Chapter 5

155 41 5
                                    

Setelah aku mengatakan syarat keempatnya, bisa kulihat, Bëlla menganga tak percaya, mungkin? Aku tidak tahu apa yang ada di benaknya. Aku yakin, malam ini akan menjadi malam yang panjang.

Suara musik dari DJ yang disewa Chloe semakin berdentum kencang, belum lagi ditambah sorak sorai para Idiot yang berada di sekelilingku dan Bëlla, itu sangatlah mengganggu, dan aku butuh berbicara dengan gadis polos di depanku ini. Pun aku menarik tangannya menuju lantai atas frat Chloe, dan memasuki salah satu kamar di sana. Asing.

Dentuman musik juga tepukan dan sorakan para tamu sangatlah tidak terdengar, mungkin dindingnya sengaja dibuat kedap suara, mungkin.

Aku mengunci pintu kamar bercat abu-abu pudar ini, karena kunci pintunya jelas menggantung di sana.

Entah apa yang ada di pikiranku, aku merasa pernah berkunjung kemari.

"Zayn," panggil Bëlla beberapa detik setelah aku mengunci pintu, dan akupun segera menghampirinya.

"Bëlla, aku hanya tidak mau kau tersiksa dengan rasa dari minuman itu. Tolong, aku hanya sedang berusaha melindungimu, tidakkah kau hargai usahaku itu?"

Bëlla menunduk.

Tak lama, ia memelukku, dan menenggelamkan kepalanya di dadaku. Reflek, aku membalas pelukannya erat.

"Percaya padaku, Zayn,"

"Tidak,"

"Aku akan baik-baik saja,"

"Tidak,"

"Kumohon,"

Dia mengeratkan pelukannya. Astaga, dia sangat keras kepala.

"Baiklah,"

Kurasakan ia semakin mendorong kepalanya dan tersenyum.

"Sebentar," katanya.

"Ada apa?" tanyaku seraya melepas pelukan kami.

"Apa kau marah karena aku tidak menuruti syarat keempatmu?"

Aku tersenyum, "tidak, Bëls,"

×××

"Satu lagi, kumo—ugh,"

Sialan. Sialan.

Aku tidak bisa menghentikan Bëlla yang terus-menerus menginginkan minuman menjijikan itu. Ya Tuhan, dia sudah tidak sadarkan diri dan aku justru sulit berpikir; apa yang harus kulakukan? Keparatnya, aku hanya bisa berkata; stop, yang kuyakini, Bëlla sangatlah tak peduli dengan ucapanku itu.

Melihat Bëlla seperti ini membuatku trauma akan hal yang telah membuatku seperti ini.

"Bëlla, kumohon,"

"Zayn, tidakkah kau merasakannya? Ini sangat nikmat, Sayang,"

Aku membulatkan mataku, ini bukan Bëlla yang kukenal. Bukan. Menyeramkannya dia saat ini, aku sungguh tidak bisa mendeskripsikannya.

"Hi, Zayn," sapa seseorang di balik punggungku, pun aku menoleh, "dia mabuk, eh?"

"Ya, Chloe, kau ada obat untuk menghentikan ini?" bodoh.

Chloe tertawa renyah di hadapanku, sedangkan aku tak berhenti menatap Bëlla yang terus mengerang kepada bartender sekedar untuk meminta minuman itu satu gelas lagi.

"Ada," jawab Chloe yang masih bisa kudengar di saat suasana semakin bergemuruh.

"Apa?"

"Tiduri dia, besok dia pasti sudah sadar, dan berterima kasih padamu,"

Dasar Jalang, otak kotor sudah berkuasa di pikirannya. Mana mungkin aku meniduri Bëlla yang notabenenya sahabatku sejak kecil? Mana mungkin.

Tapi brengsek, otakku justru berkata lain dengan hatiku. Chloe ada benarnya juga, syarat yang aku berikan kepada Bëlla sama sekali tak ada yang memuaskanku, bukan?

Aku memerhatikan lekak-lekuk tubuh Bëlla yang hanya berbalut kaos pendek dan hot pants, astaga.

"Kau benar, Chloe," gumamku.

"Tunggu apa lagi, Bung? Kamar yang dulu sedang kosong, cepatlah," kata Chloe memburu-burukan aku.

Tak peduli soal 'dulu', aku terlalu penuh dengan hasratku dan Chloe pergi dengan tawanya.

Bëlla menoleh menatapku.

"Sayang, aku kecewa karena pria kerempeng itu tidak memberi—ugh, memberiku satu gelas lagi," kata Bëlla dengan nada mabuknya.

Aku tahu aku salah, tapi aku juga ingin puas. Bukankah aku sudah berkata bahwa aku egois?

"Kau ingin sesuatu yang menyenangkan, Bëlla Fox?"

×××

Kini, aku dan Bëlla sudah berada di kamar yang tadi kami masuki. Gadis ini masih terus mengoceh tak karuan di papahanku.

Setelah aku mengunci pintu, aku menidurkan Bëlla di atas ranjang, dia memegang keningnya.

"Zayn,"

Aku berada di atas Bëlla saat ini, bertumpu pada tangan dan lututku, aku mencoba menunggu persetujuan Bëlla.

Aku dan dia bertatapan cukup lama, dan aku benci tatapannya kali ini, ini bukan Bëlla Fox.

"Kau masih ingat syarat-syaratmu, Bëlla?" dia mengangguk, "dalam keadaan mabuk seperti ini?" dia mengangguk lagi, "berapa syarat yang sudah kuberi?"

"Four,"

Ugh, aroma alkohol menyeruak masuk ke dalam organ penciumanku.

"Kau ingin syarat ke limamu?"

"Ya, Zayn Malik,"

"Tidur dan bermain denganku malam ini,"


×××

Astaghfirullah, maap dd masukin smut dikit yawla:| detailnya ada di next chapt bhaq :p

Qotd: favorite song?

Fifteen ≠ zjmWhere stories live. Discover now