harus segera menyiapkan diri untuk menemui Shania.

Lain dengan Deva, pria itu masih termenung di tengah acara saraapan pagi ini, Jason, Jeston, dan Jayden makan dengan lahapnya sementara ia hanya diam dan tidak memakan makannya.

"Dev, lo harus makan." Ujar Mario

"Gue ga nafsu makan." Jawabnya.

"Kalo lo gamakan nanti anak anak sama siapa? Kalo lo sakit? Lo mau?." Tanya Ayana, Deva menggeleng lemah

"Gue rasa, gue akan ajak anak anak pergi dari Indonesia." Ucapannya membuat Mario menganga. "Lo serius? Mereka masih kecil Va, mereka butuh kasih sayang Veranda sebagai ibunya."

"Gue tau, tapi lo tau kan, apa mereka pantas dapat ibu kaya Ve? Lihat, siapa yang menodai pernikahan ini?." Ujar Deva

"Sabar, tenang Dev." Ayana menenangkan Deva. "Keputusan gue udah bulat, gue akan ajak mereka ke Paris. Buat ketemu sama nenek gue." Ujarnya

"Baiklah." Ujar Mario, mau bagaimanapun ini adalah urusan Deva ia hanya bisa membantunya.

Veranda duduk termenung sambil mengaduk jus pesanannya dengan sebuah sedotan. Ia menunggu Shania datang menemuinya, sudah biasa jika telat. Macet. Itu alasan Shania.

"Eh, Ve sorry ya telat, lo tau kan kalo Jakar-."

"Jakarta macet, yakan?." Tebak Ve, Shania mengangguk lalu duduk di depan Ve

"Jadi, gue mau tau. Ada apa sampe Deva bawa pergi anak anak dan ninggalin lo?."

"Jadi gini Shan.." Mulai menceritakan semua kejadiannya Shania mendengarkan dengan seksama.

"Apa?!." Teriak Shania bangkit dari kursinya, yang membuat semua pengunjung cafe menatapnya heran. "Eh, hehehe. Lo serius Ve?." Tanyanya kembali duduk. Ve mengangguk

I Hate Love but I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang