Happy reading guys!
Don't forget to vomment!~~
Audrey's POV
Semilir angin sore hari sepertinya sungguh menenangkan. Hari ini aku dan Cherrel menghabiskan weekend bersama di Ancol.
Ini pertama kalinya aku jalan-jalan setelah kembali dari Sydney.
"Gimana? Sejenak ngerasa tenang kan?"
Cherrel menyodorkan minuman isotonik kepadaku."Thank's rel." aku meminumnya sedikit.
"Foto-foto di kamera lo, nanti kirim yey via e-mail."
"Okay Rel."
"Laper gak? Makan malem lah kita."
"Di?"
"Mana saja." Cherrel menarik tanganku. Kami berlari kecil.
Benar-benar menyenangkan.
~~~
Makan malam ini terasa begitu menyenangkan. Selama ini aku hanya makan bersama Ibu Asih, atau bahkan sendirian.
Dan hari ini bahagianya, aku bisa makan malam dengan penuh canda tawa.Bukan dengan sepi yang menikam.
"Hahaha... Astaga! Jadi lo belom punya pacar sama sekali? Asli gila lo." Cherrel puas menertawakanku. Lepas sekali. Sampai-sampai dia hampir tersedak sangking asiknya.
"Gausah gede banget kali suaranya. Malu ih rel.." aku memberi ia minum sambil mencubit pelan lengannya.
"Lagian lo cupu banget masa belum pernah pacaran.. Atau jangan-jangan masih menunggu dia." lihatlah, sekarang Cherrel memasang wajah menggoda.
"Siapa?" aku menantang .
"Sebutin merk nih?"
"Idih jangan." aku mencubit pelan lengan Cherrel, lagi.
"Hahahaha takut banget!" Cherrel suaramu mengundang banyak mata yang terusik.
Dan tanpa kami sadari juga mengundang dia...
"Harus yah ketawa gede-gede di meja makan? umum lagi(?)" dia bersuara sambil duduk disebelahku.
"Harus yah gabung ke meja orang lain tanpa permisi?" Cherrel menjawab asal sambil memasang muka sok sinis.
"Ga juga sih." yang disindir malah cuek bebek.
"Ribut banget dari tadi." lanjutnya.
"Ih terserah kita dong. Yakalee minta ijin lo?" Cherrel menyeruput jus mangga nya.
"Kenapa kamu disini?" aku bertanya menyelidik.
"Week end bosen kalo di rumah terus. Tadi bareng Ndu sama Mama Papa kesini."
dia menjelaskan."Terus ngapain duduk disini? Gak bareng keluarga lo?" Cherrel sarkas.
"Ga boleh?" dia bertanya setelah memesan minuman.
"Tanya aja si Audrey. Gue mah boleh-boleh aja." Cherrel melimpahkan kepadaku.
Aku harus jawab apa(?)
Dalam hati tentu saja aku ingin bersamanya. Tapi...
"Ga boleh?" dia mendekatkan wajahnya, aku gugup. Ini baru pertama kalinya.
"Boleh. Boleh kok Mikh." aku langsung mengalihkan pandanganku ke Cherrel.
Wajahku memerah, aku takut dia menyadarinya.
"Kenapa mukanya merah gitu?"
Cherrel benar-benar berhasil membuatku malu. Sontak aku langsung melotot kearahnya."Malu kali dideketin sama aku tadi." Mikha malah dengan pedenya mengatakan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt
FanfictionKarena aku tidak tahu dan terlalu takut untuk tahu, bagaimana nantinya jika jarak antara kita berubah .. Entah itu makin dekat atau akan semakin menjauh.. Semua itu semata-mata hanya untuk menutupi kenyataan bahwa aku mencintaimu.. Aku menginginkan...