haihaihai semuanya!!!
cuma mau ngasih tau, part ini masih tentang masalahnya Seruni yaa karena kan dia bener-bener pemeran utama di cerita ini, rangganya baru nongol di part depan yaa :* jangan bosen sama cerita ini hehehe :)
♥♡♥♡♥♡♥♡♥♡♥
Leo, Bu Hesty dan Pak Nadi dipersilahkan duduk di ruang tamu oleh Bu Tuti. Setelah 5 gelas teh tersedia di hadapan mereka semua, Bu Tuti memandangi para tamunya dengan tatapan bingung. Ditambah ia menatap anaknya, Seruni, yang kini tengah berbadan dua.
Ia menatap Seruni meminta penjelasan, namun gadis itu malah menunduk karena tak bisa menjawab.
"Jadi..." ucap Bu Tuti dengan nada bertanya membuka obrolan di sore hari ini.
Seruni masih menundukkan kepalanya dalam. Ia takut sekaligus bingung. Ia tak tau harus mengatakan apa untuk menjelaskan semuanya. Menjelaskan tentang kehamilannya, menjelaskan tetang kedatangan Bu Hesty, Pa Nadi dan juga Leo di tempat ini.
"Maaf bu, sebelumnya," ucap Pa Nadi. "Kalau boleh, saya minta Leo dan Nak Seruni untuk jalan-jalan keluar," pinta Pa Nadi pada Bu Tuti.
Seruni dan Leo menatap Pa Nadi bersamaan. Leo mengerti kenapa Papanya meminta seperti itu, namun Seruni tak mengerti apa-apa disana. 'kan awalnya, keluarga itu minta ijin untuk ikut karena hanya ingin mengantarkan Seruni. Ia tak berpikir akan ada obrolan serius diantara orangtua Leo dan Seruni yang tak boleh ia dengar.
"Saya tidak keberatan," jawab Bu Tuti. Lalu memandang Seruni yang kini sudah menatapnya juga.
Akhirnya, Seruni dan Leo menuruti permintaan Pak Nadi itu. Mereka pergi keluar. Mereka pergi ke sawah yang tak jauh dari rumah Seruni itu terletak.
Barulah orangtua ini memulai obrolan yang serius tanpa diketahui oleh Seruni.
♚♚♚
Leo dan Seruni melewati beberapa tetangga. Seruni tersenyum untuk menyapa mereka semua. Seruni memang terkenal sebagai gadis pendiam di kampungnya, tak heran jika ia hanya tersenyum untuk menyapa para tetangganya.
Sesampainya ia di sawah, Ratih, Pipit, Yanti, Ujang dan Mojo sudah tidak berada disana. Mereka sudah pulang karena hari sudah mulai gelap. Seruni dan Leo duduk di pondok terbuka yang berada di pinggir sawah, menghirup udara segar yang langsung berasal dari rerumputan di hadapan mereka.
Leo ikut menikmati udara segar serta hijaunya tanaman yang menyegarkan mata. Ia tak pernah berada di tempat setenang ini sebelumnya. Ia sudah beberapa kali pergi ke tempat rekreasi yang menyuguhkan pemandangan hijau yang indah, udara yang segar, namun ia tak pernah sedekat ini dengan alam. Biasanya dia hanya duduk di dalam vila untuk memandangi pohon-pohn hijau besar.
"Enak ya disini," ucap Leo membuka obrolan.
Ia melihat Seruni yang sedang menutup matanya, menikmati kenikmatan alam yang dimiliki oleh kampungnya ini.
Seruni membuka matanya, lalu menoleh ke arah Leo yang sedang menatapnya. "Iya, Mas, disini tuh tenang, ngga kaya di Jakarta," senyum Seruni terukir di bibirnya.
Leo mengangguk setuju atas pernyataan yang keluar dari mulut Seruni. Rasanya ingin sekali Leo untuk tinggal beberapa lama di tempat ini. Ingin sekali melepaskan segala kepenatan dan keramaian ibukota yang membuatnya muak.
"Terus kenapa kamu mau pindah ke Jakarta?" tanya Leo pada Seruni.
Seruni menoleh lagi ke arah Leo, mengingat kejadian beberapa bulan lalu. Mengingat alasan utamanya untuk pergi ke Jakarta. "Mau ngebantu bapak sama ibu, Mas," jawab Seruni apa adanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRS [1] : Night Accident ✅
RomanceIni tidak seperti dongeng Cinderella yang menghadiri pesta dansa, sepatunya tertinggal dan Pangeran mencarinya. Ini bukan tentang Belle yang dikurung dalam istana Pangeran Buruk Rupa lalu mereka berdansa dan saling mencintai. Ini tak serumit itu. In...