Mohon maaf cerita ini begitu lama terbengkalai. Part 10 ini adalah part terakhir dari cerita Saranghanda, Eomma. Maaf buat salah-salah kata dan semua kesalahan yang ane perbuat. (sekalian menyambut Ramadhan nih ye...). Maaf juga wat yang nungguin kelanjutan story laennya yang belum ke-update. Terakhir, mohon tinggalkan jejaknya agar aen tahu bagaimana berterimakasih. \(*o*)9
~o0o~
“Saengilchuake hamnida...ini hadiah eomma untuk mu, sayang.”
“Whoaa...jam tangan Mickey Mouse. Terimakasih eomma...tapi bagaimana eomma tahu keinginan ku?”
“Kau terus saja memandanginya sewaktu kita berbelanja kemarin.”.......
Nyonya Kang terbangun dari mimpinya. Ia langsung terduduk di atas tempat tidur dan kembali mengingat mimpinya barusan. Pelukan gadis kecil dalam mimpinya masih terasa hangat dan begitu nyata, serasa bukan dari sebuah mimpi. Ia menatap jam meja dan begitu terkejut hari sudah menjelang siang. Memang sedari pagi ini ia merasakan kepalanya berat sehingga suaminya sebelum berangkat kerja memberikan obat untuk meringankan sakit kepalanya, dan itu berdampak pada rasa nyaman hingga membuatnya tidur nyenyak.
Nyonya Kang bergegas bangkit dan duduk di depan meja rias. Ia menatap ponsel yang tergeletak dihadapannya yang tak kunjung berbunyi padahal ia sangat mengharapkan orang suruhannya menghubunginya secepat mungkin. Baru saja ia berniat menghubungi orang suruhannya itu, ponselnya berbunyi.
“Hallo...bagaimana hasilnya?” tanyanya was-was menunggu suara diseberang line menjawab rasa penasarannya.
“Nyonya...saya baru saya menerima hasil laporannya.”
“Bagaimana hasilnya?' potong nyonya Kang tak sabaran.
“Hasilnya positif. Dia benar putri nyonya.”
“Apa kau yakin? Apa kau sangat yakin?! Ini bukan mimpi, bukan?” nyonya Kang langsung berdiri dari duduknya begitu mendengar hasil laporan.
“Saat ini saya masih memegang bukti laporan yang dikeluarkan pihak rumah sakit. Semua sample yang nyonya berikan kepada saya, semuanya cocok.”
Nyonya Kang berdiri diam mulai mencerna semuanya. Memang benar ia telah menyuruh orang membawa semua sample rambut dan bercak darah ke rumah sakit untuk di cek kesamaan dengan miliknya. Dan kini, setelah pencariannya selama bertahun-tahun pada akhirnya ia menemukan sosok yang sangat ia rindukan.
Tanpa membuang waktu nyonya Kang berlari keluar kamarnya. Menuju suara yang sangat ia kenal, bahkan ketika itu hanya berupa rengekan tangis bayi. Bayi yang ia tinggalkan.
“Min Chae-ah...” panggil nyonya Kang begitu melihat Min Chae sedang asyik bercanda bersama Shin Ae. “Song Min Chae!” ulang nyonya Kang.
“Ibu? Kau kenapa?” tanya Shin Ae yang merasa aneh dengan tingkah ibunya yang hanya berdiri tegak di belakang Min Chae dengan berlinangan air mata, tampak sangat lemah. “Apa kepala mu masih sakit ibu?” tanyanya lagi yang tak mendapat respon dari ibunya.
“Nyonya Kang...” sapa Min Chae begitu berbalik badan dan melihat nyonya Kang hanya berdiri memandanginya dengan bercucuran air mata.
“Song Min Chae!! Min Chae putri ibu!!” nyonya Kang berlari memeluk Min Chae yang terkaget-kaget mendapati nyonya Kang memeluknya dengan erat lalu menciumi seluruh wajahnya.
“Oppa~” teriak Shin Ae begitu ia melihat Shin Joo berada di ruangan itu. “Eomma...” ia menghentikan ucapannya begitu melihat Eun Chae yang datang bersama Shin Joo langsung berlari menuju Min Chae dan ibunya.
“Nyonya Kang! Mungkin kau salah orang. Dia bukan anak mu.” jerit Eun Chae berusaha memisahkan pelukan nyonya Kang dari tubuh adiknya. Dengan kasar Eun Chae menarik tangan Min Chae dan menyembunyikannya di balik punggungnya.