Bagian 4 : "Dasar cowok bunglon!"

216 46 24
                                    

Author's POV

Hari ini Farrel bangun lebih pagi karena ingin menghadiri rapat dengan klien yang akan berkerjasama dengan perusahaannya. Sebenarnya ia bisa saja bangun dan berangkat lebih lambat. Tapi mengingat perusahaan yang akan berkerjasama dengan perusahaannya kali ini membuat dirinya mengkurung kembali kebiasaannya itu. Ditambah dengan Remi yang sudah mengingatkan rapat, jadilah ia sekarang sudah duduk di kursi besar untuk memimpin rapat ini. Dua perusahaan itu mulai rapat dengan menjelaskan tujuan,dasar,sampai keuntungan yang akan mereka dapat jika mereka saling berkerjasama. Sekretaris Farrel menjelaskan point-point penting dari produk yang akan mereka pasarkan kali ini. Di susul dengan pihak perusahaan itu menjelaskan tujuan dan alasan mereka berkerjasama.

"Jadi Pak Farrel, apakah pihak Perusahaan bapak bersedia bekerja sama dengan perusahaan kami?" tanya salah satu lelaki dari perusahaan itu yang menjadi juru bicara tadi.

"Tentu Pak Dika." kata Farrel sambil menganggukkan kepalanya tanda bahwa ia setuju dengan kerjasama yang akan mereka bangun.

"Terimakasih atas partisipasi dan kerjasama Perusahaan bapak, sampai ketemu di rapat selanjutnya" kata lelaki berumur itu sambil menyalami Farrel tegas seolah itu cara yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan saat mereka resmi menjalin kerjasama. Karyawan yang lain pun mulai berdiri dan saling bersalaman satu sama lain.

"Ohya Pak Farrel. Sekarang sudah hampir jam makan siang. Jika bapak tidak keberatan, saya mengajak bapak untuk makan siang bersama dan sedikit mengenal satu sama lain." kata Pak Dika yang menatap Farrel dan Remi bergantian saat karyawan mulai sedikit demi sedikit keluar dari ruang meeting itu.

"Maaf. Saya tidak bisa." kata Farrel dengan nada dingin dan tegas. Remi yang melihat dan mendengar percakapan itu hanya bisa menghela nafas dan tersenyum maklum.

"Oh yasudah, lain kali saja kalau begitu." kata lelaki itu yang masih setia dengan senyuman di bibirnya dan melangkah pergi meninggalkan Farrel.

"Ya." satu kata itu keluar dari mulut dengan nada yang lebih dingin. Lalu, ia keluar langasung keluar meninggalkan ruangan itu dengan diikuti karyawan inti lainnnya.

Ketika ia masuk ruangan ia sudah di tunggu oleh seseorang yang duduk manis di sofa. Pakaian yang wanita itu pakai membuat para lelaki yang melihatnya tentu saja akan risih seketika. Dress mini yang ketat, dengan belahan dada yang rendah, dan polesan dempul di mukanya tambah menambahkan kesan 'bitch' dimata Farrel. Tapi tetap saja belahan dada itu membuat Farrel sedikit tidak nyaman. Dia juga lelaki normal bung.

"Farrel sayangg... Aku kangen nih sama kamuu." kata wanita itu sambil berjalan kearah Farrel ketika Farrel sudah duduk di kursi empuknya. Farrel masih bergeming di tempat duduknya dan berusaha mengabaikan godaan dari wanita itu.

"Farrel sayangg.. Emangnya kamu gak kangen sama aku?" katanya dengan sengaja mendesahkan kata 'sayang' dan berhenti di depan meja Farrel sambil membusungkan dadanya itu sehingga dengan sangat jelas Farrel bisa melihat dadanya itu.

"Pergi!" ucap Farrel dengan nada dingin dan tegas terhadap wanita yang satu ini. Wanita itu pun tidak tinggal diam, ia bahkan sudah mulai berpindah tempat kesamping Farrel sambil mengelus dan membuat pola kecil di lengan hingga dadanya.

"Pergi jalang!" dengan nada yang lebih tinggi dari sebelumnya, Farrel mengatakan itu sambil membanting berkas yang sedang ia baca tadi.

Ia kesal saat ini, memang ia pria normal dan kegiatan yang dilakukan wanita itu pun sedikit membuatnya turn on. Tapi ia masih punya otak untuk melakukan kegiatan itu. Prinsip yang ia pegang masih kuat saat ini. Bagaimana pun juga ia akan menikah dan ia mau istrinya nanti merasa special dengan usahanya dalam menjaga hal itu.

Cause Changing SomeoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang