Junior High School
---
Saat SMP, aku dan Rian satu sekolah. Meskipun awalnya aku menolak, tapi Rian tetap memaksaku. Akhirnya aku mau satu sekolah dengannya dengan syarat tidak boleh ada yang tahu kalau aku saudaranya.
Dengan wajah yang lumayan, otak yang cukup cerdas, dan juga jago main basket, Rian langsung terkenal di sekolah. Gak lupa juga dengan Luke, Luke itu sudah berteman dengan Rian sejak masih ingusan. Dan Luke itu sebelas-dua-belas sama Rian. Yah gak heran mereka berduapunya banyak fans di sekolah.
Aku bukanlah tipe cewek nerd yang tidak mempunyai teman. Temanku banyak, apalagi aku juga sering ikut organisasi. Hanya saja, semua cowok yang mau jadi temanku sudah dibuat kabur duluan oleh Rian. Rian menyebalkan, dia mempunyai banyak fans cewek. Giliran aku mau punya temen cowok, Rian malah mencak-mencak. Karena sifat Rian yang terlalu posesif itu, gak jarang ada yang bilang Rian pacarku. Jadi saudara aja udah menyusahkan, aku gak akan mau punya pacar yang sejenis Rian.
Hari ini rencananya aku, Rian, dan Luke mau nonton di rumah Luke pulang sekolah. Saat akan keluar sekolah dan melewati lapangan, banyak siswi yang menatapku dengan tatapan tidak suka. Aku sudah terbiasa mendapat tatapan itu saat bersama dengan Luke dan Rian. Bahkan ada yang sampai mengirim surat kaleng ke dalam lokerku gara-gara aku dekat dengan idola mereka.
Aku senang saat sudah di luar sekolah, karena aku tak akan mendapat tatapan itu lagi. Kami langsung masuk ke dalam mobil jemputan Luke. Luke duduk di samping sopir, sedangkan aku dan Rian duduk di belakang.
"Lo gak boleh deket-deket sama Ado," kata Rian yang duduk di sampingku.
"Ado itu yang mana sih?" aku emang gak ngerti mana yang namanya Ado.
"Ado yang kakak kelas itu?" tanya Luke masuk dalam pembicaraanku dengan Rian.
Rian hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan Luke. "Dia yang sering masukin coklat ke loker kamu." Aku hanya ber'oh' panjang setelahnya. Aku tidak mengerti kenapa Rian bisa tahu siapa saja yang meletakkan cokelat di lokerku. Padahal aku saja tidak tahu.
Ping. Ponsel Rian tiba-tiba aja bunyi.
Dan tiba-tiba aja tanpa hujan tanpa angin dia minta diturunin di kafe depan nanti setelah lampu merah.
"Mau kemana lo?" tanyaku.
"Mengejar cinta." Huwek. Pengen muntah aja denger Rian ngomong kayak gitu.
"Geli gue denger bahasa lo. Kita kan mau nonton," kataku.
"Lo sama Luke aja, lo masak gak kasian sama saudara lo ini?" Justru karena aku kasian dan ditolakin melulu makanya aku gak mau Rian pergi.
"Ya udah lo jalan aja sama Faye. Biar gue sama Ana nonton berdua." Karena Rian sering memanggilku Ana, Luke jadi ikut-ikutan memanggilku Ana.
Iya. Faye. Dia satu-satunya cewek di sekolah yang gak ngejar-ngejar Rian. Malah Rian yang sekarang ngejar dia mati-matian.
Setelah Rian turun di kafe dan bilang bahwa dia akan menjemputku di rumah Luke, mobil Luke kembali jalan. "Pak, langsung aja ke taman bermain ya," ujar Luke yang duduk di samping supirnya.
"Gak jadi nonton?" tanyaku.
"Keberatan?"
"Enggak sih." Sebenernya aku keberatan banget pergi cuma berdua bareng Luke. Apa aku sudah pernah bilang kalau aku menyukainya? My first crush. Dan ini pertama kalinya aku hanya berdua dengan Luke. Eh enggak juga sih, kan ada sopir.
Ternyata Luke membawaku ke taman bermain. Sudah lama aku tidak pernah ke taman bermain. Aku langsung menarik tangan Luke ketika keluar dari mobil dan membawanya berkeliling.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rian(a) [COMPLETED]
Teen FictionSetelah membaca apa isinya, aku langsung membuangnya ke tempat sampah dekat loker. "Pembalasan baru dimulai." Ya kira-kira begitulah tulisan yang tertulis di kertas yang baru saja kubuang. Entah siapa yang tidak pernah bosan meletakkannya di dalam l...