New School

21 0 0
                                    

Sekarang, pemeran utamanya ada dan ditulis menjadi "Aku"(maaf gj). Aku disini adalah Cessie! Hore!(tepuk tangan ga jelas).
Kita mulai yaaa ...
   "Huft, gak terasa lusa udah sekolah lagi, lulus tes. Ah ribet, masa peserta sekolah itu harus di tes tata krama? Ah biarin, kan bagus. Apalagi aku lulus." Gumamku. Aku tiduran di tempat tidur dan menyalakan AC. Teman-teman yang pernah pindah sekolah(bukan ke jenjang yang lebih tinggi tapi), pasti sedih banget ya? Aku juga merasakan hal yang sama.
   Tok ... Tok ... Tok ... ting tong! Terdengar ketukan pintu dan bel rumah. Aku keluar dari kamar. Yap, aku sendirian di rumah. Gila! Adik aku dibelikan peralatan sekolah lebih dahulu, aku besok.
   "Ya, siapa?" Teriakku. Aku mengintip dari jendela. Oh, ada Yuuko, Dina, dan Christie. Teman baruku di rumah (sebenarnya ada yang lain). Aku memang tidak akan melupakan Sophia. Tapi, bukan berarti aku tidak boleh berteman, kan?
   "Apa?" Tanyaku setelah membuka pintu.
   "Aaaaa, rumah kamu bagus banget!" Teriak Dina dengan suara cemprengnya.
   "Shhh, bisakah kau diam?" Tegur Yuuko.
   "Cessie, kita main disini, ya!" Ujar Christie. Cessie mengangguk.
   "Mumpung nih, paling juga orangtuaku dan Jessie pulang malam. Aku yakin mereka masih jalan-jalan ke tempat lain." Kataku.
   "Kita main apa? Kita kesini iseng, gak punya rencana. Hehehe," lagi-lagi suara Dina itu, lho ...
   "Yaudah, aku beli DVD baru, nih. Kita nonton bareng yuk! Sekalian ngemil." Ajakku.
   "Dimana?" Tanya Yuuko.
   "Di living room, soalnya kalau makan di kamar, mama pasti marah-marah." Jawabku. Aku mengajak ketiga temanku ke dapur.
   "Apa yang kita buat?" Tanya Yuuko.
   "Kita hanya mengambil snack dan mengambil susu." Jawabku. Setelah itu, kami ke living room.
   "Cessie." Panggil Christie.
   "Apa?" Tanyaku.
Christie memberikan Al Quran berwarna biru muda untukku.
   "Al Quran ini kamu bawa saja ke sekolah. Kamu kan bersekolah di sekolah islam, kamu butuh Al Quran." Dina menjelaskan. Jangan salah, agamaku islam.
   "Oh, terimakasih." Jawabku. Aku akan membawanya. Lumayan, Al Quran di rumah enggak usah dibawa.
   "Oke, ku ambil DVD nya." Aku mengambil DVD baruku dan langsung menonton.
Hingga hari sekolah ...
   Pagi-pagi, aku bangun, sarapan, ke sekolah, bermain, memperkenalkan diri di kelas, orang lain juga memperkenalkan diri, lalu ...
   "Cessie, duduk di tempat kosong itu. Sebelah Yuuko." Kata wali kelasku yang dipanggil mrs. Trisha.
   "Yuuko!" Kataku pelan. Aku segera duduk di sebelah Yuuko.
   "Aku enggak nyangka, ya. Kamu sekolah disini!" Kata Yuuko.
   "Hehehe. Aku juga enggak tahu. Kok kamu enggak bilang?" Aku protes.
   "Salah sendiri enggak bilang." Yuuko gak mau kalah.
   "Anak-anak, kita mulai belajarnya, ya!" Kata mrs. Trisha saat lagi asyik asyiknya bicara.   Walaupun masih pelajaran SD, tapi ribet banget. Kayak seismograf yang gak mau  berhenti. Tapi kayaknya lebih parah deh. Seperti treadmill kecepatan tinggi. Kecepatan mengajarnya yang begitu tinggi membuat  kepala hampir meledak.
Aku gak sabar pingin segera bel istirahat.
   "Wiih, cuman belajar IPS, kok bisa ya jadi ribet seperti matematika." Keluhku kepada Jane yang mengajakku ke kantin.
   "Iya. Dia orangnya gitu. Tapi aku jamin, ujian dari mrs. Trisha bakalan gampang. Lagian dia bukan guru killer." Cerita Jane.
   Walaupun pelajaran hari ribet, tapi hari ini menyenangkan banget.
Pesan dari penulis
Maaf ceritanya gak lucu. Hehehe, maaf banget ya! Oh iya, kelanjutannya masih ada. Oke?

CessieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang