Hari ini hujan cukup deras mengguyur kota Denpasar, namun tak mengurungkan niat para pengguna jalan agar tak berseliweran ditengah derasnya hujan. Ditengah hiruk pikuk kota Denpasar yang ditambah derasnya hujan, kami terjebak dalam kemacetan ibukota. Suasana begitu padat namun tetap sejuk. Aku pun sangat menikmati suasana seperti ini. Menikmati hari minggu yang tak begitu cerah bersama sahabatku tentunya. Kami sering menghabiskan waktu seperti ini di hari minggu, hanya untuk melepaskan penat saja, setelah satu minggu berkutat dengan rutinitas sekolah.
Oya, kita belum berkenalan. Aku Nadin, aku ingin menceritakan pengalaman seru hidupku bersama sahabatku, Denny. Kami bersahabat semenjak masuk dalam SMA yang sama, yaitu SMA Sakura. Persahabatan kami terjalin begitu saja, aku pun tidak perlu waktu yang lama untuk merasa nyaman dengannya, karna Denny memang orang yang asyik.
Hampir setiap minggu kita selalu menghabiskan waktu bersama, entah hanya sebatas saling bertukar cerita, jalan-jalan, atau semacamnya. Sampai akhirnya pada suatu hari, kita bertukar cerita tentang kelanjutan sekolah kita di masa depan.
"Kamu mau kuliah dimana nanti?" tanya Denny padaku, saat itu kami sedang makan siang bersama.
"Belum tau, tapi pastinya sih di Bali. Memangnya kenapa?" tanyaku balik.
"Nanya doang," jawab Denny lalu menunduk.
"Takut aku ninggalin kamu yaa? Hahaha, ayo ngaku!" candaku kepada Denny. Tapi diluar dugaan, Denny hanya tersenyum menanggapinya. Tidak biasanya Denny bersikap dingin seperti itu, biasanya dia adalah orang yang cerewet, malah di setiap kesempatan, hanya dia yang selalu bercerita tentang kesehariannya, tapi kali ini dia bersikap aneh.
"Kalau misalnya aku kuliah ke luar kota, kamu sedih nggak?" tanya Denny kemudian.
Entah kenapa, setiap kali ia melontarkan kata semacam itu, aku merasa sedih. Aku selalu merasa bahwa Denny akan meninggalkanku, tapi apakah aku terlalu egois untuk itu? Bukankah jika Denny lebih memilih universitas yang lebih bagus diluar sana, aku harusnya ikut bahagia? Denny kan sahabatku.
"Din? Kok diem?" Denny mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajahku.
"Hey! Yah, ngambek lagi deh!" seru Denny kemudian. Aku tidak bisa menjawab pertanyaannya, bahkan bagiku tak perlu untuk menjawab. Jangankan menjadi kenyataan, membayangkannya saja sudah sedih. Aku tidak ingin Denny pergi, karna selama ini hanya dialah yang paling mengerti sikap dan kemauanku, hanya dia yang bisa membuatku senang, bahkan selalu ada buatku. Jika nanti dia pergi, siapa yang akan menghiburku seperti itu?
. . . .
Hari demi hari berganti, dan kini tibalah saatnya untuk menentukan akan kemana kita setelah lulus SMA nanti. Mahasiswa dari berbagai universitas pun mulai berdatangan dan bersosialisasi ke setiap kelas di sekolah kami. Dari sekian tawaran yang datang, aku hanya tertarik pada tujuan awalku, yaitu masuk di Universitas Udayana dan mengambil jurusan sastra Jepang. Sesaat setelah membaca-baca brosur yang diberikan, ponselku bergetar dan ada sms masuk, ternyata Denny.
-Denny-
Univ airlangga kyknya oke..
-send-
oke buat siapa? kamu?
-Denny-
kalau boleh
-send-
maksudnya?
Setelah itu Denny tak lagi membalas smsku. Aku pun membiarkan ponselku bergeming sampai bel tanda pulang pun berbunyi dengan nyaring. Aku merapikan barang-barangku dan berjalan menuju parkiran, karena berjalan sambil melamun aku tidak menyadari bahwa Denny berdiri tepat di depanku dan aku pun menabraknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAHABAT HITAM MANIS
Teen FictionHari ini hujan cukup deras mengguyur kota Denpasar, namun tak mengurungkan niat para pengguna jalan agar tak berseliweran ditengah derasnya hujan. Ditengah hiruk pikuk kota Denpasar yang ditambah derasnya hujan, kami terjebak dalam kemacetan ibukota...