Paginya aku bangun tanpa adanya keberadaan Thomas disampingku. Aku mencari Thomas tapi tidak ada dirumah. Sial, dia kemana?
Aku keluar untuk memastikan ada mobilnya atau tidak. Ternyata ada. Sial, jantungku berpacu kencang lagi. Kemana Thomas? Apa ia kepantai? Mobilnya juga ada. Tanpa bosa basi aku langsung berlari kepantai. Tepat jam setengah 6 pagi aku berlari kepantai. Aku juga melihat toko milik Bob yang tertutup rapih itu. Sialan Thom kau dimana.
Aku menggerogoh saku celanaku, namun sialnya aku lupa membawa ponselku. Aku memutar tubuhku, namun aku tidak menyadari adanya batu besar dibalik kaki ku. Aku tersandung hingga terjatuh hebat. Sialan. Mata kaki ku langsung merah. Aku bangun dan memaksa diriku berjalan namun mata kaki ku terasa berdenyut sakit. Sial.
"Whoa—gadis pemen—" Shawn tiba-tiba datang dari arah belakang ku. Kenapa dia selalu datang dipagi hari ke pantai? Apa rumahnya didekat sini? Kali ini Shawn memakai jaket putihnya itu.
"Kaki mu merah." Shawn menyadari bahwa aku berjalan dengan pincang. Ia langsung berlari kecil kedepan ku dan berlutut didepan ku. "Kaki mu kenapa?" Shawn bangun lagi dan menatap wajahku dalam-dalam.
"Tidak apa-apa." Ucapku dan berjalan melewati Shawn.
"Wait–" Ucap Shawn dari belakang dan berlari lagi didepan ku dan memunggungi ku. "Naiklah." Katanya menyuruhku naik kepunggung Shawn itu.
"Tidak." Ucapku dingin. Shawn memutar tubuhnya itu dan memutar bola matanya padaku. Ia mendengus kesal hingga akhirnya ia mengeluarkan sebuah koin lagi. Tunggu, apa aku kali ini di bodoh bodohi lagi?!
"Kepala atau ekor?" Desaknya. Aku hanya diam berfikir, apa benar bahwa gambar di koin itu ekor? Seperti yang Shawn katanya tempo lalu.
"Tidak menjawab berarti aku yang ekor." Ucap Shawn dan melempar koin ke udara. Shawn tangkap koin itu lagi dan langsung membukanya. Ha! Angka! Berarti itu jawabannya kepala! Seperti apa yang ia bilang beberapa hari yang lalu kalau angka di koin itu kepala dan gambar di koin itu ekor! Kali ini aku menang Shawn!
"YES! Ekor!" Mataku membelalak melebar. Brengsek, apa ia bilang? Angka itu ekor? Bajingan, dia licik sekali.
Aku menarik nafas panjang dan ku naikan nada suaraku itu. Aku menjitak Shawn dengan keras "KAU BILANG TEMPO LALU BAHWA ANGKA ITU KEPALA BODOH!" Bentak ku hingga satu pantai mendengarnya.
Shawn mengelus-elus kepala Shawn yang barusan ku jitak itu. "Ternyata aku salah, ternyata angka itu ekor dan gambar itu kepala." Ia menyengir kuda sambil menyenggol tangan ku itu. Sedangkan aku hanya memutar bola mataku dan Shawn berlari kedepan ku sambil membungkukan badannya itu. Ia menyengir kuda lagi "Naiklah." Katanya.
Dengan terpaksa dan memang kaki ku sakit, aku langsung naik kepunggung Shawn.
"Mau kemana? Inikan bukan arah rumahmu." Ujar Shawn yang sedang menggendongku. Aku menjitaknya dengan nada kesal "Bawa saja! Banyak omong!" Bentak ku padanya.
Aku tau ia tersenyum selama aku mengoceh dipunggungnya itu. Aku menjitaknya lagi dan lagi "Berhentilah tersenyum seperti itu!" Gurauku.
"Aw!" Bentaknya saat ku jitak kepalanya itu. "Berhentilah menjitakku! Kalau tidak nanti aku menjadi bodoh!" Bentak Shawn lagi. Aku terkekeh diatasnya dan berkata "Kau memang bodoh Shawn!" Gurauku sambil menahan tawa.
"Sial, aku tidak sebodoh itu!" Bentak Shawn kesal. Namun kini kami sudah sampai didepan gerbang rumah Thomas. Aku turun sedangkan Shawn memasang wajah bingungnya itu.
"Mau apa kau kesini?" Ucap Shawn sambil melirik kearah dalam rumah.
"Bukan urusanmu." Ucapku dan melipat kedua tanganku didepan dada itu. Shawn mengalihkan pandangannya itu kepadaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us // Thomas Brodie. Sangster
Romance"The power of love." "For the first time i saw her, i was totally madly in love with her." -Jhon Green's books. But i really sure, this is not only Fiction. Untill one day I realized, a figure that had been there before, is my true love. And i feel...