chapter 1

312 10 0
                                    

Apakah umur adalah patokan utama seorang wanita harus dikatakan perawan tua..?? Dan apakah tidak ada alasan untuk membuktikan bahwa kesiapan mental juga mempengaruhi ketidaksiapan kami dalam memutuskan untuk menikah hari ini ataupun esok....Dan disinilah aku, seorang Kirana, duduk seorang diri memikirkan kata-kata orang tuaku untuk segera menikah...

Flashback on..
"Kirana...bagaimana pekerjaanmu, nak?" tanya ayahku disela-sela sarapan.
"Alhamdulillah baik ayah, memangnya kenapa?" tanyaku heran, karena tidak biasanya ayah menanyakan masalah pekerjaanku.
"Ehem...apa tidak sebaiknya kamu segera berhenti bekerja kemudian menikah,nak?"
DEG...menikah??? Batinku terkejut
"Iya,nak...umur kamu sudah lebih dari cukup untuk menikah." tambah ibuku.
"Tapi....."
"Apakah kamu sudah punya calon sendiri Kirana?kalau sudah suruh dia cepat melamar kamu" potong ayahku.
"Mana mungkin kakak punya calon ayah...model kakak saja seperti itu, mana ada lelaki yang mau sama dia." sambung Rani adikku.
"Rani....."pelotot ibuku
"Ayolah ibu....lihat bentuk kakak saat ini...kerudung kebesaran, wajah minim make up dan baju.....ah sudahlah..aku tidak tahu apa yang dipikirkan laki-laki diluaran sana dengan penampilan kakak yang seperti ini."cerocosnya lagi. Ah,apa yang dikatakan adikku memang benar mana ada laki-laki yang tertarik denganku...aku memang tak cantik dibandingkan adikku yang cantiknya luar biasa.ah, aku juga baru sadar ternyata 23 tahun aku hidup dibumi juga sebagai jomblowati sejati.Betapa mengenaskannya hidupku..
"Kirana,ayah akan menjodohkanmu dengan anak dari teman ayah. Dan ayah harap kamu tidak kabur seperti yang dahulu."
"Iya, nak..ibu ingin kamu segera membina rumah tangga. Ibu tidak ingin kamu menjadi perawan tua." haduh ibu...bahasanya kok extreme banget sih..,batinku.
"Terserah ayah dan ibu saja." jawabku pendek,toh menolak bukan pilihan yang baik saat ini.
"Kirana berangkat kerja dulu ayah, ibu." pamitku..moodku benar-benar buruk untuk saat ini. Dan segera pergi dari rumah adalah pilihan yang baik untuk sekedar menghirup udara segar yang stoknya makin menipis di paru-paruku.
"Hati-hati ya, nak" ucap ibuku selesai ku berpamitan.

Flashback End

Ya Tuhan...apa yang harus aku lakukan.....teriakku dalam batin...
"Kok melamun aja sih daritadi." kata shela, teman sekerjaku.
"Huumm...nggak kok."
"Apa ada masalah?" tanyanya penuh selidik.
"Enggak. Cuma lagi badmood stadium akhir."jawabku ogah.
"Hahaha,kamu ini memangnya masalahnya sangat berat,ya?"
"Tidak terlalu. Ah sudahlah shel, aku keluar dulu ya..paru-paruku mulai menciut kurasa." jawabku sambil meninggalkan shela yang hanya melongo.
"Eh Kirana tunggu aku..."teriaknya padaku.Tak kupedulikan teriakkannya semakin kupercepat saja langkah kakiku.
"Memangnya kamu mau kemana sih...?" tanyanya sambil ngos-ngosan.
"Entahlah."jawabku pendek karena memang aku juga tidak tahu mau kemana.
"Kita ke kafe depan saja gimana?aku traktir deh..."sambungnya lagi dengan menaik turunkan alisnya.Umm...pasti ada maunya,batinku
"Boleh." jawabku kemudian.
"Kamu mau pesan apa kirana?"tanya shela sesampainya di kafe tanpa melepaskan pandangannya dari buku menu.
"Apa saja boleh." jawabku asal.Kulemparkan pandangan keluar kafe,melihat lalu lalang orang yang semakin rapat.
"Hhhhhhh...."
"Terlalu banyak menghela nafas itu tidak baik bagi kesehatan jantung."timpal shela. Ku kernyitkan dahi, maksudnya.
"Makanlah dulu, lupakan sejenak masalahmu itu. Setidaknya dengan makan energi positifmu sedikit kembali."ucapnya dengan melahap makan siangnya. Benar juga yang dikatakan shela,aku harus makan,tidak lucukan kalau aku pingsan karena terlalu memikirkan tentang perjodohan, batinku membenarkan ucapan shela. Tanpa banyak kata akupun mulai menyantap makananku dengan lahap. Ah, kenapa aku sangat amat lapar ya...
"Woi woi santai girl...kaya belum makan 10 tahun aja." ucap shela bergidik ngeri dengan cara makanku,aku hanya tersenyum santai.
"Alhamdulilah...kenyang....."ucapku sambil mengelus perutku.
"Kalo nggak kenyang ya sungguh TERLALU..." Ucap shela sambil menirukan logat mbah Rhoma dengan lucunya. Hihihi....aku hanya bisa tersenyum geli melihat tingkahnya.
"Ayo kita balik ke kantor Kirana, waktu istirahat makan siang hampir habis nih" ajaknya selesai membayar makan siang kami. Aku hanya mengangguk pelan sambil berjalan mengikutinya.
"Sudahlah jangan terlalu dipikirkan Kirana..." ucap Shela sambil menepuk pundakku pelan sehingga membuyarkan lamunanku. Aku hanya tersenyum kecut. 'aih..emangnnya semudah itu ya..'batinku.

Kutatap pagar rumahku dengan malas. Baru kali ini pulang kerumah begitu terasa berat bagiku,rasanya lebih baik lembur dikantor sambil berkutat dengan file-file daripada pulang.
"Hhhh..."desahku. Entah sudah berapa kali aku mendesah sepanjang hari ini, karena memang mantra "menikah" selalu sukses membuat mood ku memburuk di level terendah.
"Assalamualaikum..."ucapku.
"Waalaikumsalam.." jawab ibuku dan kuhampiri beliau dan mencium tangannya.
"Wajah kamu kusut banget, nak. Apa di kantor lagi banyak kerjaan, ya?"
"Iya, bu" jawabku singkat. Masak iya aku jawab muka kusut gegara disuruh nikah.
"Ya sudah mandi gih biar seger."
"iya, bu". Jawabku sambil berlalu ke kamarku. Sesampai di kamar Kupatut diriku di cermin, memutar tubuhku kekanan dan kekiri lalu kupandangi wajahku sendiri, tak jelek-jelek amat nih muka, batinku. Apa aku harus sedikit merubah cara berpakaianku, batinku lagi. Aaahh...kalo dia memang jodohku toh dia tak akan mempersalahkan cara berpakaianku, batinku tak ambil pusing, Toh wanita baik pasti bertemu laki-laki yang baik pula, kataku meyakinkan diri sendiri....tapi apa aku termasuk wanita baik ya....ahh kun fayakun aja...

Apakah Engkau Jalan Menuju SurgakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang