Minggu pagi, di lain tempat. Cowok itu masih bergelung diatas tempat tidurnya. Tidak ada yang ingin ia lakukan selain memejamkan matanya erat-erat. Mencoba menyelam kembali dalam mimpi indahnya.
Tok tok tok
"Evan bangun!!" Panggil Nia Nenek Revan
Evan adalah panggilan kecil yang diberikan Nenek untuknya. Bisa dikatakan hubungan mereka cukup dekat, karena sedari kecil ketika libur sekolah tiba Bunda dan Ayah selalu membawanya pergi kerumah nenek yang berada di Bandung. Namun setelah kejadian itu, Nia memutuskan membawa Revan kembali tinggal di Jakarta dirumah Revan yang lama.
Merasa tak ada jawaban. Sang nenek langsung membuka pintu. Kepalanya menggeleng ketika melihat cucunya masih asik bergelung dibawah selimut.
"Bangun Evannn!! seneng banget liat eyang narik urat." Seru nya sambil menarik selimut sang cucu
"Ini hari minggu eyang." Ucap Revan dengan suara seraknya
"Anak muda jaman sekarang mentang-mentang hari minggu jadi bangun siang gitu?"
Revan menggulingkan badannya menjauh
Nia mencoba bersabar, "Evan umur eyang udah tua loh, udah gak bisa teriak-teriak lagi bangunin kamu."
"Siapa juga yang bilang eyang masih muda?"
"Cucu kurang ajar!"
"Sampe itungan ketiga gak bangun, eyang siram kamu pake kuah sayur!"Ancamnya
"15 menit plis."
"15 menitnya kamu tuh 2 jam. Bangun sekarang anterin eyang ke restoran! Atau uang jajan kamu dipotong."
Mau tidak mau Revan bangun dengan muka bantalnya. "Ck Iya-iya."
Umpan terbaik orang tua pasti gak jauh-jauh potongan uang jajan!
Semenjak pindah ke Jakarta, Eyang yang masih memiliki sedikit tabungan memutuskan membuka restoran sederhana untuk tambahan menyambung hidup. Sesekali Revan membantu eyang di restoran. Bukan. Bukan membantu memasak. Melainkan dibagian manajemen keuangan.
"Loh gak mandi dulu?" Tanya eyang melihat Revan masih mengenakan kaos hitam dan celana pendek tidurnya itu.
Cowok itu menggeleng lesu, "Eyang minta anterinnya sekarang kan? Yaudah ayo."
"Minimal cuci muka atuh, muka kamu 11 12 sama cucian kering. Lecek gitu,"
Sempet-sempetnya ngehina cucu sendiri
Revan menatap eyang datar, "Ini jadi berangkat gak? atau Revan tidur lagi nih."
Nia tertawa melihat wajah tertekuk cucunya, "Hayuk atuh kasep kita berangkat sekarang."
Jarak dari rumah ke restoran tidak terlalu jauh, hanya membutuhkan waktu kurang lebih 20 menit. Selama perjalanan tidak henti-hentinya sang nenek memberi petuah untuk si cucu. Revan yang mengendarai motor hanya bisa mencoba fokus kedepan sesekali menggumam sebagai jawaban.
"Kamu di sekolah jangan nakal-nakal ya Van, belajar aja yang bener biar bisa jadi orang." Nasihat eyang mengingat gimana bangor nya Revan sejak dulu
Sambil membelokkan motornya Revan menjawab, "Emang selama ini Evan bukan orang?"
"Ya orang. Kalo kamu jurik mana bisa nganterin eyang naik motor. Maksud eyang tuh biar kamu jadi orang sukses kitu."
"Hm."
Mendengar jawaban yang tidak jelas, eyang mencubit pelan perut Revan," Diajak ngomong ha hm ha hm. Sariawan kamu?"
Revan bersabar. "Eyang, Evan lagi bawa motor loh nanti gak konsen."