Pria dengan tataan rambut rapinya berdiri di balkon dan menatap suasana yang berada di bawah. Ya, pria ini kini telah hidup dengan cukup berkat pamannya. Keputusannya untuk pindah ke Surabaya memang tidak salah, ia disini mendapat kebahagiaan yang lebih dri apa yang ia harapkan. Tapi ia masih terus cemas dengan keadaan perkebunan. Apakah ia kembali? Apakah ia telah membaca surat itu? Entahlah, untuk kali ini aku tidak ingin mengingatnya, ucap Tara Alfian sambil mengusap wajahnya.
Ia kembali menuju kamarnya yang di lapisi dengan balutan warna coklat. Ranjang yang nampak rapi beserta tataan selimutnya. Ada sofa di ujung ruangan serta kamar mandi dengan segala perlengkapannya. Ia mengambil laptopnya dan mulai mengetik. Entah apa yang ingin ia lakukan, tapi untuk saat ini ia ingin mengutarakan isi perasaan nya pada laptopnya itu.
" aku sangat rindu mendengar tawamu..
aku sangat berharap kita dapat kembali bertemu walaupun bagiku itu terasa sulit. Bagaimana pun juga aku terlanjur sayang padamu walaupun selama ini kita tak pernah bertemu. Sampai sekarang, tak ada satu pun orang yang berhasil membuatku untuk melupakanmu, karena aku tau itu takkan mungkin bisa kulakukan"_______
Angin yang berhembus membuat syal wol serta rambut Rania yang tergerai panjang bergerak. Kali ini ia tampil cantik dengan kacamata yang ia pakai.
Ia berjalan menuju teras rumah sambil membawa buku hariannya. Setelah cukup lama menjaga kondisi, akhirnya kaki Rania yang terluka dan di baluti perban sudah membaik. Bahkan, sekarang kakinya sudah tidak dibaluti perban putih yang sangat mengganggu pemandangan kakinya.
Rania pergi menuju sebuah lahan kosong di dekat perkebunan, ia berjalan dengan kakinya yang sedikit terasa berat. Ia memilih tempat dibawah pohon rindang dengan rumput-rumput hijau yang berada di sekitarnya.
Ia lalu membuka buku hariannya yang berwarna oranye itu, membuka tutup pulpen snoopynya dan mulai menulis.
" aku menikmati semua ini...
pemandangan alam yang cukup indah dengan perkebunan serta sawah yang membentang. Aku bersyukur Tuhan menyayangiku dengan memberikan semua keindahan ini. Namun, Tuhan tidak adil memisahkanku dengannya. Memisahkan kami dengan cara yang tidak kusukai. Aku tidak marah, bahkan semua akan kuhadapi dengan senyum indahku. Tapi tidakkah kau berikan kesempatan padaku untuk melihat senyum indahnya lagi? Harapan yang selalu ku tunggu sudah terwujud. Namun, mengapa saat aku kembali dia justru pergi? Aku tau aku salah, aku terlalu lama membuat dia menunggu disini dan akhirnya dia pergi...
Hanya ada satu hal yang ingin ku ungkapkan, yaitu aku ingin melihat senyum indahnya lagi.Setetes air mata jatuh membasahi pipi gadis ini. Ia menutup kembali buku hariannya dan menyelipkan pulpen snoopynya di dalam buku tersebut. Angin terus berhembus, membuat rambut Rania yang panjangnya kira-kira sampai pinggang itu terus bergerak. Matanya menatap kebawah, rerumputan yang bergoyang karena tertiup angin. Ia membetulkan letak kacamatanya yang mulai bergerak.
Ia lalu tiba-tiba teringat dengan kenangannya bersama Ara diperkebunan ketika mereka membuat cap tangan bersama.
" apakah cap tangan itu masih ada? " Rania berkata dalam hati.Langkahnya berjalan menuju perkebunan yang nampak berliku-liku dengan ribuan daun hijau yang tumbuh. Rania memperlambat jalannya, sengaja membuat ia lebih lama di sana dengan mengingat kembali kenangan 8 tahun yang lalu.