Pohon Pisang

265 17 0
                                    

Namaku Nayang, saat ini aku berada di TPU Cikupa bersama kedua orangtuaku beserta saudara saudaraku. Kehadiran keluargaku disini untuk ikut serta menghadiri upacara pemakaman Saudaraku yang meninggal. Aku sedih sekali.

Saat ini umurku 8 tahun dan aku mempunyai adik kecil yang umurnya 2 tahun lebih muda dariku.

Di saat orangtua dan saudara saudaraku sedang berdoa. Aku sedang menemani adikku yang sedang asik bermain tanah dan rumput agar tidak bermain jauh jauh. Aku duduk di atas sendal yang kujadikan alas dan mengamati adikku dari jarak agak sedikit jauh.

Adikku terlihat senang sekali. Nina nama adikku itu sedang memindahkan tanah yang dia kumpulkan diatas selembar daun yang lebar, ke samping pohon pisang didekatnya.

Deg

Aih, kenapa ini? Perasaanku ko aneh. Kenapa tiba tiba merasa ngga enak ya?

Lalu kualihkan pikiranku itu, dan mengawasi adikku kembali. Aku lihat adikku berdiri diam sambil menatap kearah samping pohon pisang itu.

"Apa yang sedang dilakukan adikku." batinku.

Kemudian adikku berbalik ke arahku. Dia menangis dan terlihat ketakutan. Tiba tiba hawa dingin lansung menyerangku.

"Teh yang,,," kata adikku yang menyebut namaku sambil mengarahkan tangannya kearahku dalam tangis.

Spontan aku langsung berlari, dan menuju adikku. Melihatku adikku melompat lompat minta digendong. Aku pun langsung menggendongnya berlari dan menurunkannya ditengah perjalanan sebelum sampai ke tempat kedua orangtuaku berada. Aku tidak kuat dan menggandeng tangannya kuat ke arah orangtuaku.

Terus terang saat aku tiba didekat pohon pisang itu, perasaan tidak enakku semakin menjadi jadi. Aku ingin menangis kepalaku terasa berat.

Aku melihat kedua orangtuaku dan yang lainnya sudah selesai berdoa. Aku pun cepat cepat menyerahkan adikku dan adikku masih menangis.

"Nina kenapa Nayang?" tanya Ibuku.

"Tiba tiba aja dia nangis waktu lagi maen dideket pohon pisang itu." jawabku.

Kemudian adikku langsung berbicara.

"Itu huhuhu, disitu ada yang melototin aku. Dia serem Bu.. Huhuhu.." jelas adikku sambil menunjuk nunjuk ke arah pohon pisang itu.

Mendengar itu, Ibuku spontan menoleh ke arah pohon pisang yang dimaksud.

"Mana, ngga ada apa apa. Disitu ngga ada orang Nina." jelas Ibuku lagi.

"Ada,, itu disitu masih ada Bu" rengek adikku dengan suara yang agak keras.

Semua saudaraku melihat ke arahnya.

"Nina kenapa?" tanya salah satu saudaraku.

"Itu,, disitu ada yang melototin aku. Tapi Ibu malah ngga liat. Padahal masih ada disitu." terang adikku sambil menunjuk ke arah pohon pisang itu.

Mendengar itu, saudaraku itu mengeryitkan dahi dan menoleh ke arah pohon pisang itu. Dan memang tidak ada apa apa disana.

Lalu pemuka agama yang turut serta dalam upacara pemakaman ini muncul.

"Adik jangan nangis dan jangan takut lagi ya. Nanti bakalan pergi yang ada disitu. Sekarang coba deh adik berdoa ya." kata Ustadz itu yang menenangkan adikku.

Ibuku kaget mendengar perkataan Ustadz tadi. Dan menoleh ke arah Pak Ustadz itu. Tapi Ustadz itu hanya tersenyum.

Sebenarnya aku sudah menduga apa yang dilihat adikku. Tapi aku mengelaknya dan sekarang apa yang kuduga malah benar.

Aku merinding dan takut. Lalu Ayahku yang berada disampingku merangkulku erat sambil berkata. "Jangan takut, dia ngga bakal ganggu kita lagi."



================================================

'Halo Readers,,

Bagi yang punya adik kecil, hati2 ya kalo tiba2 dia nangis dan nunjuk2 ke suatu arah.. Hihi

Diary Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang