Hembusan angin bergerak lembut menerbangkan helai rambut kedua insan tersebut. Mata Khrisna tak percaya menatap cewek yang ada di depannya. Kemarin ia mati-matian mencari cewek itu sampe berlari keliling komplek, dan sekarang tanpa bersusah payah, cewek yang ia cari sudah ada di depan matanya.
Raisa lebih terkejut lagi karena cowok yang mati-matian ia hindari, tanpa hujan dan badai tiba-tiba nongol di depan matanya. Diam-diam Raisa meneguk air liurnya, shit, sekarang gue harus apa?
Raisa sebenarnya ingin sekali kembali menggunakan trik gajah bisa terbang pada Khrisna tapi seperti tipuannya sudah tidak manjur lagi.
Tanpa pikir panjang, tanpa ingin membuang waktu, Khrisna langsung berlari mendekati Raisa hingga membuat cewek itu tersentak kaget dan buru-buru berbalik badan, "aaa! takuttt!"
Raisa berlari sekencang mungkin, mengabaikan teriakan lantang Khrisna yang menyuruhnya untuk berhenti.
"Berhenti lo, sempak!" Raisa bodo amat.
"Woi setan berhenti!" Raisa tetap bodo amat.
"Eh tai, berhenti!" Raisa tambah bodo amat.
"Berhenti lo kuping bolong!" Raisa bodo amat tingkat dewa.
Raisa terus ber-bodo amat sampai batu kurang ajar yang berada di tengah jalan mengacaukan segalanya. Di detik dimana kakinya menyentuh batu itu, Raisa langsung nyungsep dengan posisi memalukan. Khrisna yang berada beberapa meter di belakang Raisa dapat melihat kejadian tragis itu dan tanpa membuang waktu, ia mempercepat langkahnya.
"Ah, ketangkep lo!" Seru Khrisna menahan lengan Raisa. Cewek itu sendiri masih dengan posisi anehnya dan menatap kesal Khrisna. "Liat nih, gue jatuh!" Omel Raisa pada Khrisna.
Khrisna menaikan sebelah alisnya, "bukan, lo nyungsep," koreksi Khrisna polos.
Raisa makin geram. "Iya, gara-gara elo!"
"Bukan, salah batunya,"
"Tapi situ yang ngejar duluan!"
"Situ lari, yaudah gue kejar," ucap Khrisna kalem.
"Terus kenapa situ ngejar?!" Mata Raisa melotot tajam.
"Takdir cewek emang dikejar, bukan mengejar," ucap Khrisna selow tanpa beban.
Raisa melongo mendengar ucapan Khrisna. "Ih, kok nyambung kesana sih?!"
Khrisna mengangkat bahunya sekilas, "suka-suka gue, kan gue yang ngomong,"
Raisa makin mendidih mendengar ucapan santai Khrisna. Ia laku berusaha berdiri tegak dan menepis tangan Khrisna yang berada di lengannya. "Lepas, gak usah pegang-pegang, virus,"
Dengan susah payah Raisa berjalan menjauhi Khrisna sementara cowok yang ia hindari sedang berjalan santai di sampingnya. "Mau kabur? Liat dulu tu kaki mbak. Udah mau copot," Raisa melirik sinis Khrisna dan berusaha mempercepat langkahnya.
Langkah Raisa tertahan oleh sesuatu yang mencekal lengannya, ia menoleh dan mendapati Khrisna yang menahan lengannya. "Apaan sih?!" Khrisna tak menjawab, ia justru menyeret Raisa yang kondisi lututnya terluka dengan sadis ke sebuah kursi kosong di dekat mereka.
"Duduk, gak capek apa lari-larian mulu. Kaki lo juga luka," ucap Khrisna setelah mendorong kebawah bahu Raisa agar duduk di kursi. "Gue gak punya waktu buat duduk," ucap Raisa.
"Udah diem. Gue mau beli minum dulu. Nanti gue mau introgasi lo, jadi jangan kemana-mana," Khrisna lalu berjalan ke penjual kaki lima yang menjual air mineral di dekat mereka.
Raisa menatap sesaat punggung cowok itu sebelum berdiri dan berusaha berjalan cepat menjauhi Khrisna. Tentu Raisa tidak akan sebego itu untuk berdiam diri di kandang macan sementara ia dapat melihat peluang untuk melepaskan diri. Dasar cowok bego, Raisa membatin.
Setelah membayar dua botol air mineral, Khrisna kembali ke kursi yang sempat ia tinggalkan dan disana kosong, tak ada siapapun. Shit, dia kabur, batin Khrisna lalu cowok itu mengacak rambutnya kesal.
Sekarang disini siapa yang bodoh? Khrisna? atau Raisa?
****
Raisa meringis saat merasakan dinginnya alkohol yang menyentuh lukanya. Dengan susah payah akhirnya Raisa sampai di dalam kamarnnya dengan selamat. Ya, selamat dari Khrisna. Saat ini cewek itu sedang membersihkan luka akibat terjauh tadi. "Aaaa!!! Sakitt!!!" Teriak Raisa tak tahan.
Suara ketukan pintu terdengar, Raisa lalu melihat ke arah pintu laku berkata, "masuk," setelah itu munculnya Ibunya di balik pintu. Ibunya berjalan perlahan mendekati Raisa dan matanya langsung terbelalak saat melihat luka Raisa. "Kaki kamu kenapa Sa?!" Seru Ibunya.
Raisa menunjukan cengirannya, "hehe, jatuh,"
Ibunya geleng-geleng kepala melihat Raisa lalu ia duduk di di samping Raisa dan menyentuh tangan putrinya. "Mama punya kejutan buat kamu,"
Mata Raisa langsung berkilauan setelah mendengarnya, "ha? Apaan Bu? Ibu naik gajih?"
Ibunya menggeleng pelan kepalanya, "bukan, Ibu sudah minta tolong dengan nyonya Rosa untuk menyekolahkan kamu dengan syarat gajih Ibu akan di potong," mata Raisa terbelalak kaget mendengar ucapan Ibunya. "Apa? Buat apa Ibu lakuin itu? Ya aku emang pingin sekolah kayak dulu, tapi kalo mesti bikin gajih Ibu ke potong, mendingan gak usah. Lagian, aku, kan bisa belajar sendiri juga,"
Ibunya kembali menggelengkan kepalanya, "gak bisa, kamu udah terlalu lama gak sekolah. Udah jadi kewajiban Ibu buat sekolahin kamu. Jadi terima ya? Lagian, Ibu gak mau punya anak bodoh cuma gara-gara putus sekolah,"
Raisa terdiam sesaat lalu ia kembali melihat Ibunya. Disana ada binar penuh harap yang membuat Raisa tak punya pilihan lain lagi. "Oke, aku terima,"
Senyum Ibunya merekah Indah setelah mendengarkan itu. Ia langsung memeluk Raisa. "Makasih banyak sayang," Raisa membalas pelukan itu sesaat lalu ia melepaskannya. "Tapi sekolahnya dimana Bu?"
Ibu Raisa tersenyum melihat rasa penasaran anaknya. "Katanya sih, di Angkasa pura high school," ucap Ibunya santai.
Raisa melotot mendengarnya, "What?! Angkasa pura high school?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy And Ice Girl
Roman pour AdolescentsKisah ini menceritakan tentang seorang gadis bernama Raisa putri yang mesti tinggal satu rumah dengan laki-laki yang Raisa anggap sebagai seorang bad boy yang bernama Khrisna arya.Di setiap detik kisah hidup mereka selalu di lewati dengan pertengkar...