The Guardian

85 8 0
                                    

"Where are you now? I need you here."

Yun Hyeong berjalan lesu sembari merenggangkan telapak tangannya yang masih terasa nyeri. Sebentar ia menatap jam digital dari ponsel miliknya. Sudah satu jam sejak gadis itu mengirimkan sebuah pesan dan Yun Hyeong kiranya sama sekali tak membalasnya. Satu hal yang ia tahu pasti, gadis itu, Jennie Kim akan marah padanya sesampainya di sana.

Yun Hyeong mengusap ujung bibirnya yang basah dengan asal hingga noda basah kemerahan tertinggal pada punggung tangannya. Ia menarik nafasnya dalam-dalam dan berjalan menuju dimana sosok gadis yang begitu ia kenal tengah mondar-mandir dengan khawatir.

Yun Hyeong hanya meringis menahan rasa nyeri yang tiba-tiba saja menjalarinya. Ia berusaha mengembangkan sudut bibirnya yang membiru saat gadis itu menghambur padanya dengan wajah begitu khawatir.

"Hai." Jennie Kim menahan nafasnya menatap sosok laki-laki yang terlihat begitu kacau di hadapannya. Namun ia hanya memilih mengatupkan bibirnya dan membiarkan sekali lagi air matanya membasahi pipinya yang masih basah. Tanpa berkata-kata laki-laki itu hanya melepaskan jaket tebal yang ia kenakan dan mengenakannya pada gadis itu sebelum akhirnya menggiringnya pergi.

Mereka sama sekali tak bersuara hingga Jennie mengambil kotak kesehatan dan mulai membersihkan luka pada kedua sudut bibir laki-laki tersebut. Yun Hyeong juga terdiam di tempatnya, sedangkan pandangannya tertuju pada mata sembab gadis tersebut.

"Kau akan menjelaskan kenapa kau seperti ini?" Yun Hyeong hanya meringis canggung sembari menahan tangan gadis itu yang menyapu lembut sudut bibirnya.

"I'm okay."

"Bohong," balasnya ketus yang lantas membuat Yun Hyeong tersenyum tipis.

"Aku tidak berbohong."

"Tidak. Kau berbohong!" Ucap gadis itu memekik hingga benar-benar membuat senyum laki-laki itu hilang seketika. Jennie Kim terdengar menarik nafasnya dalam-dalam sebelum kembali menatap laki-laki itu nanar. "Apa kau berkelahi? Apa seseorang sengaja melukaimu saat kau menuju kemari? Kau seharusnya tak perlu datang--" ucapnya terdengar lirih kali ini yang perlahan tapi pasti menciptakan kembali mendung di kedua matanya.

"Dan aku tak seharusnya membuatmu kemari dan melihatmu dengan luka legam seperti ini." Jennie Kim cepat-cepat mengusap air matanya yang jatuh dengan tak tahu malunya. Namun sayang tangisnya tak lagi tertahankan. Dengan lembut laki-laki itu menarik gadis itu ke dalam pelukannya membiarkan gadis di hadapannya menangis dengan leluasa.

"Dia meninggalkanku. Dia bilang ia tidak mencintaiku lagi," ucap gadis itu terdengar parau dan membuat Yun Hyeong meringis, meninggalkan sesak di dadanya sendiri. Ia bahkan sudah mengetahui apa yang telah terjadi jauh sebelum gadis itu berhambur padanya akan sosok si "dia" yang selalu ia ceritakan padanya. Tentang si "dia" yang berani membuat gadis itu lebih sering menangis. Benar, hanya dia, dia dan dialah yang selalu ia adukan padanya. Baginya, sakit gadis itu adalah sakitnya juga. Entah mengapa ini terjadi, namun begitulah adanya.

Yun Hyeong melepaskan pelukannya sebelum ia menangkup kedua pipi gadis tersebut. Ia tersenyum tipis sembari mengusap air mata gadis itu lembut hingga membuat gadis tersebut menatapnya kini.

"Maafkan aku. Aku memanggilmu hanya untuk ini. Aku selalu merepotkanmu dengan cerita-cerita bodoh ini. Aku---"

"Semua sudah berakhir. Kau tak bisa menangisinya lagi. Kau tahu itu bukan?" potong Yun Hyeong kali ini yang lantas membuat gadis itu tertunduk masih di tengah tangisnya yang kini mulai mereda. Jennie terlihat mengangguk pelan sebelum ia kembali menatap Yun Hyeong dan berusaha tersenyum padanya dengan wajah lelahnya.

"Kau butuh tidur. Ini sudah terlalu malam." Gadis itu menggeleng pelan sembari mengusap wajahnya yang basah.

"Nyanyikan aku sebuah lagu pengantar tidur." Yun Hyeong terkekeh pelan mendapati gadis itu yang kini sudah kembali merajuk.

"Baiklah, aku akan menyanyikannya untukmu. Apa kau ingin tidur di sofa saja?"

Gadis itu mengangguk singkat. "Aku tak ingin ibuku membunuhku sepulangnya nanti saat mendapati anaknya berduaan dengan seorang laki-laki di kamarnya," ujarnya sembari merengut yang lantas membuat Yun Hyeong tersenyum gemas.

"Baiklah."

"Lalu apa kau akan memberitahuku tentang luka lebam itu?" Yun Hyeong sekali lagi hanya mengembangkan kedua sudut bibirnya.

"Aku akan memberitahumu besok. Bagaimana?" Gadis itu nampak berpikir sejenak sebelum akhirnya ia mengangguk singkat

Yun Hyeong menata pangkuannya yang kosong, membiarkan gadis itu tidur di atasnya sebelum menyelimutinya dengan jaket miliknya. Yun Hyeong menarik nafasnya dalam-dalam sebelum ia terdengar mulai menyanyikan sebait lirik pengantar tidur.

Jennie Kim mengulum senyumnya saat suara laki-laki itu mulai terdengar dan membuat perasaannya lebih tenang kali ini. Jennie Kim mulai memejamkan matanya saat perlahan Yun Hyeong mengusap sisa air matanya lembut. Pada akhir bait nyanyiannya, Yun Hyeong menghentikan nyanyiannya saat dengkuran halus gadis itu mulai terdengar. Gadis itu baru saja tertidur.

Sama seperti dahulu. Jennie Kim mengaku kesusahan untuk dan selalu merajuk padanya hanya untuk bernyanyi sebagai pengantar tidur tiap malamnya. Dan bak sebuah sihir, gadis itu benat-benar tertidur bahkan saat Yun Hyeong belum menyelesaikan nyanyian tidurnya.

Yun Hyeong menghela nafasnya sebelum menatap gadis yang tengah tertidur pulas di atas pangkuannya tersebut. Ia tersenyum masam diiringi pandangannya yang terlihat nanar, mengingat kebodohannya yang tak pernah berhenti.

Ia menatap punggung tangannya dimana noda bewarna merah masih berada di sana. Ia menyeringai singkat. Bodoh. Bahkan hanya unruk gadis ini, ia telah melakukan semuanya, meski gadis itu tak pernah menyadari apa yang ia rasakan selama ini.

Ia tahu ia begitu bodoh, namun ia tak memiliki pilihan lain saat melihat gadis itu bersedih karena laki-laki lain. Dan dengan bersedia menjasi tempat beesandar unruk gadia itu hanya saat dibutuhkan. Namun sekali lagi, ia tak memiliki pilihan lain dan memilih untuk tetap melakukannya.

"Kau tak perlu khawatir." Yun Hyeonh tersenyum tipis menatap sosok yang masih tertidur pulas tersebut. Mengusap perlahan per helai surai hitam milik gadis itu. "Aku sudah menjamin akan hal itu. Aku berjanji kau tidak akan bersedih lagi."

Yun Hyeong meringis saat dengan sengaja ia meraba sudut bibirnya yang membiru. Ia lalu tersenyum menatap gadis yang terlihat menggeliat sebentar di tengah tidur pulasnya. Yun Hyeong mendekatkan wajahnya pada wajah gadis itu hendak menciumnya, namun ia mengurungkan niatnya. Ia menghelan nafasnya.

"Aku mencintaimu, Jennie Kim. Dan akan selalu seperti itu."

-Fin-


The GuardianWhere stories live. Discover now