One

42 6 0
                                    

[Iriya's POV]

Aku terbangun di sebuah ruangan tanpa penerangan. Saking gelapnya,bahkan aku tak mengetahui apakah mataku terbuka atau tertutup. Tangan beserta kakiku diikat dengan kuat. Setiap aku bergerak sedikit saja,seluruh tubuhku ter-rasa nyeri. Tulang punggungku sakit. Kepalaku pusing.

Apa-apaan semua ini? Aku diculik? Jujur,menurut indra penciumanku,tempat ini sepertinya tak terurus. Debu-debu yang melayang bebas di udara. Bau anyir yang menusuk hidung. Dan cairan lengket disekitar kakiku. Sungguh menjijikkan. Di gelapnya tempat ini,aku tidak akan pernah tahu apa itu sebelum ada yang menghidupkan lampu.

Lama sekali aku duduk terdiam disini. Tak ada seorangpun yang kunjung datang. Sekali pun ada,mungkin ia seorang penculik. Atau lebih buruknya,seorang pembunuh serial. Ah,tunggu. Kenapa pikiranku menjauh seperti itu?

Ingin berteriak saja tak bisa. Rasanya tenggorokanku akan terbakar karena sangat kering. Sudah berapa lama aku tak minum? Aku tak tahan lagi.

"Seseorang tolong aku!"

Sayangnya aku hanya dapat berteriak dalam hati. Tak kuasa lagi menahan rasa sakit yang menciptakan nyeri sampai ke seluruh tubuh ini.

Tap,tap,tap..

Suara langkah kaki membuat mataku terbuka lebar. Ada orang lain disini! Kuharap itu bukanlah pembunuh atau lain-lain.

Aku mendengar saat tangannya menyentuh saklar lampu. Seketika ruangan ini terang benderang. Aku berusaha menyesuaikan(?) mataku dengan cahaya lampu yang amat-amat menusuk. Setelah dirasa sudah cukup membaik,tiba-tiba rasa penasaranku kembali muncul. Bola mataku bergulir ke segala arah-menjelajahi seluruh ruangan yang telah diterangi cahaya ini.

Darah.

Potongan tubuh.

Organ-organ dalam manusia.

Bahkan kepala tanpa tubuh.

Sukses membuat teriakan parau ku keluar. Pemandangan yang begitu mengerikan terpampang jelas si hadapanku. Semuanya.. Aku dapat melihat semuanya di setiap sudut ruangan anyir ini. Yang dapat kulakukan sekarang hanyalah berteriak,menangis,dan berdo'a pada Tuhan.

Tetapi,tangisanku tiba-tiba berhenti saat sebuah telapak tangan membelai lembut kedua pipiku. Tak mungkin jika dia ini seorang pembunuh. Aku yakin jika dia seorang perempuan-yang suci!

Aku pun mendongak. Mataku melebar. Ya. Dia perempuan yang tampaknya seumuran denganku. Manis dan tak berdosa. Ia mengusap pipiku dengan tangan lembut nan halusnya,sesekali menghapus air mataku yang mengalir deras. Sesaat setelahnya ia berjongkok di hadapanku. Aku dapat melihat mata hitam gelap-nya. Dalam,dan tak berdasar. Cukup mengerikan. Namun sesegera mungkin ia membuang muka.

Ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Lalu mengambil pisau yang tergeletak bebas di lantai,digunakannya untuk memutuskan tali yang mengikatku. Melihat caranya memegang pisau dengan tangan bergetar,aku yakin bahwa dia ini tak mengerti hal-hal yang keji dalam penggunaan pisau. Jika perkiraanku tak salah.

"Kau bisa.. Berdiri?"

Aku menggeleng cepat. Untuk sekarang ini,kakiku masih terasa sakit. Hening sesaat. Namun gadis ini sepertinya nekat ingin membebaskanku dari ruangan ini. Ia menggendongku di punggungnya. Jika dilihat dari cara gadis ini berjalan,sepertinya aku menjadi beban. Tubuhku,berat ya? Ugh,maaf saja.

Dengan tertatih-tatih ia bergerak keluar ruangan. Aku ingin mencegahnya,tapi suaraku dengan sendirinya tercekat. Sial.

"Kau tidak betah dan mau turun kan? Tidak boleh. Setidaknya kita harus temukan tempat aman untuk bersembunyi."

Kukira ia baru saja membaca pikiranku tadi. Aku hanya mengangguk pelan seraya mengalungkan lenganku di lehernya. Sejujurnya aku tak tahu kemana ia akan membawaku bersembunyi. Aku hanya akan menurut.

Selama ia bukan pembunuh,aku akan percaya.

-TO BE CONTINUED

.
.
.
.
.
.
.
.

***

Ah,o-em-jeh,hayati jadi malu sendiri xD
Err.. Karena saya newb,bahasanya jadi gini. Maaf buat yang sakit mata,harap segera kunjungi dokter spesialis mata //nak

Oke maaf. Itu tadi sangat tydac very naisu.

Iriya butuh dukungan dari semua pemirsah di seluruh Indonesia tercintaaaah~! ><)
Tinggalkan seluruh harta kalian dan jatuhlah ke dalam jurang tak berdasar~! *Chu2byou mode*
Eh--maksudnya,tinggalkan Vote. 1 aja~
Sekian dari Iri,see ya next chapter!

With [virtual] hug,
Iriya

Splatter PartyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang