BAB 55. Day by day

588 35 0
                                    

"Hah!" aku terbangun dengan satu hentakan nafas yang memburu. Mataku terbuka cepat dan aku segera menyender pada headboard. Nafasku terengah-engah sedangkan jantungku berdegup tak karuan. Ribuan keringat sudah mengucur di seluruh tubuhku. Piyamaku basah oleh keringat. Aku kembali menutup mata mencoba menenangkan diri. Pernafasanku tercekat. Terpaksa aku mengambil nafas dari mulut. Helaan nafasku terdengar begitu cepat. Aku menaikkan selimut hingga menutupi seluruh tubuhku. Kupeluk lututku dengan erat dan kembali menutup mata. Namun sia-sia, wajah seramku kembali teringat dan aku mulai bergerak gelisah. Aku ketakutan hingga kakiku gemetar hebat. Akhirnya aku memutuskan untuk menyalakan lampu, saat aku berbalik ke belakang aku tak berani membuka mata karena di sana—tempat kuberdiri sekarang— terdapat cermin. Aku takut bila menengok ke sana akan memperlihatkan gambaran yang sama di mimpi. Aku yang begitu menyeramkan.

Aku mengalihkan pandangan dan kembali meloncat ke kasur. Kuraih selimutku dan menutup seluruh tubuhku. Di bawah selimut itu, aku berharap tak ada mata yang sedang mengamatiku. Aku begitu ketakutan dan ingin memanggil Calvin. Tapi aku menggeleng pelan. Aku tak bisa mengganggu tidur nyenyak Calvin. Aku telah banyak merepotkannya. Maka, aku memberanikan diri berada sendirian di kamar ini. Aku mencoba untuk menutup mata beberapa saat, itu berhasil. Namun tak kembali membuatku tertidur. Di tengah ketakutan itu, aku bertanya-tanya pada diri sendiri apa arti mimpi itu. Ketiganya adalah aku. Aku yang berbeda. Bayangan itu, adalah aku yang penakut. Wanita yang bersama bayanganku adalah aku yang angkuh, percaya diri, dan pemberani. Sedangkan wanita yang di adili itu, adalah aku yang menyedihkan. Dengan kata lain adalah aku yang sekarang. Aku kembali meringkuk ketakutan. Terakhir kali aku melihat diriku sendiri di cermin, wajahku begitu berantakan. Terdapat Lingkaran mata, rambut kusut, dan mata bengkak. Semuanya mirip dengan di mimpiku. Tapi saat bercermin, aku tak semenyeramkan itu. Apakah saat aku bercermin sekarang penampilanku akan sama dengan di dalam mimpi itu?

Aku kembali ketakutan. Kali ini aku menyembunyikan wajahku di balik bantal. Tidak, aku tak ingin melihat diriku sendiri di cermin. Itu sangat mengerikan. Malam itu, saking ketakutannya aku hampir menangis lagi. Nanum sosok menyeramkan di dalam mimpi itu membuatku berhasil menahan tangisan. Bila benar tampilanku saat ini seperti yang di mimpi, aku tak berani membuatnya makin buruk. Aku tak berani lagi menangis yang mana membuat wajahku makin menyeramkan dari di mimpi.

Aku menghela nafas. Menenangkan diri sendiri dengan kata-kata 'tenang. Dia adalah dirimu. Kau tidak perlu takut pada dirimu'

Selama hampir satu jam, aku tak bisa tidur setelah mimpi itu. Dalam kesunyian malam aku terus memikirkan arti dari mimpi menyeramkan itu. Pertama-tama aku berada di pengadilan. Menjadi sosok pemberani. Ingatanku kembali pada pertemuanku dengannya saat di lift. Dia menyuruhku kembali turun dan membeli obat untuk kakinya karena perbuatanku. Setelah itu, aku memberanikan diri menemuinya, mengajaknya berbicara, bahkan masuk ke dalam kehidupannya. Aku bahkan tahu cerita-ceritanya yang menyakitkan. Saat itu aku sangat berani. Berani mengambil resiko untuk kehancuran diriku sendiri. Membiarkan diriku dekat dengannya berarti membuatku tambah sulit melupakan karena terlalu banyak kenangan manis yang bisa muncul kapan saja.

Lalu bayangan si penakut, dimana sangat sering kujumpai diriku sendiri dengan yang satu ini. Terlalu sering diriku merasa ketakutan seperti saat ini. Setelah aku pikir-pikir, untuk apa aku takut pada diriku sendiri? Meskipun menyeramkan tapi mimpi itu adalah aku. Aku tidak mungkin menyakiti diriku sendiri, bukan? Tapi ada satu hal yang membuatku teringat pada ketakutanku. Dimana hal itu adalah ketakutan terakhir bersamanya. Itu terjadi kemarin malam. Saat aku melihat mobil yang menuju sekolah, kukira kami akan tertangkap lalu mendapat masalah. Aku begitu ketakutan hingga berani meloncat dari gerbang yang sangat tinggi. Saat bersamanya, ketakutan itu seolah menghilang di gantikan sosok pemberani.

Sosok menyeramkan. Tak lain dan tak bukan adalah aku yang sekarang. Aku yang terus menangis karena pengkhianatan kejamnya. Aku ingat, di dalam mimpi itu aku meminta maaf pada diriku sendiri karena telah terbuai oleh pikiran sendiri. Itu lucu, bagaimana bisa aku berinteraksi pada diriku sendiri layaknya orang asing?

The Secret Between You And LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang