First Meet

368 53 14
                                    

Miaw...

Deg.

Jantungku berdetak kencang mendengar suara pilu seekor kucing tak jauh dari tempatku berada. Otomatis langkahku menuju perpustakaan untuk mengembalikan buku terhenti.

Miaw...

Aku menyapu pandangan sekitar.

Miaw...

'Ah! Itu dia...' seruku dalam hati begitu melihat seekor kucing berbulu orange dengan mata biru yang berada pada dahan pohon tak jauh di luar jendela.

Sepertinya kucing itu tidak bisa turun.

Aku meletakan buku yang kubawa di dekat jendela, kemudian menatap kembali ke arah kucing malang itu.

Jarak kucing itu tidak terlalu jauh, sepertinya mudah digapai kalau menjulurkan tangan dengan setengah badan keluar jendela. Tapi yang jadi masalah—

—Ini lantai dua.

Aku menelan saliva, setengah bergidik ketika melihat ke bawah.

Tapi...

Kasihan kalau kucing itu dibiarkan begitu saja.

'Baiklah Hinata... kau pasti bisa!' batinku menyemangati diri sendiri sebelum menjulurkan tangan keluar jendela.

Aku berusaha sejauh mungkin menjulurkan tangan hingga badanku keluar jendela, berupaya sedekat mungkin pada kucing malang itu. Tetapi tidak sampai...

Jaraknya masih terlalu jauh dari jangkauanku agar kucing itu berani melompat ke arahku.

Aku tidak kehabisan akal. Kulangkahkan kaki keluar jendela dan berpijak pada pinggiran tembok sekolah yang sedikit mencuat. Tangan kiriku berpegangan pada sisi jendela sementara tangan kananku terjulur pada kucing malang itu.

Miaw...

Kucing itu kembali bersuara, memandangi bingung telapak tanganku yang mengarah padanya.

"Ayo kemari... tidak usah takut." Bujukku agar kucing itu mau melompat. Susah payah menahan peganganku pada pinggir jendela dan menjaga keseimbangan agar aku tidak terperosok ke bawah.

Dan...

Hop!

Kucing kecil itu melompat ke arahku dan segera bertengger dipundak membuatku geli saat kepala kucing kecil itu menyurukan ke bagian dalam leher mencari perlindungan di balik rambut indigoku.

"Hihihi... geli." Tawaku sambil menghembuskan nafas lega. "Tenang saja kau sudah aman sekarang." Kataku lagi seraya menggerakan tubuhku berbalik pada jendela.

Begitu tangan kananku akan memegangi pinggiran jendela, kaki tempat aku berpijak goyah, akibatnya tanpa sengaja aku terpeleset. Untungnya kedua tanganku sempat meraih pinggir jendela, berpegangan erat dan membuat tubuhku tergantung.

Ungh... gawat, tanganku tidak kuat menahan tubuhku...

"AWAAAS!" terdengar sebuah suara baritone berteriak sesaat sebelum penganganku berlepas.

"Kyaaaaaa!" teriakku dengan mata terpejam begitu tubuhku akan terjatuh ke bawah.

BRUK!

BRUK!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
First MeetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang