Holaaa..
Aku belum ngasih povnya Mitha kan? Nah di part ini ada nih
Oke bekicot ehh salah cekidot maksudnya*apaansih
***
Klakson-klakson mobil mulai terdengar di keramaian kota Bandung. Kemacetan yang terjadi membuat para pengemudi tidak sabar untuk sampai ke tempat tujuan mereka. Kota Bandung ini bisa di bilang masuk dalam jajaran salah satu Kota Besar yang ada di Indonesia. Jadi tidak heran jika di kota ini terdapat kemacetan yang hampir sama dengan ibukota.
Berbeda dengan pria blasteran Pakistan ini, saat ini ia masih tidur terlentang dengan mulut sedikit terbuka di kasur empuknya. Enggan sekali sepertinya ia bangun atau sekedar membuka mata untuk menghirup udara pagi. Alarm handphonenya pun sudah bunyi berkali-kali. Tapi ia masih saja berjalan ke alam mimpinya.
Ya, Farrel. Ketika jam menunjukan pukul 9.00 baru ia bangun dan berjalan ke kamar mandi untuk bersiap siap ke kantor. Butuh waktu 20 menit untuk Farrel mempersiapkan dirinya berangkat ke kantor.
Saat ini, ia sudah ada di dalam mobilnya dan mengendarai mobil itu dengan kecepatan sedang. Macet, biasanya orang lain menghindari macet dengan bangun dan berangkat lebih pagi. Tapi tidak dengan bos besar satu ini, ia justru memperlambat keberangkatannya untuk menghindari macet yang membosankan.
Ketika ia sampai di kantornya ia mulai mengendarai mobil itu menuju parkiran dan memparkirkannya di pojok kiri bangunan yang jika melihat keatas akan terlihat ruangan Farrel yang besar diantara bangunan berlantai-lantai itu.
"Pagi Pak Farrel..." sapa salah satu karyawannya yang hanya di hadiahi anggukan kepala oleh Farrel. Anggukan kepala, hanya itu, tidak lebih.
Banyak sapaan lagi yang keluar dari karyawan-karyawan wanitanya untuk menarik perhatian Farrel. Saat ia ingin masuk ke ruangan ia terhenti karena melihat karyawan wanitanya memakai rok pendek dan ketat serta kemeja yang menurutnya tidak pantas di pakai di kantor.
"Hei! Ini kantor bukan club! Jika masih mau bekerja di sini perbaiki pakaianmu!" katanya dengan tegas kepada wanita modis itu. Ya walaupun modis, tetap saja itu tidak pantas.
"B-baik pak.." ucapnya takut-takut dan tidak berani menatap Farrel. Niatnya yang ingin menarik perhatian Farrel berbalik menjadi teguran yang diberikan oleh Farrel.
Farrel pun menghela nafas dan masuk membuka pintu ruangannya. Ruangan sudah di bersihkan oleh OB dan juga sudah terlihat rapih. Memang Farrel memberitahu OB untuk membersihkan ruangannya sebelum ia datang dan mulai bekerja. Hal itu juga berlaku untuk bagian ruangan-ruangan lain. Ia tidak mau melihat kantornya kotor dan tidak terawat.
***
Mitha's POV
"Kamu yakin mau mulai kerja hari ini?" tanya papa sambil membenarkan letak dasinya yang sudah dipasang oleh mama.
Ya ampun, aku tahu mukaku ini imut-imut kambing. Tapi keluargaku masih saja menganggapku seperti anak kecil. Apa aku childish? Ya mungkin. Salahkan keluargaku yang terlalu memanjakanku selama ini. Mereka terlalu menyayangiku karena aku satu-satunya anak perempuan di keluarga ini. Sebenarnya aku sedikit kesepian karena aku anak bungsu dan satu-satunya anak perempuan. Kenapa? Karena aku tidak mempunyai teman bermain, setidaknya mama memberikanku adik untuk menemaniku bermain ke mall dan membeli buku novel.
Aku pernah bertanya kepada mama dan papa, atau lebih tepatnya meminta adik kepada mereka. Ketika aku bertanya mereka hanya memberikanku senyuman dan menjawab dengan hal yang diluar perkiraanku.
'Kami ingin menjadikanmu ratu kedua di keluarga kita'
'Karena punya anak perempuan sepertimu itu udah lebih dari cukup buat mama'
KAMU SEDANG MEMBACA
Cause Changing Someone
Teen Fiction"If nothing ever changed, there'd be no butterflies" -unknown Farrel yang memilki watak keras, dingin dan mempunyai wajah yang membuat para wanita terpesona ternyata mempunyai sisi lain di dalam dirinya. Carmitha, cewek cantik yang mempunyai tiga ka...