(01) Jadi, Setiap Cerita Dimulai Dengan Perkenalan

160 12 5
                                    

a/n: Jordan Doww noticed this fanfic (the english version one) on twitter

On multimedia: Jordan Doww.

***

Aku mungkin satu-satunya orang yang sungguhan makan sereal di pukul 3 pagi. Kedengarannya memang aneh tapi aku tidak bercanda. Sekarang pun saat orang lain sedang berpetualang dalam mimpi masing-masing, aku duduk sendiri di dapur apartemenku, menikmati semangkuk sereal coklat dan susu.

Kau pasti berpikir aku adalah orang aneh (ouh, oke, sebenarnya sih, mungkin) tapi kau juga harus tahu bahwa ini berawal dari suatu malam yang lalu, saat aku tidak bisa tidur sama sekali. Kemudian untuk mengusir bosan, aku memutuskan untuk mengambil makanan—dan tanpa menyangka perutku kemudian menjadikan ini sebagai 'kebiasaan' baru.

Ampun deh, sekarang coba pikir bagaimana mungkin seseorang bisa tidur saat perut mereka terus-terusan berkeruyuk? Mustahil, apalagi bagiku. Kecuali jika aku adalah seorang pertapa—sebab hanya seorang pertapa profesional saja yang bisa mengabaikan perasaan lapar mereka, termasuk yang terkuat sekalipun. Sayangnya, aku hanya seorang youtuber. Namakj Jordan Dowodzenka, jika kau bertanya-tanya.

Jika tidak... uh, tidak, tidak, kau seharusnya memang penasaran siapa aku sebab saat ini kau sedang membaca ceritaku.

Ngomong-ngomong soal makan sereal di dini hari, aku hanya tahu satu orang lagi yang juga melakukan hal ini: Patrick Star. Yup, di salah satu episode Spongebob Squarepants, dia bangun pada pukul 3 pagi untuk sebuah krabby patty. Sekarang kau mungkin bergumam, itu kan cuma kartun, Jordan. Yea, aku tahu kok. Aku sudah 20 tahun tapi masih suka menonton film tentang sebuah spons bahagia yang suka berlari di padang ubur-ubur tapi hei, apa yang salah dari itu? Paling tidak aku juga makan sereal di pagi hari, jadi aku membuktikan bahwa ide-ide kartun bisa berasal dari realita.

Berbicara soal realita, sejujurnya aku tidak terlalu menyukainya. Paling tidak, tidak semuanya. Berhubung kau masih belum tahu, hidupku sejauh ini berlangsung dengan lumayan datar. Semuanya berjalan dengan baik-baik saja. Aku lahir di Virginia, lalu pergi ke Michigan State University, dan sekarang setelah berkarir di YouTube, aku tinggal seorang diri di apartemenku, di kota terbesar di California, Los Angeles.

Selain makan dan tidur, hidupku kuisi dengan membuat video YouTube dan Vines—and yah, itu saja. Bukannya aku bermaksud mengatakan bahwa aku membenci keadaanku yang sekarang ini, tapi aku tidak akan menyangkal bahwa aku benci hidup seorang diri.

Pemikiran soal hidup sendiri hanya membuatku bersemangat di awal. Karena, kau tahu, apa hal pertama yang biasanya muncul di kebanyakan pikiran orang setelah mendengar 'Hei-aku-sekarang-tinggal-sendiri' pastilah: "Oh man it's cool! Tidak ada orangtua! Ayo buat pesta gila-gilaan di sepanjang malam, dengan bir, dengan gadis-gadis, dan pizza, dan musik, dan dan dan —!!!!"

...padahal kenyataannya, aku bukanlah anak-si-kaya-raya yang bisa mengadakan pesta besar disetiap malam Sabtu tanpa mengalami krisis komersial untuk hari esok... atau bulan depan.

Aku sudah tinggal terpisah dari ibuku sejak aku di bangku kuliah. Dan sekarang, sekali lagi, ibuku dan aku menjalani long distance relationship. Oke, beliau pernah tinggal denganku dulu disini selama enam bulan, hingga kemudian dia memutuskan untuk pindah ke Australia gara-gara obsesinya terhadap seorang youtuber bernama Troye Sivan.

Sebelumnya, aku tidak pernah tahu jika ibuku adalah seorang fangirl —atau fanmama? —yah, terserah deh. Dan rasanya sedikit 'canggung' sekaligus 'lucu' sebab beliau sangat terobsesi dengan Troye, lalu aku... Ehm, padahal aku dan Troye sama-sama youtuber, jadi...

Yah, kau tentukanlah sendiri.

Tapi tampaknya aku tidak akan pernah memahami kejadian yang satu itu, jadi aku sudah tidak ambil pusing lagi. Dan sekarang aku tidak yakin mana yang lebih baik antara memiliki mama fangirl atau mama biasa.

Minggu lalu, saat aku sign-in ke Twitter, aku melihat salah satu tweet dari ibuku yang berisi foto selfie-nya dengan TROYE.

Aku ulang.

IBUKU BERFOTO SELFIE DENGAN TROYE SIVAN.

Astaga, aku masih tidak percaya! Beliau berhasil mewujudkan obsesisnya! Dan aku—waktu itu —langsung meneleponnya selama berjam-jam, mengucapkan banyak sekali 'congrats mom', 'I love you so much', 'I'm so proud', blablabla. Lihat, ujung-ujungnya aku masih seorang anak yang supportive.

Jadi kesimpulannya adalah, kami berdua masih tinggal terpisah di dua belahan dunia yang berbeda.  Aku tidak memiliki ayah sedari kecil setelah orangtuaku memutuskan untuk bercerai. Aku pernah punya seekor ikan emas bernama Matty—tapi sayang nasibnya, ikan kesayanganku itu mati sewaktu aku pergi ke New York untuk sebuah proyek karir bersama Fullscreen. Kurasa itu salahku juga... Soalnya, kurasa, aku lupa memberinya makan sebelum pergi meniggalkan apartemen. Yea, aku terlalu bersemangat dengan proyek Fullscreen sampai melupakan yang lainnya, termasuk Matty.

Aku baru menghabiskan serealku saat handphoneku bergetar. Segera aku mengeceknya dan mendapati ID caller yang muncul adalah: "Mom". Tanpa berpikir dua kali, aku langsung menjawabnya. Suara beliau yang ceria dan penuh semangat balas menyapaku riang, "Hello Jordan sweety! How are yah?"

"Since when you speak like Troye, mom?" Aku bertanya. Tentu saja aku pernah menonton channel YouTube Troye, jadi aku tahu aksen Australianya yang begitu kental. Dan sekarang ibuku berbicara seperti dia, sedikit.

"It's not the answer, Jordan." Katanya.

"Alright, I was just wondering. I'm fine Mom. How are you there? I miss you so much!"

"Aw I always miss you so much, darling," lanjutnya. "Don't you have any plan to visit me on Christmas? We can have a summer Christmas together and I promise you, it'll be the most unforgettable Christmas for us."

Selama sedetik aku hampir mengoreksi ucapannya bahwa Natal itu selalu 'dingin-dan-membeku', lalu kemudian aku ingat bahwa ibuku tinggal di Australia, dimana musim panas dimulai di Desember.

"I'm still looking for a flight. I'm... pretty busy right now..." aku mencoba tidak membayangkan keceriaan di wajah ibuku berubah jadi cemberut.

"Jordan—" dia memulai, dan aku memotongnya. Aku sudah tahu pasti arahnya akan kesini.

"I know mom, I know. But this is what I've been dreaming in my entire life. I just can't miss this chance..."

"May I at least know what your project is?"

Aku tersenyum simpul. "I will tell you when it's done, mom. I promise, okay? I'm going to sur—wait, who's that mom?" Tanyaku seraya mengalihkan pandangan ke sekeliling, yakin bahwa sesaat barusaja aku mendengar sebuah suara lain. Suara seperti... orang menangis tersedu-sedu? Tapi aku tidak melihat ada orang lain disini kecuali aku.

"Who was who?"

"Eh? So it's not from you?" Aku terkejut, sebab mengira suara itu datang dari panggilan diseberang sana, ditempat ibuku.

"Ooh I get it," nada bicara ibu tiba-tiba berubah mengejek, yang mana membuatku makin bingung. "Why don't you tell me earlier, Jordan? Who is the lucky boy?"

"Lucky boy?" Aku berpikir sejenak. Kemudian mataku serta merta terbelalak. thought for a second. "Eh mooom, no! I don't—"

"I know you are." Aku bisa merasakan dia tersenyum miring.

"Mom, I'm still single."

"Don't forget to bring your boyfriend into our summer Christmas party, okay? See ya later baby."

"I also can't promise if I will go to Aus—" tut..tut..tut. "—Mom?"

Dia sudah menutup telepon. []

Jordan's Christmas Adventure//Youtuber {Bahasa vers}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang