Kematian Talia

48 6 2
                                    

Talia berjalan menyusuri danau yang jernih dan sejuk, langit mendung menghiasi pantulan danau yang sangat indah, Talia menatap cerminan dirinya di air. Mata merah jambunya terlihat sangat tenang, rambut berwarna creamnya tergerai indah dibelakang punggung, wajah pucatnya membuat parasnya menjadi seseorang yang anggun.

Tidak lama setelah itu, sebuah mobil hitam datang menjemput Talia untuk pergi kerumah neneknya, Talia tersenyum tipis melihat ayah dan ibunya sudah duduk dikursi depan, Talia membuka pintu mobil dan masuk kedalam mobil tersebut. Mobil itu melaju kencang untuk setengah jam kedepan.

Kehidupan Talia tidaklah seindah yang kalian kira, ia diadopsi dari sebuah panti asuhannya 3 tahun yang lalu oleh kedua orang tua angkatnya. Orang tua angkat Talia tidak terlalu dekat dengannya, oleh karena itu tempat Talia bisa merasa hidup adalah disamping teman temannya, ia merasa sangat senang jika teman temannya bisa menerima kekurangan yang ia miliki, Talia sudah menginjak kelas 2 SMP di Washington. Talia terus melihat kejalan dan bernostalgia mengingat ingat kejadian lucu dengan temannya, ia tersenyum dan tertawa kecil.

Didalam mobil sangatlah sunyi, radio dan musik tidak ada yang menyala. Talia sedikit khawatir jika ayahnya yang menyetir itu akan mengantuk dan tiba tiba tertidur. Rintik rintik hujan sudah membasahi jalanan dan mobil Talia, tapi tidak ada yang menanggapi hal itu. Ibunya tengah tertidur lelap, ayahnya menatap jalanan sayu dan malas, Talia sangat ingin menegur ayahnya tapi pasti tidak akan digubris.

"Ayah kau ha-"

BRUUUUK... Duakk!

Sebelum Talia memperingatkan ayahnya, mobil hitam tersebut sudah terbalik dan terhantam ke aspal karena licinnya jalan, dalam keadaan mobil terbalik dan sebagiannya terbakar Talia menutup matanya damai, tapi setelah itu ia membuka matanya dengan terbelalak.

"Ayah ibu!" Teriak Talia histeris, ia merasakan sedikit sakit pada lehernya, ia masih dalam keadaan terbalik karena badannya tengah terjepit. Tiba tiba ibu Talia bangun dan berteriak kencang dan histeris.

"Dimana kita!! Sayang, kenapa bisa seperti ini? Tolongggg!" Teriak ibunya sambil menggoyang goyangkan badannya karena badannya ikut terjepit, hal itu membuat hal fatal pada Talia yang ikut terkena dampaknya.

"Ibu, tolong jangan goyangkan mobilnya!"

"Lalu kita harus bagaimana?! Tak ada cara lain lagi Talia!" Teriak ibunya yang terus menggoyangkan mobilnya, ayahnya sudah tidak sadarkan diri dan pingsan.

Jeritan Talia berhenti, semua tiba tiba hening ibu Talia menghadap kebelakang untuk memastikan apa Talia baik baik saja. Saat ibunya melihat kebelakang, ia langsung melebarkan matanya.

"Kyaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!"

***

Sirene ambulance memenuhi jalanan sepi washington, hujan deras sedang melanda rumah sakit umum tempat ketiga korban kecelakaan tunggal tersebut.

"Putri anda telah meninggal karena patah leher, kaki suami anda mengalami retak tulang dan harus memakai kursi roda untuk beberapa hari, luka anda lah yang paling ringan" ucap dokter tersebut sambil menepuk punggung ibu Talia sambil berlalu.

Tak lama setelah itu, keluarga Talia datang dan ikut berduka cita karena kematian Talia. Keluarga Talia sangat terpukul akan kehilangan Talia, kematiannya sangat mengerikan.

***

Pemakaman sedang berlangsung, tidak ada yang sanggup untuk menahan air matanya karena kahilangan gadis berumur 14 tahun yang sangat cantik tersebut, ayah dan ibu Talia sangat terpukul dan terpuruk karena kehilangan anak satu satunya. Teman teman Talia menangis dan berteriak, guru guru Talia pun ikut menangis karena anak yang rajin dan cerdas tersebut harus meninggalkan mereka.

"Talia, semoga kau tenang dialam sana ya... kami akan terus mengingatb dan berdoa untukmu" ucap gadis berambut hijau. Kathy Trinket, teman Talia dan termasuk orang yang paling dekat dengannya. Seorang laki laki berambut hitam memegang pundaknya dan mengusap air matanya.

"Kath, Talia pasti sudah tersenyum dari surga" itu adalah Kei Cralanus, orang yang juga dekat dengan Talia.

"Sangat tragis, semoga Talia bisa tenang disisi Nya" dan yang terakhir, laki laki berambut oranye, Daniel Methaxy. Mereka berlima adalah sahabat yang sudah sedari dulu berteman dengan baik, tentu saja mereka semua merasa sangat sedih melihat temannya mati secara tragis.

Saat pemakaman sudah sepi dan sebagian orang sudah pulang, Kathy, Kei dan Daniel masih berdiam disana. Mereka bertatapan satu sama lain dan mengangguk bersama. Mereka sudah merencanakan itu dari tadi malam dan berjanji akan mengataknnya bersama sama saat pemakaman Talia berlangsung. Mereka berempat berpegangan tangan satu sama lain dan menutup mata.

"Tuhan, tolong satukan ikatan hati dan perasaan kami... hingga tidak ada diantara kami yang bisa berpisah untuk selamanya..." ucap mereka bersamaan, lalu mereka tersenyum kecil. Kata kata itu berasal dari sebuah kalimat yang ada dibuku sejarah tentang Sachiko yang mengalami hal yang sama seperti Talia. Setelah itu, mereka mengeluarkan sebatang lidi satu satu dan mematahkannya menjadi dua, satu lidi mereka simpan disaku celana sedangkan yang satunya lagi mereka tancapkan dimakam Talia.

"Talia, kau akan hidup dihati kami masing masing, jadi tidak ada yang harus kami cemaskan dan khawatirkan lagi, terima kasih sudah ada disamping kami disaat kami butuhkan" ucap Kathy, mereka bertiga lalu pergi kerumah dan melakukan aktivitas masing masing seperti biasa.

Mereka bertiga tidak akan pernah menyadari, bahwa Talia mendengar semua yang mereka rasakan dan ucapkan. Arwahnya berdiri disamping nisannya sendiri, ia tersenyum senang teman temannya masih sayang dengannya. Talia menutup matanya dan tersenyum kecil.

"Tuhan, tolong satukan ikatan hati dan perasaan kami... sehingga tidak ada diantara kami yang bisa berpisah untuk selamanya..." Talia mengucapkan kata kata yang diucapkan teman temannya tadi dan tersenyum kecil. Tanpa ia sadari ia meneteskan air matanya.

"Padahal masih ada banyak hal yang ingin kuceritakan pada kalian... hiks, kenapa ini harus terjadi? hiks hiks, aku ingin bersama kalian selamanya hiks hiks hiks" lirih Talia sambil mengusap air matanya yang kian berjatuhan.

Tiba tiba saja, sebuah cahaya putih datang dari belakang Talia. Cahaya putih itu berbentuk manusia! Apa itu? Malaikat? Tidak tidak, malaikat tidak mungkin muncul dihadapan manusia.

"Apa kau menginginkan hal itu?" Tanyanya, wujudnya tidak kelihatan. Talia hanya menatapnya heran, apa benar ia malaikat?

"Hah?"

"Kalau begitu, biar kukabulkan." cahaya yang lebih terang saat kedatangannya tadi makin menjadi jadi saja, Talia menutup matanya rapat. Ia merasakan sensasi aneh yang berputar putar, saat Talia membuka matanya ia sangat tidak menyangka apa yang terjadi dengannya sekarang.

Hai :) Bagaimana cerita baru saya? sorry for typo and anything else. Comment and Vote my story, Don't be a silent reader please :) Enjoy the next part? Yeah! Stay reading yep.

Sadness of Talia (SLOW)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang